Alkisah
pada suatu hari, Cipto yang menderita demam memutuskan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan kepada seorang dokter di sebuah puskesmas dekat tempat
tinggalnya. Dari hasil diagnosa, dokter memberi resep
obat berupa Parasetamol 3x1 sebanyak 1 tablet sebagai penurun suhu tubuhnya.
Setelah mendapatkan resep tersebut, Cipto pergi menemui Apoteker yang ada di
apotek yang terletak tidak jauh dari puskesmas. Apoteker lalu memberikan obat
sesuai yang tertulis didalam kertas resep dan memberikan informasi bahwa obat
parasetamol dapat diminum sebanyak 3 X sehari sebanyak 1 tablet.
Cerita
di atas
merupakan gambaran yang biasa terjadi di masyarakat ketika sakit dan
mendapatkan obat dari dokter maupun ketika membeli sendiri untuk menyembuhkan keluhan
sakitnya. Tidak ada yang aneh dari peristiwa tersebut jika di lihat dari proses
bagaimana pasien mendapatkan obat. Namun jika kita mencermati kembali bagaimana
seharusnya obat tersebut di konsumsi sehingga menghasilkan efek terapi yang
sesuai tujuan penggunaan maka kita akan mendapati sesuatu yang perlu untuk
dicermati yakni pada aturan pakai parasetamol.
Masyarakat
lazim mengartikan bahwa aturan pakai parasetamol 3x sehari 1 tablet adalah obat
parasetamol diminum pada pagi, siang dan
sore atau malam hari sebanyak 1 tablet sesuai informasi yang diberikan
oleh Apoteker di Apotek. Namun yang menjadi pertanyaan adalah alasan mengapa
obat diminum ketika pagi, siang dan sore atau malam hari.
Tablet
parasetamol ketika dikonsumsi secara oral melalui saluran cerna akan mengalami proses
disintegrasi dan dissolusi senyawa aktif sehingga dapat diabsorbsi. Proses
disintegrasi dan dissolusi dipengaruhi oleh faktor fisika kimiawi obat, bentuk
sediaan, dan lingkungan dalam tubuh tempat obat diabsorbsi.
Obat
yang telah diabsorbsi melalui saluran cerna seperti lambung dan usus akan
melalui pembuluh darah vena porta menuju hati sebelum mencapai sirkulasi
sistemik. Di dalam hati obat akan mengalami first
pass effect yakni efek berkurangnya
obat aktif karena metabolisme atau ekskresi oleh hati yang membuat obat aktif
yang akan mencapai tempat kerja berkurang sebelum sampai ke sirkulasi sistemik.
Proses
selanjutnya adalah distribusi obat atau perpindahan obat dari sirkulasi
sistemik menuju ke semua jaringan dalam tubuh dan juga secara serentak
dieliminasi. Ketika obat terdistribusi keseluruh jaringan tubuh maka kadar obat
dalam darah akan mencapai maksimum secara perlahan dan efek terapi obat telah
mencapai puncaknya[i].
Hal ini karena laju distribusi obat sebanding dengan kecepatan eliminasi obat.
Setelah
obat terdistribusi dalam tubuh maka secara perlahan akan terjadi penurunan
kadar zat aktif obat dalam tubuh proses eliminasi melalui ekskresi atau
biotransformasi atau kombinasi keduanya. Proses ini mengakibatkan efek obat
dalam tubuh menjadi berkurang karena laju absorbsi obat menjadi lebih kecil
dibandingkan laju eliminasi obat.Ketika terjadi penurunan kadar zat aktif maka
obatdikonsumsi kembali agar kadar obat aktif dalam tubuh kembali meningkat
sehingga dapat menjaga kadar zat aktif tetap stabil dan menghasilkan efek
terapi yang sesuai tujuan pengobatan.
Parasetamol
tablet memiliki waktu durasi efek terapi selama 6 jam. Hal ini berarti
parasetamol dalam tubuh dengan kondisi organ yang normal membutuhkan waktu
selama 6 jam untuk melewati semua tahapan tersebut. Mulai dari absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi. Jadi ketika Izzul mengkonsumsi obat
parasetamol pertama kali sebanyak 1 tablet ketika pukul 08.00 maka pada pukul
14.00 ia dapat mengkonsumsi kembali obatnya untuk kedua kalinya dan pada pukul
20.00 untuk konsumsi yang ketiga kali.
Tiap
obat memiliki waktu durasi yang berbeda satu sama lainnya. Hal ini terkait
sifat fisika dan kimia dari masing masing obat serta pengaruh dari organ dalam
tubuh pasien dalam memetabolisme obat. Sehingga agar tujuan terapi dalam
pengobatan suatu penyakit dapat tercapai dengan baik maka saudara diharapkan dapat
mencermati hal tersebut dengan baik. Karena pada dasarnya obat adalah racun
yang dapat memberikan efek negatif dan merugikan bagi tubuh bila tidak digunakan secara benar
dan aman.
Informasi
mengenai sifat obat maupun pertanyaan lain seputar obat dapat dikonsultasikan
kepada Apoteker saudara yang ada di Apotek maupun Rumah sakit dan setelah
mendapatkan informasi ini saudara pembaca diharapkan menjadi lebih mengerti dan
patuh dalam hal aturan penggunaan obat sehingga efek terapi yang dihasilkan
menjadi lebih efektif dan aman.
-
Anonim, 2011, Drug Information Handbook 20th Edition,
LexicompTM.
-
Nugroho. Agung Endro, 2012, Prinsip Aksi dan Nasib Obat
Dalam Tubuh. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
-
Shargel. Leon dan Andrew B.C. Yu, 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan, Surabaya, Airlangga University Press.