Pegiat Rumah Baca Komunitas
Sebagaimana artikel Moh.
Mudzakkir, habitus membaca yang sejak awal dikuasai oleh kelas menengah dan
elit harus direbut oleh kaum proletar (mustadafin). Kaum-kaum pemilik modal di
Perancis mengkonsumsi buku sebagai bagian dari hidupnya. Tidak ada yang aneh,
tetapi itu adalah sebuah privilege yang sangat keji atas kaum-kaum proletar
yang tidak mendapatkan akses sama baik dalam pendidikan formal.
ditambah lagi akses buku-buku berkualitas
(tentu saja mahal tidak terjangkau). Zaman terus bergerak, print
capitalism tumbuh tidak terkendali sehingga buku-buku dan pengetahuan
diproduksi lebih massal dan lebih terjangkau. Lalu, apa yang berubah dari diri
kita---aktifis pelajar proleter yang mimpi perubahan?
Bergeming
Tidak banyak yang berubah bahkan
semakin mengalami paradok. Anak-anak muda lebih senang dunia hura-hura
ketimbang mengkonsumsi pengetahuan dan meningkatkan kadar intelektual. Tuna
baca inilah yang merebak menjadikan anak-anak muda dan pemimpin di negeri ini
mengalami penyakit gila yang disebut oleh Syafii Maarif sebagai “tuna idealism”
yang akan berujuang pada tuna kuasa (Amin Rais dalam pidato guru besar, 2001).
Karena apa? Buku, informasi, dan pengetahuan adalah kekuasaan. Jika tidak
punya, atau kecil jumlahnya maka kita adalah mustadafin dalam segala hal.
Karena ketidakmampuan
berubah dan menerima perubahan/memanfaatkan monetum perubahan inilah kita
menjadi involutif dalam dunia gerakan. Satu cara adalah perlunya ideologisasi
gerakan membaca sebagai model gerakan advokasi nir-kekerasan. Anak-anak muda
jangan hanya menyumpai buruk keadaan—hanya mampu memadamkan api tetapi
istiqomah dalam kegelapan alam pikir akibat tuna baca tersebut.
Dengan gerakan iqro maka
ada proses-proses penyadaran, ada potensi melakukan pembelaan terhadap situasi
pribadi, sekitar, dan bahkan melakukan pemberdayaan dan proteksi terhadap
komunitas yang kita yakini baik dan melawan kekuatan global yang dominative dan
hegemonic. Membaca ideologis artinya menjadi budaya tanding atas penindasan
terhadap jati diri dan idealism kita sebagai masyarakat berbudaya, islam, dan
ramah lingkungan.
Terakhir, mari kita rebut
bung. Mari kita rebut habitus membaca itu dari kaum kapitalis!
No comments:
Post a Comment