Direktur Rumah Baca Komunitas
Pernah terbayang bahwa suatu saat
orang-orang meyakini bahwa kempanye gerakan membaca adalah bagian dari jihad
fii sabilillah. Artinya, jihad dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi
perintah pertama Allah yaitu IQRO!. Membumikan bacaan dan ilmu pengetahuan
sebagai bagian tak terpisahkan kehidupan masyarakat Islam yang sekian lama
terpuruk, atau di tengah masyarakat Indonesia yang terombang-ombing dan menjadi
korban dari persekongkolan antara pasar kapitalisme dan negara yang korup.
Dari nilai-nilai islam itulah
militansi harus ditumbuhkan. Setidaknya landasan naqliyah atau wahyu ilahi
tentang pentingnya membaca dan belajar sudah tidak diragukan lagi hanya
implementasi perlu revitalisasi. Surat al alaq, surat al qalam, dan sebagainya
yang pada intinya sangat menghargai terhadap orang-orang yang mau belajar, dan
berilmu seperti halnya penghargaan atas orang-orang sholeh yang beriman.
Militansi dapat dibangun
dari beberapa aspek mulai dari internal maupun eksternal. Dalam internal,
militansi ditumbuhkan dari keyakinan dasar atas wahyu Allah dalam al quran
sehingga gerakan membaca itu adalah menjadi bagian ibadah. Keyakinan itu
ditumbuhkembangkan dalam alam pikiran dan nurani yang seiring dan sebangun
dengan rasa iman itu sendiri. Jadi sekf-motivation factor ini menjadi alat yang
efektif untuk membentuk militansi aktifis pelajar.
Kedua, aspek pemberdayaan diri
artinya kita terlibat dalam gerakan kampanye membaca atau gerakan melek-baca
itu juga merupakan cara kita memberdayakan diri sendiri. Dengan berdekatan
dengan buku kita akan terpacu untuk membaca. Dengan membaca kita menambah
pengetahuan dan terhindar dari kebodohan akibat kurang pengalaman dan wawasan.
Lebih hebat lagi manakalah kita berdaya dan mampu membantu orang lain lebih
berdaya baik secara intelektual, ekonomi, maupun politik-kebudayaan. Dengan
demikian karakter masyarakat akan lebih tangguh untuk menghadapi arus
globalisasi dan perubahan sosial.
Terakhir, adalah aspek eksternal
yang meliputi situasi sosial di sekitar kita. Apabila kita salah mengambil
komunitas tentu kita akan mengalami disorientasi dalam upaya gerakan membaca.
Lingkungan yang kondusif untuk memelihara semangat, kedekatan dengan buku
adalah sangat besar pengaruhnya untuk menjadi kekuatan para
pelaku/pengerak gerakan membaca.
Jika sudah ada organisasi yang
menaungi, sebenarnya spirit itu sudah terinstitusionalisasi namun hal ini belum
cukup tanpa aspek spiritual yang mampu menjadikan seseorang termotivasi dari
dalam. Aspek spiritual dna sosial itu wajib hadir dalam bangunan yang saling
menopang sehingga militansi itu tidak saja menjadi ide yang diawang-awang
tetapi menjadi kenyataan sosial dengan langka-langka kreatif dan progresif
untuk mewujudkan bangsa yang tangguh!
Onggobayan, Kasihan, 19 Oktober 2012 jam 11.00 wib
No comments:
Post a Comment