Program dan Aktivitas Kerja
Rumah Baca Komunitas
Rumah Baca Komunitas
(RBK) adalah gerakan literasi yang berusaha menyediakan sekaligus menjadi akses
literasi bagi masyarakat akar rumput. Objek dari akses literasi tersebut yakni,
bahan bacaan, diskusi tematik, advokasi sosial, serta aktivitas apresiasi
ekologi, seni, budaya, dan kearifan lokal.
A.
Nilai-Nilai Dasar
Rumah Baca Komunitas
menyelenggarakan akses literasi tersebut sepenuhnya berlandaskan pada
nilai-nilai sebagai berikut:
1. Keadilan dan Emansipasi
Nilai keadilan dan emansipasi adalah perspektif dan orientasi
utama dari RBK untuk membangun diri dan masyarakat. Keadilan
dan emansipasi adalah titik tolak utama dari segala aktivitas yang
diselenggarakan oleh RBK. Keadilan dan Emansipasi adalah
bentuk dari politik deklaratif RBK untuk membentuk tesis baru
yang sepenuhnya akan menjadi “patahan” dari tesis lama gerakan literasi pada
level formal.
2.
Anti-Diskriminasi
Nilai anti-diskriminasi adalah komitmen penuh RBK sebagai konsekuensi positif dari nilai keadilan dan emansipasi. RBK mempercayai bahwa anti-diskriminasi merupakan titik penting
untuk mempertemukan berbagai kepentingan di dalam masyarakat atau komunitas.
Anti-diskriminasi akan menjadi peluang dalam membentuk konsesus yang dapat
dijalankan oleh kelompok-kelompok yang melebur.
3.
Nir-Kekerasan
Nilai nir-kekerasan merupakan sebuah keputusan politis
temporal terhadap kenyataan bahwa bentuk-bentuk kekerasan adalah manifestasi
dari ketidakmampuan reflektif manusiawi. Terdapat beragam cara untuk
mengungkapkan dan mencapai suatu maksud. RBK menyadari bahwa
secara historis kekerasan dapat dibedakan menjadi dua bentuk, pertama kekerasan
sebagai fenomen yang berdiri akibat sebab dari pertentangan basis ekonomi yang
timpang. Kedua, kekerasan merupakan sebuah perwujudan dari ultima ratio yang tidak berakhir.
4.
Pemberdayaan
Diri
Nilai pemberdayaan diri bermakna bahwa subjek-subjek yang
terlibat di dalam aktivitas RBK bergerak atas kebutuhannya
sendiri. Maka RBK tidak menentukan level kebutuhan apapun bagi masyarakat,
tetapi masyarakat sendirilah yang akan menjadi sumber tentang bagaimana RBK
membuat dirinya sesuai dengan keadaan masyarakat. Nilai pemberdayaan diri ini
sepenuhnya berjalan atas logika bahwa masyarakat akar rumput memiliki
pengetahuan atau basis kesadarannya sendiri yang seharusnya tidak dipandang secara
arbitrer. Tentu saja, RBK menyadari bahwa ada ekses tertentu dari hegemoni
kesadaran kelas menengah yang disosialisasikan bagi akar rumput. Maka untuk
menyelesaikan dilema tersebut, RBK bertumpu pada pola umum dari pengetahuan
akar rumput.
5.
Volunterisme
dan Gerakan Mikroba
Nilai volunterisme yang dianut oleh RBK memiliki arti bahwa
kehendak merupakan faktor utama yang menjadi pendorong bagi tercapainya tujuan
yang disepakati bersama. Maka nilai volunterisme berarti suatu kesepakatan
konsesus tidak harus dijalankan dengan bertumpu pada ketercapaian komunal,
tetapi pada ketersediaan komunal. Ketersediaan komunal merupakan keniscayaan di
dalam setiap masyarakat. Ketersediaan komunal itu memiliki arti bahwa di setiap
masyarakat, kesadaran untuk menuju bentuk ideal adalah pasti. Ketersediaan
komunal ini yang disebut oleh RBK sebagai gerakan mikroba, dimana berbagai
wujud dari kreatifitas masyarakat untuk mempertahankan eksistensi kehidupannya
secara absolut niscaya ada. Gerakan mikroba dengan demikian menunjukkan bahwa “kehendak
baik” di setiap masyarkat akar rumput selalu eksis, dan melalui keyakinan ini
kita memiliki relasi spirit yang menghubungkan antara tiap kelompok, golongan
dengan visi dan misi ideal yang sama.
6.
Kepercayaan,
Kejujuran, dan Akuntabilitas
Nilai kepercayaan, kejujuran dan akuntabilitas berarti bahwa
RBK menganut sebuah sistem moral yang sepenuhnya memandang manusia secara manusiawi.
Pada dasarnya RBK bertindak atas dasar analisis kritis, tetapi tetap melihat
bahwa peluang untuk menuju kondisi yang baik dapat dilakukan juga melalui
relasi manusiawi. Nilai Kepercayaan, kejujuran dan akuntabilitas adalah titik
tolak dari segala bentuk relasi yang diupayakan oleh RBK. Maksud utama dari
nilai-nilai yang menjadi landasan penyelenggaraan akses literasi tersebut
adalah bahwa gerakan literasi sepenuhnya harus dilaksanakan atas dasar dan
orientasi terbangunnya relasi yang manusiawi. Rumah Baca Komunitas menghindari pendekatan
konvesional dalam pengelolaan gerakan literasi yang hanya diperuntukkan bagi
kelas sosial tertentu.
B.
Program
Program menurut RBK
adalah sebuah narasi yang menjadi jalur bagi lalu lintas aktivitas. Maka RBK
tidak menggunakan kata “kerja” dibelakang kata “program” sebagaimana organisasi
atau LSM, atau Ornop pada umumnya. RBK menganut model penentuan program
berbasiskan pada voluntir. Program RBK ditentukan sepenuhnya atas kebutuhan
materil (voluntir, kehendak akar rumput, dan narasi tetap).
Dengan demikian, RBK
menentukan Program pada tahun 2013 sebagai:
“Gerakan Literasi sebagai Advokasi
Kebudayaan” (2013)
C.
Aktivitas Kerja
1.
Kampanye
Gerakan Literasi
Bentuk Aktivitas:
a. Malam Budaya
b. RBK On the Street
RBK On the
Street merupakan sebuah aktivitas membuka perpustakaan jalanan. RBK membuat
perpustakaan di taman kota, pinggir jalan, dan lokasi tertentu yang ditentukan
secara tentatif setiap minggu pada pukul 5.30-10.00 Wib. Harapan dari aktivitas
ini adalah membuka ruang akses bahan bacaan bagi siapa saja tanpa prosedur
administrasi yang ketat. Setiap pembaca buku, dapat meminjam buku secara bebas
hanya dengan kesediaan meninggalkan nama (sebagai data). Pembaca juga dapat
memesan judul buku yang dicari.
2.
Advokasi
Kebudayaan
3.
Pemberdayaan
Umum
RBK for Kidz
RBK for Kidz merupakan sebuah aktivitas yang diselenggarakan
berdasarkan pada permintaan masyarakat tentang sekolah informal. Aktivitas RBK
for Kidz antara lain adalah; mendampingi proses pembelajaran, dan mengadakan
kegiatan-kegiatan edukasi anak-anak.
terima kasih kami sangat terbantu dengan postingan ini, saya pengelola rumah baca di sorong papua khusus buat masyarakat di lingkungan RT saya.....semoga bermanfaat kelak, tuk pengembangan rumah baca di komunitas kami !!
ReplyDelete