Oleh: Lutfi Zanwar K
Pegiat Podjok Batca & RBK, Mahasiswa UII
Literacy
Community Gathering mendapatkan padanannya dalam Bahasa Indonesia: pertemuan
komunitas literasi. Namun ada kata lain yang lebih tepat mewakili arti kata itu, Persamuhan Komunitas Literasi.
Dalam persamuhan yang terjadi tidak sekedar pertemuan tetapi juga perbincangan,
serta peristiwa budaya diantara yang mereka bertemu. Persamuhan bisa juga
dimaksudkan sebagai tukar gagasan, tukar aspirasi, dan refleksi bersama tentang
suatu yang dikerjakan bersama-sama.
Persamuhan Komunitas Literasi dalam
Pesta Buku Jogja menjadi momen yang kiranya pas untuk berefleksi bersama-sama.
Dalam persamuhan ini masing-masing komunitas tidak saja diberikan berkesempatan
untuk bertemu, berbincang, menjalin keakraban satu sama lain melainkan
menjadikan kegiatan literasi menjadi denyut nadi persamuhan.
Berbeda dengan pertemuan biasa. dalam
Persamuhan Komunitas Literasi ini kegiatan literasi menjadi pokok bahasan utama
untuk dibicarakan. Ia mendapat prioritas paling pokok sementara komunitas-komunitas
berlega hati untuk mengesampingkan diri sementara. Bukan untuk menegasikan
hadirnya komunitas, namun menjadikan persamuhan ini menjadi peristiwa budaya
yang menandai semakin menggeliatnya kegiatan literasi di Yogyakarta.
Harapan dari Persamuhan Komunitas
Literasi ini tentu saja tidak sekali jadi selesai. Persamuhan Komunitas
Literasi tidak diniati sekedar menjadi penghibur untuk mengisi acara-acara
pameran buku. Ada keinginan yang lebih besar dibandingkan sebatas pengisi slot acara sepekan dari tanggal 1-7 Mei
2015 (Kumpul pegiat literasi Jumat, 1 Mei 2015 Jam 18.30 Wib). Komunitas-komunitas yang hadir dalam Persamuhan Komunitas Literasi bukan
makmum dari perniagaan besar bernama Pesta Buku. Bukan untuk datang meramaikan
cuap-cuap sebentar saja di panggung, turun kemudian pulang, tanpa ada inisiasi
apapun.
Sebagai sesama pegiat literasi tentu
saja kita menginginkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih daripada sekedar
bertemu. Kesempatan persamuhan seperti ini sebenarnya bisa kita gagas sendiri
tanpa harus tergantung pada perniagaan yang terkadang hanya memikirkan
keuntungan, bukan berpikiran bagaimana memuliakan buku. Tidak harus dalam skala
yang besar, misalkan beberapa kurun waktu sekali komunitas-komunitas literasi
mengadakan kegiatan bersama yang tujuannya benar-benar memuliakan buku:
festival, apresiasi seni dan sastra, dll.
Kegiatan bersama itu kiranya menjadi
sangat penting sebagai wadah bersama untuk bertukar isu dan gagasan, memperkuat
gerakan, tanpa kita tergantung dengan pameran-pameran buku. Kemudian yang lebih
penting adalah menjadikan gerakan literasi menjadi gerakan semesta. Barangkali
kedengarannya utopia, namun semasa Victor Hugo pun pernah mengatakan bahwa utopia
adalah kebenaran di masa depan.
No comments:
Post a Comment