Thursday, July 12, 2012

Bacalah ; Menghidupkan Kembali Semangat Membaca Para Mahaguru Peradaban

Judul                : Bacalah ; Menghidupkan Kembali Semangat Membaca Para Mahaguru Peradaban
Penulis            : Suherman, M.Si
Penerbit          : MQS Publishing
Cetakan          : I, 2010
Karakteristik    : xi, 154 hlm



Iqra!, Read!,  Lesen!, lire!, letto!, yomu!, Ilg-gi!, Chitat'!, Diavazo!, seru Suherman dalam bukunya, Bacalah ; Menghidupkan Kembali Semangat Membaca Para Mahaguru Peradaban. semua kata asing itu berarti Bacalah. kata ini tidak asing lagi ditelinga. bahkan ini juga merupakan salah-satu ajaran terpenting yang ditujukan untuk Umat Manusia. 


hampir semua pemimpin besar Dunia merupakan Produk dari bacaannya masing-masing, Karl Marx, Mahatma Ghandi, Barack Obama, Mohammad Hatta, hingga sastrawan besar kita, Taufiq Ismail. tokoh-tokoh ini punya nostalgia dan kebiasaan membaca yang tidak diragukan lagi. 


kita semua pasti ingat dengan Fir'aun salah-satu raja, penguasa lampau yang mungkin paling dikenal. tahukah, ternyata dibalik ke-otoriterannya tersembunyi fakta yang sangat menarik?. ya, Fir'aun yang terkenal dengan gayanya yang militerism dalam memimpin rakyatnya ternyata mengoleksi 20.000an buku!.Rahasia dibalik kesuksesannya ternyata juga adalah Membaca!.    


Suherman lewat buku, Bacalah ingin membangkitkan lagi minat membaca dikalangan orang Indonesia. fakta yang dia sajikan dalam buku ini memperlihatkan minat membaca pada orang Indonesia sekarang sangat memprihatinkan. ketertinggalan kita sebenarnya bukan persoalan kemampuan kognitif, tapi kurangnya wawasan. dan wawasan itu dari sekian banyak cara mendapatkannya ialah dengan membaca. 


dalam buku ini juga Suherman menampilkan tulisan Taufiq Ismail, AM Fatwa, Mohammad Sobary dan masih banyak lagi yang lain. selain itu, uniknya, Suherman juga menyediakan bagian khusus yang mengulas bagaimana membangkitkan kesadaran membaca berupa Terapi Minat Baca. maka lengkaplah buku ini. selamat membaca!.


~Fauzan Anwar Sandiah~

Wednesday, July 11, 2012

Jurnalisme Investigasi

Judul              : Jurnalisme Investigasi
Penulis          : Septiawan Santana K
Penerbit        : YOI
Cetakan        : 2009
Karakteristik : XXII, 412 hlm

Jurnalisme Investigasi seperti buku panduan untuk para detektif pembongkar tirai kebohongan. buku ini banyak menyajikan hal-hal menarik seputar dunia jurnalisme, khususnya dengan titel "investigatif". Jurnalisme investigatif berarti reporter investigatif atau reportase investigatif, namun apakah sebenarnya Reportase Investigatif itu?. Laura Washington mendefinisikannya sebagai orang yang menyibak data dan fakta untuk menyatakan adanya pelanggaran atau kejahatan yang telah terjadi di sekitar kita. 

jelasnya reportase investigatif bagai seorang pengungkap teka-teki yang terlihat sederhana. Bondan Winarno, yang dinobatkan sebagai salah satu reporter investigatif. karena keberhasilannya mengungkap sisi hitam Bre-X telah menjadi gambaran nyata kehidupan seorang reporter investigatif. kepalsuan kematian Michael deGuzman yang berhasil diselidikinya merekam betapa pekerjaan seorang reporter investigatif terkadang akan selalu bertentangan dengan opini kebanyakan. 

tidak jauh berbeda dengan Bondan Winarno, Cammy Wilson, Reporter Minneapolis Tribune juga berhasil mengungkap skandal transportasi kesehatan bagi kaum cacat. akan tetapi uniknya, Wilson tidak pernah berniat melakukan pendalaman sebelumnya. 

ceritanya sang editor dikotanya memberikan tugas kepada Wilson membuat feature mengenai kehidupan wanita berkursi roda. hingga menjelang akhir peliputannya terhadap wanita berkursi roda, dia menemukan satu fakta menarik untuk diselidiki. adalah subjek peliputannya seorang wanita tua berkata bahwa betapa mahalnya biaya kunjungan dokter. Wilson yang kaget dengan ucapan tersebut kemudian melakukan investigasi. endingnya, Wilson berhasil menarik perhatian Departemen Kesehatan, Pendidikan dan  Kesejahteraan di Washington DC karena mengungkap Skandal besar tersebut.

yang pasti, Septiawan Santana sangat berhasil dengan bukunya ini, Jurnalisme Investigasi. dengan bahasa yang mudah dicerna dan pendalamannya terhadap Jurnalisme Investigasi yang sangat luas telah mampu membuat pembaca betah berlama-lama menikmati dunia baru; Jurnalisme Investigasi!

~Fauzan Anwar Sandiah~

Mengapa Siswa Gagal?

Judul             : Mengapa Siswa Gagal
Penulis          : John Holt
Alih Bahasa  : Petrus Lakonawa
Penerbit        : Erlangga
Tahun             : 2010 
Karakteristik : 309 hlm
 
"siapa pun yang berhubungan dengan anak-anak dan peduli dengan anak-anak, buku ini sangat direkomendasikan", begitu komentar The New York Times. memang tidak berlebihan sepertinya jika pujian setinggi itu diberikan kepada John Holt yang berhasil menggiring nostalgia para guru kedalam alam para siswanya sendiri. 

Mengapa Siswa Gagal, karya Holt mengungkap kegagalan para guru selama proses pedagogik berlangsung. guru jarang menyadari kesulitan-kesulitan siswa yang sebenarnya, inilah kesalahan terbesar guru!. Holt menggugat mengapa setiap siswa harus disodorkan rentetan standar yang harus ia penuhi selama pengajaran berlangsung. akibatnya para guru pada akhirnya berada pada posisi dimana dia sendiri harus memastikan bahwa siswa "telah mengetahui apa yang harusnya diketahui". 

hal ini ternyata membawa dampak yang sangat luar biasa berbahaya didalam dunia pendidikan. misalkan guru jadi memaksakan metode pengajaran yang "telah gagal" pada percobaan pertama untuk terus digunakannya sepanjang waktu pada siswa. dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang seorang siswa yang tidak mampu menghafalkan perkalian melalui metode "menghafal" dipaksa terus menerus melakukan hal yang sama padahal banyak cara lain untuk membuat siswa mudah "menghafal".

ada banyak kasus menarik yang terdapat dalam buku ini. bak sebuah diary, Holt menyajikan buku ini seperti catatan harian, lengkap dengan tanggal terjadinya peristiwa menarik disekitarnya. Holt yang juga adalah seorang guru menceritakan pengalaman-pengalamannya secara detail. interaksi Holt dengan siswanya telah membawanya pada observasi yang sangat bermanfaat dan telah menginspirasi banyak guru. buku ini telah terjual sebanyak 1.000.000 eksemplar.
 
~Fauzan Anwar Sandiah~

The Decline of Bourgeoisie (By David Efendi)

Penulis       : David Efendi
Pengantar  : Achmad Charis Zubair
Penerbit     : Research Center for Politics and Government, Jurusan Politik dan Pemerintahan UGM
Cetakan     : 2009
Tebal          : xxvi+276 halaman

Pada awal dan pertengahan abad 20, Kotagede terkenal dengan keberadaan “Orang Kalang” yakni klas kaya di Kotagede. Pada perkembangannya, klas orang kaya tidak hanya terbatas di kalangan orang Kalang. Orang-orang yang berhasil menduduki klas ekonomi atas muncul dari berbagai latar belakang, terutama paska Indonesia merdeka dan akhir abad 20. Telah terjadi dinamika orang kaya dan peranan sosialnya di Kotagede, terutama menjelang pergantian milenium.

Buku karya David Efendi ini berusaha melacak keberadaan klas-klas kaya di Kotagede tersebut, sekaligus menyusuri jejak kemundurannya. Tulisan di dalam buku ini mencoba menguraikan apa yang terjadi dalam dinamika klas-klas kaya Kotagede merentang lebih dari dua abad, sejak Mataram Islam hingga paska kolonial atau kemerdekaan Indonesia. Bagi penulis, buku ini diharapkan memberi kontribusi atas perdebatan mengenai formasi elit, klas menengah atau yang penulis sebut sebagai borjuasi di kalangan kelompok pribumi Jawa, kelompok intelektual pada zaman-zaman berikut.

Buku ini merupakan pengembangan dari tulisan tugas akhir (skripsi) untuk mencapai gelar sarjana di jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM). Kata pengantar buku ini ditulis oleh Achmad Charis Zubair, seorang akademisi Fakultas Filsafat UGM dan penduduk asli Kotagede. David Efendi, penulis buku, merupakan alumnus Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL UGM tahun 2008. Ia banyak membuat artikel yang dimuat di berbagai media.

Sumvber : http://kotagedeculture.blogspot.com/2011/07/decline-of-bourgeoisie-david-efendi.html

Sunday, July 1, 2012

Rumah Baca Komunitas : Awalnya Membaca, akhirnya Mencerdaskan

Oleh : Fauzan Anwar Sandiah


Buntut dari kebutaan panjang adalah ketidaktahuan kita akan pentingnya membaca seperti pentingnya makan. 2 Mei 2012, dalam rumah kontrakan seadanya didaerah Yogyakarta berdiri Rumah Baca Komunitas, satu ikhtiar yang mungkin tidak asing lagi dikalangan aktifis “pesisir”. Tuntutan dan tanggungjawab sebagai anak bangsa memaksa mereka untuk memikirkan bagaimana caranya menutupi atau bahkan menambalkan luka-luka bangsa yang terlanjur jadi borok berkepanjangan. Kondisi Indonesia sebagai bangsa nyaris malu dihadapan adik-adiknya sendiri (baca: Negara Asia Tenggara yang merdeka diatas tahun 1945). Identitas kebangsaan kita nyaris abu-abu dimata dunia meskipun adapula yang tentunya masih melegakan. Korupsi, Teroris, Gerakan Separatis, Kemiskinan, selalu menjadi bumbu pemberitaan bangsa, kita berdoa saja semoga ini tidak jadi brand Indonesia.

Tidak ada cara selain terus bergerak meskipun harus dilakukan dengan skala terkecil sekalipun. Harus ada segenap pihak yang mau mengambil peran secara mendadak dan mengibarkannya. Musuh kita sekarang adalah “Kebodohan”__ini adalah salah-satu biang keladi terdahsyat kemelaratan bangsa. kondisi bangsa yang terpuruk bisa dibangun kembali dengan menumpas kebodohan. Rumah Baca Komunitas mungkin salah-satu diantara sekian banyak lakon superhero kontemporer bangsa yang nekat mengibarkan peperangan terhadap kebodohan. Ini tidak mudah, banyak persoalan teknis dan non-teknis yang jadi sajian utama dari Rumah Baca Komunitas (selanjutnya akan disebut RBK). Berdiri sejak mei lalu, seperti kebanyakan gerakan yang masih seumuran jagung, masalah konsisten dan kreatif masih harus dipupuk terus.

Gebrakan awal yang dilakukan tentunya adalah dengan menyediakan sebanyak mungkin bahan bacaan. Rumah kontrakan tempat RBK bermukim sudah didaulat sebagai perpustakaan kecil. David Effendi selaku pendiri dan beberapa pengurus bentukan awal RBK mulai menghubungi door to door teman-teman dekat yang bersedia menyumbangkan atau sekedar menitipkan buku-bukunya kedalam perpustakaan RBK. Langkah ini ternyata disambut dengan antusias oleh mahasiswa, dosen, hingga Ibu rumah tangga. Alhasil sebulan bergerak, buku-buku mulai membanjiri kantor Onggobayan RBK (Onggobayan merupakan daerah tempat kantor RBK tinggal__red).

Tidak lama berselang jaringan-jaringan kecil mahasiswa sukarelawan RBK kian baik. Bahkan dua diantaranya sudah bersedia menjadi donatur tetap RBK. Tentu ini berita bagus mengingat RBK bukanlah gerakan yang menawarkan keuntungan pragmatis terhadap para donaturnya. Akan tetapi lebih pada menawarkan gagasan__menjual gagasan dan bersedia mengeksekusinya. Kurang lebih seribuan lebih buku berhasil dikumpulkan sebagai bahan bacaan didalamnya. Jumlah buku ini diprediksi akan terus bertambah. Selain buku, bahan bacaan lain seperti majalah, tabloid, koran, buku bergambar, buku dongeng juga tidak lupa untuk dipunguti dari siapapun juga.  

Kegiatan-kegiatan yang diusung oleh RBK tidak melulu perjuangan literasi, tapi juga perjuangan lainnya yang serumpun dengan semangat pemberantasan kebodohan. RBK menyulap kantornya menjadi multifungsi. Selain perpustakaan, kantor RBK juga dijadikan sarana belajar masyarakat, anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. RBK membuka kursus komputer, bioskop edukasi sederhana, penerbitan majalah (sedang proses), dlsb. Upaya-upaya ini diharapkan menjadi gerbong awal dari semangat mencerdaskan bangsa. Amanat UUD 1945 boleh jadi telah dilupakan, tapi semangatnya jangan sampai punah.  

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK