David Efendi
Beberapa pekan lalu saya tergerlitik oleh
lagu yang disetel teman di siang nan panas. Lagu itu asik memang, judulnya
bagaikab air besutan Marzuki Atau yang akrab dipanggil KillDJ. Sempurna lirik
ini mengapresiasi kebaikan walau kecil dan membangun optimisme publik bahwa
masih ada manusia yang semangat menabur benih kebaikan.
Keterlibatan killDJ dalam kampanye ekologi
memang tak bisa dianggap enteng seperti #jogjaoradidol, #rembangmelawan dan
#jogjaasat. Jadi lagu bagaikan air ini sangat inspiratif dan menguatkan. Lalu
apa?
Setelah mendengar lagu itu saya kemudian
searching di internet mengenai lagu ini. Mengagetkan sekali, lagu ini adalah
"iklan aqua alias penjahat ekologi yang bernama danone". Ini tentu
menguji nalar kritis kita terlebih semakin banyaknya penjahat lingkungan
kampanye perlunya menjaga lingkungan hijau. Ada persoalan pertempuran
"citra" dari ratusan korporasi yang melakukan eksploitasi terhadap
alam.
Beberapa petaka yang pernah diakibatkan
perusahaan Danone di republik ini adalah nyata. Ada perang berebut air antara
petani dan perusahaan aqua di Klaten misalnya. Ada keserakahan tak manusiawi
dibalik komodifikasi air yang notabene bukan barang komersiil. Konvensi dunia
menyatakan bahwa air adalah hak semua manusia sebagai barang publik.
Kasus killDJ itu bukan kasus pertama.
Banyak upaya kooptasi kepentingan melalui penguasaan terhadap media termasuk
kepada musisi dan seniman. Mereka tak berada di ruang bebas nilai dan
kepentingan. Mereka terus menerus digempur oleh pragmatisme. Seberapa daya
tahan itulah yang menentukan akan jatuh pada kubu kuasa kapital atau kuasa akal
sehat.
Dalam ilmu psikologi ada fenomena yang
disebut split personality dan ternyata ini cukup pas bisa dikaji sebagai upaya
nalar atas tragedi yang menimpa organisasi sipil termasuk kelompok seniman.
KillDJ menolak jogja didol dan pembangunan hotel di kota jogja. Ia juga menolak
digusurnya ruang publik milik publik, tetapi dalam iklan aqua ia juga mendukung
secara tidak langsung eksploitasi oleh perusahaan danone yang juga mnyebabkan
asat di lokasi lainnya. Apakah ini secara spekulatif dapat dianggap sebagai
keterbelahan kepribadian? Atau ini kemampuan killdj membangun strategi dan
aliansi dari dalam?
Sebelum masuk ke ranah analisis
komprehensif perlu kita lihat latar sepak terjang killDJ. Secara politis punya
pengalaman terlibat dalam gerakan keistimewaan dan juga mendukung jokowi jk
dalam lagunya yang populer jelang pilpres 2014 silam. Sebagai kontribusi musisi
atas konstelasi politik di aras lokal dan nasional itu bukanlah sesuatu yang
negatif. Kekuatan kritis lewat musik pasca terpilihnya jokowi jk adalah suatu
keniscayaan sebagai bagian dari komitmen. Ini bagian dari upaya membangun
kedaulatan politik di level grassroot.
Keterlibatan dalam kampanye korporasi
sebesar danone akan mengantarkan situasi kompleksitas ideologi politik dalam
tubuh pelaku. Tak mudah menjelaskan skema ini secara sederhana tetapi dimensi
etika kolektif sbagai salah satu pendekatan ekologi bisa membantu menjelaskan
pilihan killDJ.
Sayang sekali pasca pilpress dan rezim
trisakti bergerak tak ada koreksi lagu yang mendorong jokowi bekerja lebih
baik. Praktik volunteer mengepung istana justru menjadi negatif dalam dunia
media pemberitaan. Beberapa lirik lagu jokowi jk dapat dibacai disini:
http://jokowidiary.blogspot.co.id/2014/06/marzuki-kill-dj-bikin-lagu-untuk-jokowi.html?m=1
Bagaimana iklan aqua etis?
Lirik lagu killdj ini luar biasa
http://lirik-lagu-dunia.blogspot.co.id/2015/08/lirik-lagu-marzuki-bagaikan-air-iklan.html?m=1
dan ini adalah mantra untuk aqua danone bahwa mereka dikampanyekan telah banyak
melakukan kebaikan dalam program CSR yang dipublikasi besar di media nasional.
Bagaimana nalar kritis melihat fenomena ini
? Saya sangat perlu pandangan dari para pegiat sosial pembaca di sini untuk
bahan menulis lebih baik, lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Dari geneologinya, Marzuki lahir dan dapat
dikatakan sebagai orang klaten--dimana salah satu perusahaan air minum aqua
dari danone juga berada di salah satu desa di klaten. Pilihan nama Marzuki
sebagai iklan kampanye aqua bukan tanpa dasar pertimbangan yang matang. Dalam
perspektif politik, dipilihnya marzuki dapat menjadi alat efektif untuk
membungkam kelompok oposisi di klaten yang menolak industri air aqua di klaten yang
merugikan petani dlm jangka panjang dan multdimensional. Penggunaan counter
revolution dari orang lokal telah banyak dibuktikan efektifitasnya. Hal serupa
terjadi di Rembang, Pati, Blora yaitu politik devided at impera: politik pecah
bambu.
Dalam perang menolak bencana ekologi adalah
istilah global ethics agar pelaku korporasi yang verbisnis lingkungan
mengembalikan nafsunya pada etika global. Salah satu etika global itu adalah
sustainibility development yang juga berhasil dibajak oleh kapitalis global.
Etika global lainnya yang mesti dibangun
adalah dari kekuatan agama agama. Perlu diupayakan sejenis fikih etika agama
toward berbagai ancaman bencana ekologis. Ini hanya salah satu pendekatan saja
jika agama masih punya kekuatan penjaga moral ekonomi manusia agar tak rakus
dan merusak.
Ada juga pendekatan Zizek saya kira bisa
membantu mengurai pentingnya "mahkamah ekologi global" di akhir zaman
ini. Pbb sepertinya tak sanggup menjadi hakim di saat penguasa institusinya
terlibat dalam skandal kejahatan ekologis. Zizek menawarkan keadilan global
terhadap negara atau kelas yang dieksploitasi oleh rezim kapitalis.
Tulisan ini tak menawarkan resep generik.
Kayak tak ada jalan pulang? Ya ini yang menuntut kita terus bergerak mencari
resolusi dan membangun kesadaran aksi refleksi baru.
Penulis adalah pegiat di Rumah Baca
Komunitas |www.rumahbacakomunitas.org
No comments:
Post a Comment