Oleh : Fauzan Anwar Sandiah*
Judul
buku :
Menuju Indonesia Makmur
Penulis : Drs. Afnan Hadikusumo
Penerbit
: Cerah Media
Cetakan : 1, 2013
Tebal
:
xiv+248 halaman
Motivasi berangkat dari
Pesan Buya Syafii Maarif pada Afnan Hadikusumo tahun 2003, Afnan Hadikusumo
yang akrab dipanggil mas Afnan kala itu berkunjung dalam rangka sowan.
Buya Syafii berujar, “sebagai calon legislatif, maka kamu harus banyak
mendengar, membaca, berbicara dan menulis.” Kejadian bersejarah itulah yang
menjadi pendorong Afnan melakukan pekerjaan intelektualnya melalui menulis.
Setelah menulis Melangkah Memperjuangkan Daerah pada 2012, kini
di 2013 Afnan menulis lagi bukunya dengan judul Menuju Indonesia Makmur. Catatan
perjalanan Afnan dalam Menuju Indonesia Makmur adalah Bunga Rampai
dari sekian opini Afnan yang tersebar di media massa.
Afnan Hadikusumo adalah
anggota komite III DPD RI untuk DIY periode 2009-2014 yang tangguh dalam
memperjuangkan kepentingan rakyat melalui fungsi legislasi. Saat menduduki
posisi sebagai anggota komite III luas jangkauan perhatiannya tidak terjepit
pada bidang khusus tapi juga bidang lain seperti tatanan politik dan
pemerintahan. Perhatian tersebut terlihat dari kecemasan Afnan mengenai
peringkat Failed State Index(FSI) tahun 2012 dimana Indonesia berada pada
peringkat 63 dari 178 Negara. Menurut Afnan ini adalah indikasi dari masih
minimnya perhatian pemerintah dalam membangun Indonesia. Padahal di Zaman
Global Teknologi seperti sekarang ini Negara-negara lain sudah berkembang amat
jauh sedangkan Indonesia masih berputar-putar dengan masalah yang sama dan tak
kunjung selesai.
Kontemplasi Afnan dalam
bukunya hadir melalui empat kajian utama, yakni; Pendidikan, Kesehatan,
Tatanan Politik dan Pemerintahan, serta Sosial dan Budaya, keempat
permasalahan ini dikupas tuntas secara tematik. Apa yang menjadi keresahan
Afnan mengenai empat hal tersebut?. Dan bagaimanakah Afnan menawarkan jalan
alternatif bagi pemecahan masalah-masalah bangsa tersebut melalui kacamata
praktisi politik?.Afnan menggelitik pembaca untuk menyadari permasalahan yang
sesungguhnya sangat mendesak dan penting namun jarang disadari. Salah-satu
tulisannya dalam buku ini,Undang, Undi Lalu Tipu, mengangkat lagi kepala pembaca
bahwa persoalan remeh-temehseperti penipuan masih berkeliarah dari satu
rumah ke rumah lainnya. Mengapa pokok ini menjadi penting?, Sasaran utama afnan
adalah bahwa kenyataan laten seperti ini merupakan pukulan telak bagi semua
elemen bangsa untuk selalu melakukan upaya-upaya edukatif kepada masyarakat.
Ketakutan dari Afnan adalah jika pepatah orang jawawong bodho dadi pangane wong
pinter (orang bodoh menjadi objek rezeki orang pintar),terus-terusan
terjadi di Negara ini. Maka sejumlah saran dalam pembentukan regulasi yang
terkait dengan pendidikan dan peningkatan mutu kesejahteraan masyarakat
dipaparkan oleh Afnan pada setiap akhir dari tulisannya.
Penyakit yang dialami oleh
bangsa ini menurut Afnan lebih banyak karena program pembangunan pemerintah
yang kurang berorientasi pada pemerataan dan cenderung berfokus pada
pertumbuhan. Afnan meminjam pendapat Samuel Huntington dalam mengkritisi arah
kebijakan pemerintah yang berfokus pada pengejaran pertumbuhan daripada
pemerataan. Arah kebijakan yang mengejar pertumbuhan cenderung top-downdan
pada akhirnya akan berubah menjadi dominasi segelintir manusia. Arah kebijakan top-down akan
menyebabkan disparitas sosial, ekonomi, kesehatan dan politik yang tidak
kunjung selesai.
Memoar Afnan mengingatkan
pembaca terhadap beberapa karya Praktisi Politik semisal Amien Rais dengan Selamatkan
Indonesia (2008) dan Jusuf Kalla dengan Mari Ke Timur (2000) yang
banyak meletakkan rumusan performance pemimpin sebagai adonan utama
dari upaya menyelamatkan bangsa. Melalui Menuju Indonesia Makmur Afnan
juga melihat pemimpin visioner sebagai salah-satu jalan menapaki kesejahteraan
sosial, ekonomi, kesehatan dan politik di Indonesia. Useem, Direktur Center for
Leadership and Change Management di Wharton School berkomentar melalui Dian R
Basuki, “Orang menjadi pemimpin hanya di dalam momen performance”. APBD Pro
Rakyat, akses terhadap jaminan kesehatan, kesempatan mengenyam pendidikan yang
bermutu tinggi adalah agenda yang tidak bisa ditawar oleh pemimpin manapun.
Namun kegagalan Negara secara sistemik memang ditentukan oleh pemimpin, ibarat Ikan
busuk selalu dari kepala.
Sekarang bagaimana Afnan
menyelesaikan semua itu?, mengutip rumusan the four I’syakni; Pemimpin yang
dihormati, pemimpin yang menginspirasi, pemimpin yang mau mendengar dan
bertindak serta pemimpin yang tulus serta ikhlas. Afnan berpendapat,
karakteristik the four I’s akan bisa menghapus model-model politik
picik. Politik Transaksional, Korupsi Elit, Marking-up budget, yang
telah berhasil memporak-porandakan bangunan kemakmuran Negara harus secepatnya
dibasmi. Meskipun begitu, Afnan tidak melihat kesia-siaan pada perjuangan yang
tidak kenal henti bagi setiap elit politik yang masih bersih dan berani mengawal
pembuatan hingga implementasi UU.
Afnan memang jeli dalam
merangkai semua persoalan bangsa secara tematik dan populer. Keluasan wawasan
praktisi politik seorang Afnan terlihat dari caranya menyajikan persoalan lokal
tapi tetap berwawasan global. Kritik Afnan juga banyak ditujukan pada banyaknya
pengabaian aspirasi kalangan bawah, dalam mengawal rancangan UU. Pada tema-tema
yang sensitif Afnan memberikan pukulan khusus, terutama mengenai
persoalan kaum difabel. Melalui tema-tema sensitif seperti Ide Revisi UU
Keormasan, Potret Suram Badan Kehormatan, hingga Kontroversi Ide Pembagian
Kondom oleh Menkes tahun 2012, Pembaca dibawa ikut merasakan bagaimana dinamika
seorang praktisi politik yang harus berada diantara arus mainstream opini
masyarakat, telaah ilmiah dan kepentingan egoistik kalangan elit. Cara Afnan
memetakan tema-tema ini tergolong unik dan begitu apa adanya.
Kajian yang dituturkan oleh
Afnan lebih banyak bersifat penjabaran, gaya ini dihadirkan sebagai cara untuk
menampilkan pentas debat argumentasi secara lebih elegan hingga nampak tidak
ada preferensi tertentu yang biasa menjadi bumbu personal interest. Kajian
Afnan menjadi berbeda pula dengan sejumlah buku atau kajian serupa yang
membahas empat hal pokok tersebut. Kelebihannya terletak pada pengaruh tulisan
ini dalam konteksnya sebagai bahan wacana yang diajukan oleh Afnan sebagai
praktisi politik kepada elit pemegang palu sidang. “beliau adalah senator
yang cukup piawai” sanjung Irman Gusman dalam kata Pengantarnya pada buku ini.
*)Penulis adalah
Pengurus Rumah Baca Komunitas Yogyakarta dan aktif di LaPSI Pimpinan Pusat
Ikatan Pelajar Muhammadiyah pada periode 2011-2012.
No comments:
Post a Comment