Oleh: Iqra Garda Nusantara
Usia gerakan literasi dalam Rumah baca Komunitas
hampir tiga tahun dan dari perjalanan ini ditemukan potongan-potongan sejarah
yang dapat dijadikan amunisi untuk melakukan perubahan-perubahan positif di
masa kini dan masa yang akan datang. Perubahan adalah hak dan perubahan ini
seharusnya dikehendaki oleh para pegiatnya bukan oleh kekuatan luar sehingga
seringpula kita akan terjebak pada arti sebuah penghargaan". Gerakan
kecil, kuat, dari dalam adalah spirit yang masih sangat kuat dipegang erat
sebagai bentuk penolakan atas skema pembangunan manusia yang dipaksakan oleh
negara.
Banyak sekali gerakan-gerakan masyarakat justru mengalami negaranisasi tidak hanya pada zaman Orde Baru yang kuat dan 'keras' terhadap eksistensi komunitas kritis. Pasca Orde baru juga masih diperlihatkan bagaimana masyarakat ingin menjadi bagian dari karakteristis negara yang 'wah', dominan, superior, narsis, dan terpenting adalah mendapatkan akses finansial untuk membiayai dan menggadaikan idealismenya. Tendensi negeransiasi ini telah kita rasakan dampak negatifnya sampai ke tulang rusuk masyarakat entah sampai kapan akan berakhirnya rasa sakit itu. Pain killer itu juga kadang jalan frustasi yang ditempu.
Banyak sekali gerakan-gerakan masyarakat justru mengalami negaranisasi tidak hanya pada zaman Orde Baru yang kuat dan 'keras' terhadap eksistensi komunitas kritis. Pasca Orde baru juga masih diperlihatkan bagaimana masyarakat ingin menjadi bagian dari karakteristis negara yang 'wah', dominan, superior, narsis, dan terpenting adalah mendapatkan akses finansial untuk membiayai dan menggadaikan idealismenya. Tendensi negeransiasi ini telah kita rasakan dampak negatifnya sampai ke tulang rusuk masyarakat entah sampai kapan akan berakhirnya rasa sakit itu. Pain killer itu juga kadang jalan frustasi yang ditempu.
RBK adalah identitas anak muda dan para pembelajar otonom yang hendak memperjuangkan mimpi-mimpi yang dimiliki masing-masing dengan bergabung ke dalam komunitas untuk saling memberikan kekuatan dan apresiasi sehingga perubahan yang diharapkan itu lebih mudah dan lebih awal menjadi kenyataan. identitas yang terbayang adalah keberdayaan komunitas yang dapat mengadvokasi hak-hak sipil politik dan juga mampu menggerakkan perubahan positif yang dikehendaki masyarakat. Masyarakat adalah kita dan kita adalah masyarakat merupakan situasi yang abstrak kita gambarkan namun perubahan dari dalam itulah kata kuncinya sehingga tidak mengalami bias kegagalan akibat faktor luar.
Bagaimana gerakan literasi (melek wacana) ini mencirikan dirinya sebagai manusiawi? RBK adalah rumahnya manusia. Ini adalah spirit memanusiakan manusia yang hendak dibangun bersama sebagai kesadaran baru di zaman yang seringkali 'menghina kemanusiaan' dan 'akal sehat'--di mana kita lihat bagaimana buruknya politik perkantoran, kerasnya persaingan kuasa di desa, di organisasi, praktek tidak demokratis dalam lembaga demokrasi dan jutaan list paradoks masyarakat lainnya.
Spirit memanusiakan gerakan literasi ini setidaknya tercermin dalam praktek keseharian antara lain (1) inklusifisme yaitu para pegiat sangat terbuka dan open minded untuk menerima siapapun yang bergabung dan akan mengambil manfaat dari komunitas ini. Prinsip yang sangat populer adalah bahwa semua orang adalah guru dan semua tempat adalah madrasah pembelajaran; (2) apresiatif yang menjadi ciri khas dari komunitas RBK ini yaitu pola relasi manusia yang saling menghargai dan menghormati keputusan dan capaian-capaian yang telah dimiliki. Dalam bekerja dalam tim, kontribusi tidak diketegorikan besar kecil, dan sedang tetapi setiap keterlibatan adalah jiwa-jiwa yang menghidupi, memberi nafas pada aktifitas bersam. Terakhir, (3) adalah 'anti-kapitalisme' yang ditunjukkan pada aspek-aspek kehidupan sosial yang mengedepankan 'nilai interaksi' yang besifat kualitatif dari pada berfikir "mendapatkan keuntungan apa dari relasi". Apa yang dimaksudkan disini dengan anti kapitalisme adalah menolak model relasi timpang antar sesama manusia yang dijebak oleh pemikiran kapitalis. Kapitalisme itu merusak dan menjadi anti tesis dari eksadaran hakiki para pegiat untuk saling berderma, berani berkorban, berani menjadi Gandi, dan tidak mudah menggadaikan kemanusiaan hanya gara-gara materi yang tak pernah abadi. Bagi para pegiat literasi, membaca adalah bekerja untuk memberadabkan diri dan "menulis adalah bekerja untuk keabadaian." Selamat malam, Buku.
Kalibedog, 25 Juni 2014.
No comments:
Post a Comment