Ekpresi manusia dapat berbentuk dan berbunyi apa saja. Di rubrik ini juga suara getir, sedih, dan suara-suara yang menguatkan iman kepada kemanusiaan yang adil dan beradab juga beragam bentuknya. Ini merupakan kumpulan sajak, puisi, ekpresi bebas manusia yang bernama pena Iqra GN. Semoga memberikan pencerahan bathin untuk penulisnya dan pembacanya. salam sastra!
[1] Nyanyian di bawah lumpur
IGN
Kunyanyikan ini untuk sederatan gunung,
untuk ombak, bibir pantai, tanjung, teluk, tanah, air
dan pengasuhnya yang menghidupinya
Kunyanyikan ini untuk manusia manusia,
untuk yang kalah,
untuk korban,
untuk yang dilibas dan yang dihinakan,
untuk juga yang tuna kuasa
Sebatang kara bernama gunung dan pegunungan, bumi, air, dan pepohonan
Digerus zaman kapital yang tak punya rasa iba setitikpun.
Digerus zaman kapital yang tak punya rasa iba setitikpun.
Seceruk air yang penuh limbah kotoran serakah manusia.
Tak berpenghuni oleh hewan melata sekalipun,
dan manusianya hidup bernafas di bawah lumpur merkuri.
Menunggu sangkakalah ditiupkan.
ajal semesta alam. Qiamatlah
[2] Jihad Ekologi
------------------~ign
Ini bukan puisi
Juga bukan kutukan
Bisa dibilang ini adalah doa yang penuh kekuatan
Kawan,
Semua orang ingin hidup
Karenanya udara segar dihirup
Semua orang butuh oksigen tapi tak semua orang peduli hutan
Tak semua orang memproduksi oksigen
Karenanya hutan dibabat habis mereka tidur pulas di atas ranjang
Semua orang ingin hidup
Karenanya udara segar dihirup
Semua orang butuh oksigen tapi tak semua orang peduli hutan
Tak semua orang memproduksi oksigen
Karenanya hutan dibabat habis mereka tidur pulas di atas ranjang
Begitu juga perihal bencana. Tak seorangpun ingin ditimpa bencana. Tapi jauh lebih sedikit orang yang mau berusaha mencegah bencana.
Karenanya, gunung dilubangi sawah dihancurkan dan sumber air dimatikan mereka hanya duduk makan di restoran.
Generasi yang pongah tak berdaya karena rabun matanya.
Generasi yang pongah tak berdaya karena rabun matanya.
Bagi kawan kawan yang terus bergerak merapatkan barisan. Tentu aku sangat ingin menjadi anggota barisan. Aku menolak diam!. Jihad ekologi adalah sebuah keniscayaan sebelum republik hancur berantakan.
Untuk bergerak, tak perlu menunggu banyak!
Salam ekoliterasi!
[3]Tamu di balik pintu
iGN
Matahari membela pagi
Menyusup dalam sukma bumi
Menyusup dalam sukma bumi
Engkau masih bersenda gurau memeluk mimpi
Matamu mengigaukan sunyi meratap kelam
Matamu mengigaukan sunyi meratap kelam
Bayangmu yang kerontang terdiam menatap lorong gelap
Kau seperti tamu dibalik pintu
Yang terus menerus menjadi misteri bagi panca Indraku.
Kau seperti tamu dibalik pintu
Yang terus menerus menjadi misteri bagi panca Indraku.
Jogokaryan,7 Mei2015
[4]Lebaran
Lebar, lebur, luber
Padamu ada asa, padaku ada cita cita
Padamu ada asa, padaku ada cita cita
Satu rasa untuk berbagi rona
Lebar, lebur, luber
Jiwa di setiap jasad
Menua, mati, ditimbun tanah
Jiwa di setiap jasad
Menua, mati, ditimbun tanah
Memberi arti pada tulang tulang yang terpisah ruhnya
Memberi makna pada setiap laku jasad yang ada ketulusan
Memberi makna pada setiap laku jasad yang ada ketulusan
Berjalan di tepi sunyi malam
Memandang langit hitam di atas bahtera. Mimpi itu teramat indah.
Memandang langit hitam di atas bahtera. Mimpi itu teramat indah.
De
Jogokaryan, 27 juli 2015 dalam sunyi
[5] Dengan puisi aku menyepi
IGN
Jogokaryan, 27 juli 2015 dalam sunyi
[5] Dengan puisi aku menyepi
IGN
Kata kata abadi,
Tak punah oleh angkara
Akan dewasa sesuai titih mangsanya
Tak punah oleh angkara
Akan dewasa sesuai titih mangsanya
Aku melihat rembulan di balik awan
Menggernyitkan dahinya disembur cakrawala
Menggernyitkan dahinya disembur cakrawala
Aku juga melihat dewa dewa dengan baju kebesarannya
Mati oleh kekuasaanya sendiri
Kuasa yang tak terjamah ada matinya
Mati oleh kekuasaanya sendiri
Kuasa yang tak terjamah ada matinya
Kata kata abadi
Tak punah oleh air mata atau kuasa jahat para dewa
Tak punah oleh air mata atau kuasa jahat para dewa
Dan....
Dengan puisi aku menyepi
Bersemayam di balik jerami ingatanmu
Dengan puisi aku menyepi
Bersemayam di balik jerami ingatanmu
Monjali, 26Juli2015
[6]
hutan Ngawi, di dalam mesin waktu, 2 Agustus 2014.
[6]
Mudik; "Puisi Tadi Malam"
Oleh: Iqra Garda Nusantara
Estafet zaman yang tak tentu
Mengadu kepada Tuhan tak selalu ditempuh
kerana rasio telah menjadi senjata ampuh
untuk menangguhkan kekerdilan manusia
Mengadu kepada Tuhan tak selalu ditempuh
kerana rasio telah menjadi senjata ampuh
untuk menangguhkan kekerdilan manusia
Lihatlah mesin menderu deru tumpah ruah di lintasan waktu,
menempuh jarak entah
dengan kepongahannya.
Jati diri mesin telah menjadi harga status manusia
menempuh jarak entah
dengan kepongahannya.
Jati diri mesin telah menjadi harga status manusia
Lihat, orang bergelantungan di rimba waktu
menyalurkan hasrat terberat: ingin disunting kegilaan dalam arus ketimpangan
menyalurkan hasrat terberat: ingin disunting kegilaan dalam arus ketimpangan
Bulan sabit menggurat langit, pertanda musim mudik telah sempurna
anai anai jasad manusia kembali tertiup angin beliung nestapa waktu.
anai anai jasad manusia kembali tertiup angin beliung nestapa waktu.
kemana jasad jasad itu akan berlabuh? duh, sankan paraning dumadi.
Seonggok daging dan tulang dalam gembala keangkuhan tiada terperi,
mudiklah menuju jalan jalan sunyi yang dirahmati, jalan yang dibalut dengan cinta dan keabadaian, yang dijauhkan dari keangkaramurkaaan. Al Fatihah.
mudiklah menuju jalan jalan sunyi yang dirahmati, jalan yang dibalut dengan cinta dan keabadaian, yang dijauhkan dari keangkaramurkaaan. Al Fatihah.
hutan Ngawi, di dalam mesin waktu, 2 Agustus 2014.
Senja
Senja kadang tak berasa
Senja kadang meninggalkan asa dan kecewa
Senja kadang berbui lara dan gulana
Senja kadang tak dirindukan
Tapi kawan,
Senja itu dapat merona ciptakan rona kehidupan
Senja juga menjanjikan elegi esok hari
Senja itu mampu menghilangkan dahaga
Senja yang tak terlupakan
Senja yang elok ditelan kegelapan
Tapi hari tak berhenti di sini
Pagi yang berganti menjadi orange sore ini,
Adalah siklus nafas kita
Berhenti berganti dan ditemukan kembali....
Terus saja hari berganti laiknya nikmatnya secangkir kopi hitam ini
Sebuah warung sore, 15 sept 2015
No comments:
Post a Comment