Direktur Rumah Baca Komunitas
Banyak fakta selama ini
menunjukkan kepada kita bahwa bangsa ini gemar dengan ritual atau kegiatan
seremonial. Sumpah pemuda yang biasa diperingati setiap pada tanggal 28 Oktober
juga tidak bisa lepas dari kebiasaan seremonial dimana tanggal tersebut dimeriahkan
dengan berbagai kegiatan, festival, lomba, dan sebagainya. Tujuannya adalah
ingin mengenang militansi pemuda-pemuda pada generasi 1928-an yang telah
berhasil mengobarkan semangat nasionalisme menjadi upaya merebut kemerdekaan
bangsa. Tujuan yang teramat mulia itu sering didangkalkan dengan rutinitas
tanpa subtansi. Buktinya, banyak anak-anak muda yang terjun di dunia politik,
birokrasi, dan swasta yang mempunyai bermental inlander. Anak-anak muda yang
cuek dengan masa depan bangsa dan beberapa mereka terlibat korupsi.
Autokritik pemuda itu mutlak
dilakukan untuk perbaikan bangsa yang carut marut ini. Keberanian mengkritik
diri sendiri bahwa pemuda masih perlu banyak berbenah dan bekerja keras untuk
mengejar ketertinggalan bangsa dari bangsa-bangsa lain. Kritik itu harus
dilakukan secara individual dan kelembagaan. Apa yang kita butuhkan adalah
memberikan karakter dan kepribadian yang kuat bagi diri kita dan komunitas
kita. Dengan karakter kebangsaan tentu saja akan mampu memompa spirit
perjuangan dalam segala bidang kehidupan.Bangsa yang kuat itu digambarkan
dengan jelas oleh Sukarno dalam konsep trisakti: Berdikari dalam ekonomi,
berdaulat dalam pemerintahan, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Daya saing suatu bangsa sangatlah
banyak dipengaruhi oleh kemampuan, kreatifitas, dan inofasi yang diprakarsai
anak muda. Sukarno pernah bilang bahwa untuk mengguncang dunia hanya diperlukan
10 pemuda saja. Artinya, kita sekarang punya jutaan pemuda punya 277.298
organisasi pemuda ( Data kemenpora, Republika 27 Okt 2012), dan kita sebenarnya
tinggal hanya bergerak bersama. Untuk bergerak bersama inilah kita perlu
platform bersama yang mampu mempersatukan kita. Perbedaan akhirnya hanya
menjadi warna dan bukan ancaman bagi integritas anak bangsa.
Setidaknya ada tiga agenda mendesak
bangsa yang dapat kita lakukan untuk memberikan gizi dan subtansi peringatan
sumpah pemuda tahun ini yaitu tiga manifestasi jihad pemuda. Pertama, pemuda
berjihad melawan narkoba. Kedua, Pemuda jihad melawan korupsi, dan terakhir
Pemuda berjihad melawan tragedi nol baca.
Dari ketiga agenda mendesak
bangsa itu dapat kita jelaskan. Pertama, Jihad melawan narkoba. Ada 3,81 juta
pengguna narkoba di tahun 2011 (BNN, 2011). Sampai tahun 2012 pengguna narkoba
di Indonesia mencapai 5 juta orang (kompas, 12 April 2012) artinya negara kita
dalam keadaan darurat narkoba. Bencana ini sebagian besar menyerang kaum muda.
Dengan terjerak persoalan narkoba akan mengarah kepada pergaulan bebas dan
ujungnya HIV/AIDS menjangkiti anak bangsa. Sampai tahun 2012 setidaknya 270
ribu kasus HIV dan nampaknya mengalami kenaikan terus dari tahun ke tahun. Pada
2006, angka kasus infeksi HIV dari hubungan seks berisiko mencapai 38 persen
dari jumlah keseluruhan. Namun, pada pertengahan 2011, angka itu meningkat
menjadi 76 persen (Tempo, 23 Juli 2012).
Bencana ini akan merusak generasi
sehingga bangsa ini akan kesulitan mencari pemimpin yang mempunyai karakter
kebangsaan dalam bidang politik, wirausaha, dan agama. Ketiga bidang ini sangat
terancam oleh endemik narkoba.
Kedua, Jihad Melawan Korupsi. Apa
yang salah dari kasus maraknya praktik korupsi adalah runtuhnya keteladanan
anak muda. Semakin banyak korupsi melahirkan banyak generasi muda frustasi yang
diekpresikan dengan caranya sendiri seperti narkoba, sekx bebas, tawuran dan sebagainya.
Frekuensi kasus-kasus itu sebanding dengan menggilanya kasus korupsi di
Indonesia. Karakter leadership dalam kehidupab berbangsa seolah dilululantakkan
oleh perilaku elit politik dan pengusaha nakal sehingga apa yang dikatakan
Profesor Syafii Maarif itu menemukan pembenaran bahwa "kerusakan bangsa
ini nyaris sempurna."
Akibat KKN (korupsi, kolusi, dna
nepotisme) ini banyak anak-anak muda kehilangan peluang untuk berbisnis
lantaran akses keuangan/modal tidak dapat diperoleh dengan mudah tanpa melakukan
kalikong dengan lembaga keuangan atau tanpa melalui koneksi gelap dengan
pengambil kebijakan. Tidak adanya mekanisme yang fair/jujur ini juga
menghanguskan semangat inofasi dan kreatifitas anak-anak muda. Makanya benar,
bahwa korupsi telah menyumbang kemiskinan dan penderitaan anak bangsa baik
secara lahir maupun batin, fisik maupun mentalitas. Mentalitas yang berkembang
di era 'koruptrokrasi' (negara koruptor) hanyalah mentalitas menerabas, egois,
mau menang sendiri. Dalam hal bisnis yang berkembang adalah upaya mendapatkan
lama maksimal dengan modal dengkul.
Terakhir, jihad melawan 'tragedi
nol baca". istilah tragedi ini meminjam taufik Ismail yang disimpulkan
dari hasil penelitiannya pada tahun 2003 yang menunjukkan bahwa anak-anak SMA
di Indonesia tidak membaca 1 buku pun karya sastra di sekolah. Hal ini jauh
tertinggal dari negara-negara lain di dunia.Kemiskinan membaca ini memberi
kontribusi rendahnya daya saing bangsa. Karena rendahnya peringkat angka melek
baca ini juga menyebabkan tingginya plagiasi di dunia pendidikan baik dilakukan
oleh peserta didik (siswa) atau pendidik (guru atau dosen).
Melek baca merupakan satu tahap
lebih maju dari melek huruf. Melek baca artinya masyarakat menggunakan
kemampuan membaca dan menulis untuk mengakses informasi baik dari media cetak,
elektronik, buku untuk kegiatan yang produktif. Dengan demikian, kemampuan itu
akan mampu merebut keuntungan dari era informasi dan pasar bebas yang sedang
bergulir di bumi ini. Tetapi angka minat baca di Indonesia masih relatif lebih
rendah dibanding Malaysia dan Vietnam. Membaca itu penting lantaran fungsi
penyadaran, pembelaan dan pemberdayaan. Pembaca yang sukses artinya mampu
mencerahkan dirinya dan mampu membantu orang lain untuk menemukan jalan keluar
dari kesulitan akibat ketidaktahuannya. Dengan demikian orang yang melek buku
akan mempunyai potensi memberdayakan masyarakat lebih besar.
Di Indonesia, kira-kira satu buku
dibaca 80.000 orang (kompas, Februari 2012). Hal ini dengan perhitungan pada
tahun 2011 dimana setahun diproduksi buku sebanyak 20.000 judul dengan
perbandingan jumlah penduduk yang sangat besar di Indonesia. Mungkin jumlah
buku lebih besar di Indonesia dibanding dua negara tersebut tetapi jika dibagi
rata jumlah penduduk kita masih kalah. Anak-anak muda terutama pelajar
mengalokasikan waktu dan uang lebih besar untuk kegiatan hiburan, kuliner, dan
komunikasi (internet, hp, pulsa) ketimbang membeli buku sebagaimana haisl
survey KR di Yogyakarta hanya 5% dari uang mahasiswa untuk membeli buku.
Dari ketiga agenda 'jihad' pemuda
itu dapat disimpulkan bahwa jihad melawan narkoba artinya kita memperbaiki
fisik bangsa dengan mengobati bagian yang sakit dan menyiapkan fisik yang lebih
prima, jihad melawan buta baca artinya kita berupaya mengisi otak bangsa dengan
pengetahuan dan jihad melawan korupsi artinya kita menyiapkan mesin
pemerintahan yang lebih baik, stabil, kuat, dan gesit sehingga mempercepat
pembangunan bangsa secara lebih sistematis. Inilah arti subtansi peringatan
sumpah pemuda itu dan ini juga harus menjadi agenda mendesak bangsa.
No comments:
Post a Comment