(RBK News, 08/04/2013) Tahun 2002,
Presiden Meksiko, Vicente Fox, mengatakan “buku-buku di perpustakaan hanya
menunggu debu.” Membaca adalah salah-satu kemampuan yang menjadi indikator
keberhasilan pembangunan manusia di Dunia. melek huruf membantu masyarakat
untuk menyadari perkembangan lokal hingga global.
Indonesia sebagai Negara yang
akan menyambut jalinan kerja sama internasional selalu dilihat dan diatasi
dengan pemberdayaan gerakan ekonomi. solusi ini tentu tidak akan terlalu baik
bagi perkembangan manusia Indonesia. Dibutuhkan satu space bagi gerakan literasi untuk menyelamatkan wawasan intelektual kaum papah daripada sekedar
menjadikan manusia indonesia sebagai objek dari kebijakan internasional.
Dukungan pemerintah tahun 2012
yang secara simbolik melalui gerakan membaca 10 menit sebenarnya sudah cukup
baik. Akan tetapi perjuangan literasi tidak dapat berhenti disitu karena tetap
dibutuhkan dukungan dari setiap unsur masyarakat yang berfungsi untuk menopang
spirit gerakan membaca, termasuk didalamnya gerakan-gerakan yang memiliki
ikatan spirit membaca seperti IPM.
Kunjungan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM
)pada 8 April 2013 di kantor Rumah Baca Komunitas (RBK) memberikan warna
tersendiri. Organisasi yang berbasis pelajar tersebut memang dalam beberapa
dasawarsa sempat menggelorakan budaya membaca melalui gerakan Iqro.
Imam Ahmad Amin AR, Ketua PP IPM mengatakan “RBK sangat baik
untuk membangkitkan budaya membaca di kalangan pelajar. remaja atau kaum muda pada umumnya memiliki
energi yang perlu diakomodir.”
“RBK sebenarnya adalah gerakan solutif bagi penyelesaian
masalah kaum muda yang selama ini selalu berbau anarkisme.”
“RBK adalah bukti eksistensi simbolik Kota Jogja sebagai
Kota Buku”
“dengan begini Rbk perlu membuat program membaca secara inovatif,
membumi dan inklusif.” Tutupnya.
Ketua Umum PP IPM, Fida Afif yang juga turut mengunjungi RBK
berharap semoga RBK dapat terus berkontribusi bagi masyarkat luas.
No comments:
Post a Comment