Oleh : Hernowo
Klinik Baca-Tulis Mizan
Saya tentu tak hendak memungkiri bahwa pastilah ada
faktor-faktor lain yang menyebabkan seseorang dapat mudah dan lancar menulis di
samping (keharusan) membaca. Namun, ingin saya tegaskan di sini bahwa, menurut
pengalaman dan pengamatan saya, membaca teks merupakan penyebab amat penting
keberhasilan saya menulis. Saya sudah membuat 35 buku dan ratusan artikel di
Facebook. Ingin saya katakana pula bahwa kemampuan menulis saya itu tumbuh dan
terus berkembang berkat kegiatan membaca. Setiap kali usai membaca---baik
membaca artikel pendek atau panjang, buku, atau yang lain---saya segera saja
menuliskan hasil-hasil kegiatan membaca saya.
Saya juga mengamati bahwa Ustad Quraish Shihab, Kang Jalal,
dan Ibu Ratna Megawangi---untuk mengambil tiga contoh yang berhasil dalam
menjalankan kegiatan menulis---mampu menulis banyak artikel dan buku
dikarenakan kegiatan membacanya. Satu hal lagi, hasil riset ahli linguistik Dr.
Stephen D. Krashen yang dibukukan dalam The Power of Reading: Insights
from the Research, juga menunjukkan hal sama dengan apa yang saya katakan.
Menurut Dr. Krashen, orang-orang mampu menulis dikarenakan kegiatan membacanya.
Demikianlah, membaca memang bagian sangat penting dari menulis. Mengapa membaca
menjadi bagian amat penting dari menulis?
Pertama, seperti telah saya tunjukkan dalam tulisan
sebelum ini bahwa membaca menjadikan seseorang akan kaya akan kata-kata. Ketika
dia membaca, sesungguhnya dia sedang memasukkan kata-kata ke dalam diri
(pikiran)-nya. Kata-kata yang masuk ke dalam diri (pikiran)-nya itulah yang
mengembangkan sekaligus meningkatkan kualitas diri (pikiran)-nya. Dan ketika
dia menulis (mengeluarkan pikirannya), kata-kata yang dimilikinya akan membantu
merumuskan pikiran yang dikeluarkannya itu. Apabila dia sangat sedikit
menyimpan kata-kata di dalam diri (pikiran)-nya, dia tentu akan kerepotan dalam
merumuskan pikirannya tersebut.
Kedua, membaca akan membuat pikiran menjadi berbeda
dengan sebelumnya. Membaca membuat pikiran berubah. Bahkan, membaca akan
benar-benar meningkatkan kualitas pikiran secara signifikan. Ada sesuatu yang
senantiasa baru dan segar serta tidak biasa di dalam pikiran yang suka membaca.
Inilah yang membuat seseorang kemudian dapat menulis (mengeluarkan sesuatu yang
tidak biasa yang ada di dalam pikiran tersebut). Hanya dengan menulislah,
pikiran yang berbeda dan tidak biasa tersebut dapat dikeluarkan secara jelas
dan tertata. Lewat menulis (mengeluarkan pikiran dengan bantuan kata-kata)-lah
kemudian pikiran yang telah berubah itu kemudian dapat kit abaca (pahami)
dengan jelas. Tanpa dituliskan (dikeluarkan), kita tak dapat memahami secara
jelas apa yang ada di dalam pikiran kita.
Ketiga, membaca dapat “menggerakkan” pikiran. Pikiran
yang diam alias “tidak bergerak” adalah pikiran yang sulit sekali dirumuskan.
Pikiran tersebut tidak mampu memancing si pemilik pikiran untuk menangkap dan
merumuskannya. Sementara itu, pikiran yang terus bergerak dan berubah akan
membuat si pemilik pikiran tertarik untuk menangkap dan merumuskannya. Menulis,
sesungguhnya, adalah menangkap dan kemudian secara cepat merumuskan pikiran
yang bergerak tersebut. Mungkin saja, saat pertama dituliskan, pikiran yang
bergerak akibat membaca itu belum jelas bentuknya. Namun, setelah berkali-kali
dikeluarkan (dituliskan) dan dibaca serta diperbaiki bentuknya (dengan
menatanya lewat kegiatan menulis yang berkali-kali), pikiran tersebut pun akhirnya
akan memiliki bentuk yang jelas.[]
No comments:
Post a Comment