Oleh : Iqra Garda Nusantara
Sepanjang perjalanan Rumah Baca Komunitas yang belum genap
satu tahun sudah banyak berinteraksi dengan berbagai lembaga yang sudah lebih
dulu eksis di negeri tercinta. Lembaga itu tak lain tak bukan adalah lembaga
yang dihuni oleh Individu yang punya kepedulian akan bahaya buta baca bagi
bangsa yang sedang kembang kempis ini. Membaca, tak boleh dikerdilkan hanya
sebagai tugas individu tetapi tugas dan kewajiban negara.
Per Juli 2012 ini saya menemukan banyak pegiat gerakan
membaca yg menjadikan semakin optimis akn ms depan bangsa. Dari sekian banyak
sy merasa senang betkenalsn dengan pegiat rumah baca komunitas (jogja,online),
griya baca(lampung), rumah baca kids (bogor, online), rumah baca komunitas
merapi( jogja), pegiat festifal pembaca indonesia(goodsread-jkt), Jogja Atap
Buku, klinik baca-tulis mizan(bandung, online), Rumah Puisi (Taufiq Ismail,
Jogja), Indonesia buku-Iboeku (yogyakarta), asosiasi taman baca, pengelola
taman baca dan atau perpustakaan. Selain itu ada gerakan hibah buku yang cukup
militan seperti yang dilakukan oleh "gerakan 1 juta buku untuk anak
Indonesia", IPM, Gerakan wakaf buku, dan sebagainya. Mereka dapat ditemui
group facebook atau website. Masing punya peran dan keistimewaan. Kalau begitu
ayo kita ambil bagian.
Jika kita petakan maka semuanya mempunyai keistimewaan dan
persamaan. Beberapa hal yang sama adalah terkait visi dan misi gerakan literasi
(membaca, iqro) dan mereka bergerak di ranah online dan offline, menyediakan
'rumah', griya sebagai wadah berkumpul baik secara online maupun ofline. Kisah
pentingnya kolaborasi rumah online dan offline ini sudah dialami oleh Rumah
Baca (Bogor,jkt) yang kemudian menghasilkan komunitas Rumah Baca Kids di Bogor
pada tahun 2007.
Rumah baca omunitask di Yogyakarta, misalnya, punya kekhasan
tentang sharing book, sharing knowledge, pelopor perpustakaan 24 jam, memadukan
kampanye online dan offline untuk gerakan membaca. Rumah baca yg usianya 6
tahun sudah menorehkan banyak prestasi dan ini menjadi penyemangat bagi gerakan
serumpun, sevisi, senasib, seperjuangan.
Berbagai ragam, bentuk dan sepak terjang atau kiprah
komunitas2 tersebut merupakan kreatifitas sekaligus aset bangsa yg hrs dihargai
dan diperjuangkan. Karena apa? karena belajar di sekolah saja tak pernah cukup
kata Andreas Harefa. Sekolah sgt terbayas dan dibatasi mk perlu tambahan upaya
alternatif. Sy mlihat kiprah pecinta buku dan pegiat ger. membaca itu seperti
melihat planet dan bintang-bintang serta satelit yang luar biasa masing-masing
perannya. Jika dilihat lebih seksama maka terbentuklah rangkain keseimbangan
galaksi yang tdk kalah terang dari galaksi bimasakti. Entah kapan nama galaksi
itu menjadi energi besar tuk kbngkitan bangsa kita. Satu keyakinan bahwa sinar
bintang-bintang itu akn menerangi bangsa yg gelap, krn dgn buku peradaban maju
dan manusia bergerak.
Mungkin kita tak prrlu bersatu ttp perlu kesungguhan mnjg
peran masing agar ekosistem gerakan membaca tetap terjaga. Mari selamatkan
bangsa dgn menghimpun planet pegiat get mmbaca, iqro mnjadi satu keutihan garis
edar imajiner--galaksi rumah baca!
Galaksi imajiner adalah satu kekuatan tersendiri untuk
merasa mnenjadi bagian potongan dari satu puzzle raksasa yg akn menentukan
bwntuk peradaban manusia dlm arti luas. Bangunan imajinasi penting setidaknya
kita pernah belajar bahwa ssynguhnya bangsa indonedia sendiri adalah imagined
community, komunitas bayangan( ben anderson, 1984) dan itu telah menunjukan
kekuatan maha besar yang myatukan ribuan deret keberagaman kita. Orang jogja,
mataram, dalam batas keyakinan tertentu telah disatukan satu garis inajiner
merapi, kraton-laut kidul.
Tidk ada salahnya, imajinasi yg punya muatan energi positif
(proton, electron, netron) yg dpt dirangkai dlm kluatan besar mungkin akn
mewujud jadi dentuman besar seperti teori "big bang" dalam kejadian
semesta raya. Imajinasi saya, galaksi imajiner rumah baca juga dapat meledak
dalam kuantum yang kemudian menciptakan ratusan atau bahkan jutaan galaksi baru
yang dihuni oleh trilyunan komunitas rumah baca pada fase berikutnya.
No comments:
Post a Comment