Oleh Unggul Sujati Prakoso
Sebagai anak laki laki dalam keluarga sudah menjadi tugas saya rutin
hampir setiap minggu mengantar ibu untuk berbelanja ke pasar kecamatan
dan kebetulan sayalah yang tinggal dirumah karena adik saya tinggal di
asrama sekolah, praktis saya harus siap sedia jika diminta mengantar ibu
ke pasar.
Ada dua pasar berbeda yang biasa kami datangi untuk
berbelanja kebutuhan sehari hari. Yakni pasar Godean dan pasar Gamping.
Kedua merupakan pasar yang ada di kabupaten Sleman Yogyakarta. Keduanya
berjarak sekitar 5 km karena posisi kecamatan tersebut hanya
bersebelahan. Saya kami biasa berangkat pukul 6 pagi menuju pasar karena
untuk mendapat sayur mayur, ikan, daging dan kebutuhan lainnya masih
banyak pilihan dan kualitasnya masih sangat segar dibanding jika datang
agak siang hari.
Layaknya pasar tradisional pada umumnya. Pedagang
banyak yang menggelar lapaknya hingga keluar area pasar hingga masuk
area parkir sehingga betapa ramai dan padatnya aktivitas jual beli dan
distribusi bahan makanan serta aktivitas parkir kendaraan. Begitu masuk
kedalam area pasar akan bertambah ramai lagi aktivitas jual beli bahan
makanan dan kebutuhan lainnya. Belum lagi ditambah suasana pasar yang
sempit dan aroma pasar yang khas menurut saya.
Hal inilah yang
menjadi perhatian saya selama aktivitas mengantar ibu berbelanja dan
membopong kebutuhan yang sudah dibeli. Banyak hal hal yang memang tidak
bisa dilepaskan dari pasar tradisional yang menjadi ciri khas
tersendiri. Memang dewasa ini ekspansi pasar modern begitu cepat
khususnya di daerah kota jogja. Jual beli merupakan hal yang biasa
dijumpai baik di pasar tradisional maupun modern namun budaya yang
melekat di pasar tradisional tak akan di jumpai dalam pasar modern.
Dalam proses tawar menawar misalnya banyak diantara pembeli dan pedagang
yang melakukan dalam suasana bercanda dan akrab sekali kelihatannya
padahal mungkin mereka baru saja bertemu serta harga yang sudah ditawar
bahkan bisa menjadi murah. Hal ini tidak jarang menjadikan pembeli untuk
menjadi langganan tetap. Selanjutnya dalam hal kualitas bahan makanan
utamanya sayur mayur dipasar tradisional biasanya sangat segar alias
baru saja di petik dari ladang yang kadang ditandai dengan sayur mayur
yang masih ditempeli akar dan tanah.
Namun hal ini justru
menjadi daya tarik yang membuat dagangan tersebut secara otentik sudah
memiliki bukti kesegaran yang sesungguhnya perlu embel-embel tambahan
lagi berupa tulisan atau sebagainya.
Hal lain yang membuat saya
selalu menarik ketika berbelanja dipasar adalah daya ingat sang penjual
ketika melayani pembeli. Dalam satu lapak dengan dagangan sayur saja ada
banyak macam dan jumlahnya. Belum lagi pembeli yang lalu lalang
berjubel membeli sayur tersebut namun sang penjual yang rata rata
tersebut dengan santainya menghitung harga sayur yang dibeli oleh
pembeli tanpa dibantu alat hitung atau alat tulis untuk menjumlahkan,
semuanya sudah ada dalam pikiran mereka untuk menghitung harga harga
tersebut padahal mungkin saja dari para penjual di pasar yang
pendidikannya hanya biasa biasa saja atau bahkan rendah namun kemampuan
berhitungnya sungguh luar biasa cepat.
Interaksi yang dilakukan
antara penjual dan pembeli atau bahkan antar pembeli tidak melulu
tentang harga bahan namun bahkan bisa sampai ke aktivitas sehari hari.
Biasanya kebutuhan awal yang dibeli oleh ibu saya adalah ikan laut
segar.
Di tempat penjualan ikan ini biasanya lumayan ramai oleh
pembeli dan penjual seperti biasa akan bergantian dalam melayani
penjualan disamping membersihkan ikan yang telah dibeli. Disela sela
kegiatan menunggu itulah biasanya antar pembeli akan secara spontan
saling bercakap-cakap akrab membahas berbagai macam hal. Bisa tentang
kenaikan harga, menu makanan olahan ikan, biaya sekolah anak dan macam
macam.
Dari proses dan hal hal tersebut saya menyadari bahwa
dalam proses perdagangan terdapat hal lain yang begitu menarik yakni
interaksi sosial dan saling berbagi cerita antar hubungan sesama manusia
yang saling mengisi tidak terbatas hubungan jual beli. Karena melalui
proses ini keakraban, kekeluargaan dan nilai nilai positif lainnya
terkadang dapat ditemukan. Sesuatu yang sedikit demi sedikit telah
tergerus oleh kemajuan zaman yang didominasi oleh pengumpulan kekayaan
materi semata yang semakin menggerus habis sifat baik manusia untuk
saling berbagi dalam kebaikan dan kebahagiaan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tulisan Terbaru
Populer
-
”Gerakan Membaca” merupakan suatu gerakan yang harus dipelopori oleh siapa saja dan lebih dari itu, sebagai visi pencerdasan bangsa maka ...
-
Oleh : David Efendi Direktur Rumah Baca Komunitas Anak-anak adalah manusia masa depan, Jika hari ini kutularkan virus mencintai kupu-...
-
Oleh : Iqra Garda Nusantara Sepanjang perjalanan Rumah Baca Komunitas yang belum genap satu tahun sudah banyak berinteraksi dengan b...
No comments:
Post a Comment