Prospek
hubungan barat dan Islam_satu diantara sedikit istilah yang makin sulit
dipahami karena beragamnya tafsiran. Dulu, beberapa jam sebelum Agus Salim sempat
berbicara dengan Nokhrasi, tawaran penolakan de jure Indonesia dengan menjual janji penyelesaian Palestina di
PBB sempat dilakukan oleh Belanda. Padahal, beberapa pendapat sempat menjadi
percontohan kasus Irak dan Palestina sebagai kesempatan untuk memperbaiki
hubungan barat dan dunia Islam.
Melalui
janji penyelesaian Irak dan Palestina yang adil, bagi beberapa pendapat dilihat sebagai
celah berbaiknya hubungan antara Barat dan Dunia Islam. Padahal, keputusan
Nokhrasi untuk berkokoh dengan Agus Salim dan menolak Belanda juga adalah
pertanda lain. Prospek hubungan barat dan dunia Islam akan dilupakan jua kala
saudara seiman ini berakrab.
Sebuah
analisis yang cukup aneh, bahwa dunia
Islam yang direpresentasikan melalui mayoritas penduduk beragama islam di sebuah negara punya
kecenderungan untuk mencari kekuatan eksternal untuk membangun kekuasaan. Kita melihat bahwa teori “Ekternal
Power” menyatakan kegiatan menghunus pedang pada sesama saudara di
negara-negara arab didukung oleh kekuatan luar.
Lobi
belanda se-jam sebelum Agus Salim masuk bisa jadi adalah upaya membangun
Eksternal Power, antara Mesir dan Belanda, yang pada ujungnya ialah memperluas
kekuasaan. Perluasan kekuasaan yang dilihat dari kacamata apapun akan dinilai
dengan rasa frustasi akan berakibat pada konsep “halal darah”.
Namun
sampai pada saat ini, keselamatan Indonesia ternyata menurut sebagian pendapat
justru karena pemimpin-pemimpin Indonesia tidak fanatik dengan ideologi. Hatta
dan Sjahrir misalnya dapat “dibersihkan” namanya oleh Rosihan Anwar sebagai
pendukung minat sosialis, karena memang pada dasarnya hatta dan sjahrir termasuk
golongan penyimak Marx yang sangat mau melakukan revisi pemanfaatan cara menganalisa
Marx. keterangan ini dapat saja dengan mudah dillihat pada bagaimana hatta “berkonflik”
dengan Tan Ling Djie, Hatta terlihat begitu fleksibel menggunakan pandangan
Marx. Fleksibilitas ini juga diduga menjadi jalan mudah bagi masuknya demokrasi
(dalam tafsiran Amerika) untuk masuk dan lebur di Indonesia. kita tahu, bahwa tahun 50 an disebut masa "optimisme" demokrasi Indonesia.
Maka
dalam catatan-catatan kecil kita juga dapat menemukan pendapat bahwa konsep
demokrasi tidaklah bebas dari bias kepentingan pasca perang dunia. memang tidak
banyak, tapi ada yang memperkirakan bahwa definisi demokrasi yang dianut di
Indonesia, andaikata rusia berjaring dengan Indonesia maka akan sama saja. Kita
memang menyaksikan banyak persaksian mengenai ini. Ada yang menamakan islam
menumpan dalam partai komunis. Ada juga yang bilang sebaliknya. Di dalam kajian
mengenai Islam dan Partai Komunis di banten pada abad ke 20 juga ada sedikit
keterangan disitu. Apalagi saat Wilson menyanggah tesis Williams.
jadi sebenarnya kita berada dalam paradoks antara demokrasi, proses revivalisme, dan momen komunis di Indonesia yang terbuka menjelang 2014 serta prospek hubungan Islam dan barat yang tiada dapat diterka berdasarkan pada kategori klasik atau baru. entahlah.
jadi sebenarnya kita berada dalam paradoks antara demokrasi, proses revivalisme, dan momen komunis di Indonesia yang terbuka menjelang 2014 serta prospek hubungan Islam dan barat yang tiada dapat diterka berdasarkan pada kategori klasik atau baru. entahlah.
lakukan yang terbaik untuk islam aja gan... sebisa kita dan semampu kita... coment for u
ReplyDeleteIslam Rahmatan lil alamien kita perjuangkan bersama sama
ReplyDelete