Perpustakaan adalah penanda sebuah
peradaban ilmu dalam suatu masyarakat yang bergerak dan mengalami evolusi
bahkan transformasi (great transformation). Masyarakat bergerak dari buta
aksara menjadi melek aksara dan angka, seolah bergerak kencang dari gaptek
alias buta tekhnologi menjadi masyarakat high tech. Ini seolah sudah diyakini
sebagai kebenaran oleh banyak orang terutama pengikut teori sosiolog August
Comte. Lalu apa yang terjadi hari ini?
Masyarakat menurut Tofler menjadi
'tunggang langgang', mengalami distorsi dan disorientasi tentang masa depan dan
kehidupannya sehari-hari. Masyarakat ilmu yang dibayangkan tidak terwujud
tetapi menjadi sekumpulan manusia buas dalam tragedi kapitalisme dan kesadaran
palsu masyarakat pemujanya atau korbannya. Buku telah menjadi kajian dan bahan
seminar di berbagai tempat, namun realitas berbicara lain karena pada dasarnya
manusia mengalami penyimpangan orientasi karena unsur-unsur ideologi
kapitalisme, hedonisme dan pembaratan yang luar biasa--meliputi urusan lahir
dan bathin, sadar dan bawah sadar.
Transformasi Perpustakaan
Buku tetap menjadi simbul
pengetahuan sampai hari ini. Bagaimana jika buku itu didominasi oleh elit,
penguasa dan para intelektual yang menyimpannya di kamar sempit dan kamar mewah
perpustakaan keluarga?Bagi kami, hal ini sama persis dengan kajian De Soto
mengenai dead capital. Buku yang tidak dibaca dan tidak bergerak melakukan
pencerahan adalah ibarat modal mati. De Soto mengatakan tanah di
kampung-kampung sebagai harta mati karena tidak ada nilai jual yang lebih
besar. Buku juga bisa mati, jika dikubur dalam almari. Maka transformasi
masyarakat individualis ala Indonesia harus mengarahkan kepada gerakan
pencerahan dengan mengubah koleksi pribadi menjadi 'kepemilikan' komunitas
untuk berbagai energi pembangkit untuk visi pemberdayaan. Komunitas secara
hukum tidak mengubah kepemilikan buku namun mereka muncul spirit mempunyai rasa
memiliki untuk mendapatkan manfaat dan turut menjaga dan memelihara berbagai
ragam pengetahuan dalam buku. Kalau perlu, dapat diterapkan pengetahuan
tersebut.
Seorang Friend RBK di FB bertanya:
latr belakang didirikan ini apa?? apa cuman hanya membaca?? Lalu RBK menjawab
demikian: kita, RBK, lebih pada suatu gerakan nasional. Taman baca/rumah baca
hanya salah satu program. Kita pada dasarnya ingin membangun paradigma
masyarakat ilmu daya kritis masyarakat atas realitas sosial dan politik serta
mengkampanyekan nilai-nilai perdamaian jadi ada model pelatihan "peace generation",
jurnalistik, wirausaha, penerbitan buku yang lahir dari arus bawah, dan juga
membangun peradigma bahwa belajar tidak harus di sekolah formal bahwa semua
orang adalah guru dan semua tempat adalah sekolah. Itu beberapa hal yang kita
gagas.
Sebuah pemikiran
Tan Malaka menceritakan dalam
Madilog bahwa Leon Trotzky membawa berpeti-peti buku menuju tempat
pembuangannya begitu juga Sukarno dan Hatta atau Pramudya AT. Kegilaan terhadap
buku telah membesarkan para pemimpin rakyat dan penulis besar. Ironisnya bangsa
ini masih tenggelam dalam lumpur ”tragedi nol baca” (Taufiq Ismail, 2003).
Situasi ini harus diperangi semampu kita dengan menggunakan berbagai pendekatan
seperti budaya, agama, dan politik sekalipun. Membaca harus menjadi semangat
baru bahwa membaca adalah bagian dari iman dan sebagai manifestasi sosial harus
ada terobosan baru untuk menyulap perpustakaan pribadi menjadi perpustakaan
komunitas. Kehadiran rumah baca ini juga diharapkan mampu mempromosikan
nilai-nilai perdamaian melalui ragam buku bacaan dan karya tulis lainnya serta
mengawal transformasi besar yang sedang berlangsung di tengah masyarakat
Indonesia.
Dentuman besar yang membela
kemanusiaan harus digaungkan bersama-sama dan menjadi tanggung jawab negara
serta siapa saja di dalamnya. Salah satu dentuman besar itu adalah bagaimana
menggerakann pengetahuan melalui transformasi kepemilikan buku yang bersifat
egois-individualis menjadi suatu kondisi dimana komunitas merasa memiliki dan
turut mengambil manfaat dari artefak pengetahuan serta imajinasi masa depan
yang lebih humanis dan berkeadilan. Demikian catatan pagi ini, semoga ada
manfaat.
Salam Buku.
Indonesia damai dengan membaca!,
Indonesia maju dengan buku dan Indonesia lebih berdaya saing dengan
mentradisikan MEMBACA!
No comments:
Post a Comment