Friday, October 24, 2014

Durasi Efek Terapi Obat dalam Tubuh

Oleh: Unggul Sujati Prakoso*

Alkisah pada suatu hari, Cipto yang menderita demam memutuskan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada seorang dokter di sebuah puskesmas dekat tempat tinggalnya. Dari hasil diagnosa, dokter memberi resep obat berupa Parasetamol 3x1 sebanyak 1 tablet sebagai penurun suhu tubuhnya. Setelah mendapatkan resep tersebut, Cipto pergi menemui Apoteker yang ada di apotek yang terletak tidak jauh dari puskesmas. Apoteker lalu memberikan obat sesuai yang tertulis didalam kertas resep dan memberikan informasi bahwa obat parasetamol dapat diminum sebanyak 3 X sehari sebanyak 1 tablet.
Cerita di atas merupakan gambaran yang biasa terjadi di masyarakat ketika sakit dan mendapatkan obat dari dokter maupun ketika membeli sendiri untuk menyembuhkan keluhan sakitnya. Tidak ada yang aneh dari peristiwa tersebut jika di lihat dari proses bagaimana pasien mendapatkan obat. Namun jika kita mencermati kembali bagaimana seharusnya obat tersebut di konsumsi sehingga menghasilkan efek terapi yang sesuai tujuan penggunaan maka kita akan mendapati sesuatu yang perlu untuk dicermati yakni pada aturan pakai parasetamol.
Masyarakat lazim mengartikan bahwa aturan pakai parasetamol 3x sehari 1 tablet adalah obat parasetamol diminum pada pagi, siang dan  sore atau malam hari sebanyak 1 tablet sesuai informasi yang diberikan oleh Apoteker di Apotek. Namun yang menjadi pertanyaan adalah alasan mengapa obat diminum ketika pagi, siang dan sore atau malam hari.
Tablet parasetamol ketika dikonsumsi secara oral melalui saluran cerna akan mengalami proses disintegrasi dan dissolusi senyawa aktif sehingga dapat diabsorbsi. Proses disintegrasi dan dissolusi dipengaruhi oleh faktor fisika kimiawi obat, bentuk sediaan, dan lingkungan dalam tubuh tempat obat diabsorbsi.
Obat yang telah diabsorbsi melalui saluran cerna seperti lambung dan usus akan melalui pembuluh darah vena porta menuju hati sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Di dalam hati obat akan mengalami first pass effect  yakni efek berkurangnya obat aktif karena metabolisme atau ekskresi oleh hati yang membuat obat aktif yang akan mencapai tempat kerja berkurang sebelum sampai ke sirkulasi sistemik.
Proses selanjutnya adalah distribusi obat atau perpindahan obat dari sirkulasi sistemik menuju ke semua jaringan dalam tubuh dan juga secara serentak dieliminasi. Ketika obat terdistribusi keseluruh jaringan tubuh maka kadar obat dalam darah akan mencapai maksimum secara perlahan dan efek terapi obat telah mencapai puncaknya[i]. Hal ini karena laju distribusi obat sebanding dengan kecepatan eliminasi obat.
Setelah obat terdistribusi dalam tubuh maka secara perlahan akan terjadi penurunan kadar zat aktif obat dalam tubuh proses eliminasi melalui ekskresi atau biotransformasi atau kombinasi keduanya. Proses ini mengakibatkan efek obat dalam tubuh menjadi berkurang karena laju absorbsi obat menjadi lebih kecil dibandingkan laju eliminasi obat.Ketika terjadi penurunan kadar zat aktif maka obatdikonsumsi kembali agar kadar obat aktif dalam tubuh kembali meningkat sehingga dapat menjaga kadar zat aktif tetap stabil dan menghasilkan efek terapi yang sesuai tujuan pengobatan.
Parasetamol tablet memiliki waktu durasi efek terapi selama 6 jam. Hal ini berarti parasetamol dalam tubuh dengan kondisi organ yang normal membutuhkan waktu selama 6 jam untuk melewati semua tahapan tersebut. Mulai dari absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Jadi ketika Izzul mengkonsumsi obat parasetamol pertama kali sebanyak 1 tablet ketika pukul 08.00 maka pada pukul 14.00 ia dapat mengkonsumsi kembali obatnya untuk kedua kalinya dan pada pukul 20.00 untuk konsumsi yang ketiga kali.
Tiap obat memiliki waktu durasi yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini terkait sifat fisika dan kimia dari masing masing obat serta pengaruh dari organ dalam tubuh pasien dalam memetabolisme obat. Sehingga agar tujuan terapi dalam pengobatan suatu penyakit dapat tercapai dengan baik maka saudara diharapkan dapat mencermati hal tersebut dengan baik. Karena pada dasarnya obat adalah racun yang dapat memberikan efek negatif dan merugikan  bagi tubuh bila tidak digunakan secara benar dan aman.
Informasi mengenai sifat obat maupun pertanyaan lain seputar obat dapat dikonsultasikan kepada Apoteker saudara yang ada di Apotek maupun Rumah sakit dan setelah mendapatkan informasi ini saudara pembaca diharapkan menjadi lebih mengerti dan patuh dalam hal aturan penggunaan obat sehingga efek terapi yang dihasilkan menjadi lebih efektif dan aman.


Sumber Pustaka :
-          Anonim, 2011, Drug Information Handbook 20th Edition, LexicompTM.
-          Nugroho. Agung Endro, 2012, Prinsip Aksi dan Nasib Obat Dalam Tubuh. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
-          Shargel. Leon dan Andrew B.C. Yu, 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Surabaya, Airlangga University Press.

* Penulis merupakan Pegiat RBK, juga merupakan Mahasiswa Apoteker Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK