Oleh : David Effendi
Merespon dari apa yang digagas oleh Fida Afif dalam
tulisannya tentang lahirnya sebuah komunitas lokal yang mempunyai ekpektasi
masa depan sebagai inspirasi untuk dunia. Saya sangat apresiasi dengan tulisan
tersebut. Bagi saya, sangatlah wajar impian itu muncul dari semangat lokalitas
yang egaliter dan saling menghargai, saling memanusiakan sesama. Doktrin Think
globally, Act locally (dan sebaliknya) adalah sebuah keniscayaan yang tak bisa
kita campakkan. Lebih dahsyat lagi adalah bahwa langkah besar pasti dimulai
dari langkah-langkah kecil. Kemenangan besar, begitu juga, senantiasa dibangun
atas pundi-pundi kemenangan kecil. Inilah yang kemudian saya pahami sebagai
revolusi semut. Perubahan yang dibawa dengan nuansa proses yang humanis,
berlanjut, dan memberikan manfaat dari terbentuknya puzzle besar dalam
peradaban manusia bumi.
Rumah Baca
Rumah baca mempunyai padanan makna dan praktik seperti
halnya taman baca, pusat belajar masyarakat dan sejenisnya. Semua menunjukkan
konotasi positive dalam masyarakat pembelajar. Beberapa orang masih juga ada
yang tidak mempunyai pandangan positif tentang kehadiran rumah baca sebagai
pusat belajar alternatif. Dalam puzzle peradaban yang maju "rumah
baca" adalah potongan yang sangat penting ibarat dalam struktur galaksi
semesta. Kebaradaan potongan sekecil apa pun akan memberikan konstribusi atas
keseimbangan peredaran tata surya, atau jejaring kehidupan. Jika Rumah baca
sudah mampu dibudidayakan, dikembangbiakkan dalam berbagai kegiatan yang
kreatif dan partisipatoris tentu banyak improvisasi pengetahuan merekah indah
di dalamnya. Hadirnya rumah baca juga akan membantu menciptakan iklim tumbuh
kemabngnya penulis, pengarang, peneliti, dan juga bentuk-bentuk kreatifitas
lainnya. Dari sinilah kita melangkah pasti, slowly but suredalam
irama revolusi semut Berjalan setapak demi setapak dan akan diikuti oleh semut
lainnya membentuk deretan panjang dan arsitek rumah semut yang menawan.
Buku sendiri sebenarnya mempunyai aspek yang berbahaya jika
buku-buku itu disalahgunakan dengan kepentingan tertentu. Walau demikian buku
tidak perlu ditakuti tetapi perlu dipelajari mana yang berdampak mematikan
(perang) mana yang berdampak menghidupan (damai). Kita ingat kekuatan
propaganda komunis melalui buku, ada buku Marxist, buku Red book of Mao juga
buku-buku Hitler yang mengerikan. Wajar saja ada kaos di Amerika yang bernada
humor tertulis begini, "Books have knowledge, knowledge is power, power corrupts,
corruption is a crime, and crime doesn’t pay..so if you keep reading, you’ll go
broke." Hubungan antara buku/pengetahuan dengan kekuasaan adalah
sangat dekat sehingga dapat pula mengancam kebaikan bersama. Itu betul karena
buku itu sendiri tidak bisa netral (free will) tetapi punya agenda maka kita
juga harus pandai-pandai mengendalikan pikiran kita. Dengan berkomunitas tentu
akan membuka pintu dialog/dialektika sesama pembaca.
Revolusi Semut
Evolusi peradaban adalah sebuah fakta bahwa perubahan tata
kehidupan manusia tidak mungkin dapat berjalan seperti kilat. Penciptaan bumi,
tata surya juga mengalami tahap yang sangat lama begitu juga dialektika
penciptaan manusia tentu tidak bisa kita ingkari bahwa ada persoalan evolusi
ada tahap dimana Adam berada di surga lalu beratus tahun/ribuan mengalami
perjalanan panjang sampai pada generasi kita. Revolusi inggris, revolusi
politik di Perancis adalah dua faktor yang mampu mempercepat perubahan tata
kelola kehidupan di bumi. Era informasi sekarang kemudian berjalan mempercepat
dan mempermuda cara manusia belajar. Tetapi betulkah kita sudah menjadi aktor
dalam perubahan itu atau kita masih menjadi konsumen belaka. Ada revolusi kilat
di luar kita, kita seringkali masih konservatif dalamcara berfikir dan berargumen.
Revolusi semut kemudian kurang mendapatkan perhatian lantaran asik
melihat dunia eksotik tekhnologi di luar.
Taruhlah contoh perdebatan mengenai perpustakaan digital,
kindle, e-book dengan model peprustakaan/taman baca konvensional yang memajang
rak-rak buku. Banyak orang dengan PD mengatakan buku cetak tidak lagi penting
dan e-book adalah solusi penghematan. Kita bandingkan berapa listrik yang juga
harus dihabiskan oleh devise/tekhnologi tersebut. Kita tidak tahu pasti mana
sebenarnya yang lebih ramah lingkungan apa alat-alat listrik (membaca online)
atau buku cetak. Gilanya, kita tidak pernah beranjak sebagai bangsa pembelajar
dan pembaca ilmu pengetahuan. Dari tahun 2003 (survey Taufik Ismail, nol baca)
sampai sekarang, minat baca bangsa ini tidak beranjak naik secara signifikan.
Apakah kita tega mewacanakan membaca digital? epakah kita dengan irrasional
menganggap semua orang bisa membeli alat pembaca digital (laptop, nook, kindle,
google nexus, etc). Jumlah orang miskin di Indonesia masih terlampau besar (30
juta-an) dan tidak sampai hati kita memamerkan tekhnologi kepada mereka. Banyak
hal yang membuat kita salah mengerti akan arah perkembangan bangsa. Teman-teman
yang sudah tunggang langgang menikmati kemajuan tekhnologi tidak bisa memandang
sebelah mata kepada anak-anak bangsa yang masih buta huruf, buta baca, tidak
familiar dengan buku cetak, dan tertinggal segala-galanya oleh yang kita anggap
"kemajuan", modernisasi, progress, peradaban, dan kata-kata lain
sepadan denganya.
Rumah baca adalah kebutuhan sejarah manusia. Penentu
peradaban suatu masyarakat sebagaimana telah dilalui dans sampai kini
perpustakaan adalah simbul peradaban. Sampai sekarang belum ada negara maju
yang menghancurkan buku cetak dan beralih ke buku digital. Artinya pekerjaan
kita masih terlampau mulia untuk dinafikkan, untuk diremehkan, dan dianggap
tidak bermanfaat. Bagi penggerak rumah baca, mari kita bersinergi untuk
bersama-sama melanjutkan pekerjaan penting untuk bangsa yang lebih baik, lebih
damai, dan lebih berkeadilan sosial. Bacaan akan dapat mengubah kita,
menentukan kemanah kita akan melangkah untuk kebaikan bersama. Dengan buku
yanga da di rumah-rumah kecil sudt kampung, adalah sebuah langkah besar (mulai
kecil) dengan jargon sharing book, sharing knowledge, and sharing the future
life. Berbagi masa depan dengan buku.
Akhirnya satu keyakinan adalah bahwa komunitas kecil yang
ada dalam lingkungan kita. Betapa pun banyak kekurangannya adalah layak untuk
terus diperjuangkan semampu sekuat tenaga kita. Jika kita sudah melakukan yang
terbaik dengan mendayagunakan apa yang sudah kita miliki, semua perubahan akan
dibantu oleh invisible hand, yakinlah dengan, sekali lagi, doktrin "Do the
Best, and God will do the rest". Artinya, lakukan yang terbaik dan Tuhan
yang akan menyempurnakan pekerjaan kita.
No comments:
Post a Comment