Oleh : Gus Ind (Pegiat RBK)
Dalam dekade awal milenium tak bisa
dipungkiri memang film mandarin sempat membanjiri tayangan nasional kita,
berbeda dengan saat ini dimana film televisi (FTV) telah tuntas mengambil
urutan emas rating dunia hiburan televisi. Serial-serial mandarin yang
seperti hilang ini pun tak cukup banyak meninggalkan jejak.
Beberapa saat lalu petualangan
kecil saya dimulai antara jejeran kolom folder film pada hard drive,
mendapatkan film mandarin di dalamnya menjadi sebuah penemuan tersendiri bagi
saya. Sebuah Film berjudul Confusius telah berhasil mendapatkan rasa penasaran
saya, terlebih karena rasa nostalgis yang bukan sedikit dengan tontonan
mandarin yang sontak dahulu pernah akrab itu, dari sampul film yang berisi
pemeran itu hadir seorang dewa judi, Chow yun fat, ketertarikan itu semakin
saya dapati, seiring play button pada
monitor yang menemukan fungsinya.
***
Judul Film : Confucius
Tahun : 2010
Genre : Historical Biography, Colossal Drama
Produksi : Dadi Century Film (Beijing)
Untuk sebuah biografi filsuf besar dan ahli pedagog, kali
ini Chow Yun Fat tugasnya terlihat lebih berat dibandingkan sekedar peran guru
dan dua orang murid jenaka, andi law dan stephen chaw dalam kisah triloginya “God
of gamblers”. ditugaskan untuk menggurui 3000 murid, Sebagai pemegang tokoh
utama Kong zi, ia merupakan simbol watak dan wibawa kebijaksanaan tiongkok, bukan sembarangan memang.
dalam kisahnya kong zi sang guru besar yang sederhana itu
memperoleh keberhasilan total dalam ketentraman wilayah kedinastian. sebuah
tawaran yang harus dia terima dan sekaligus menempatkan dirinya menjadi seorang
tokoh Polis, ibarat walikota yang
berhasil, sekarang menjadi seorang menteri, semua itu tidak lebih karena
kebijaksanaan seorang kong zi.
Tak bisa dipungkiri dalam perjalannya, kong zi yang humanis
harus berseteru dengan berbagai hal di dalam parlemen, terlebih karena ia cendekia
yang berprinsip, disana ia harus berhadapan langsung dengan problem yang sarat
dengan hal politis. Perseteruan para pemimpin itu semakin menjadi-jadi saat
visi kong zi yang tidak sejalan dengan beberapa bangsawan yang berpengaruh
disana, bahkan salah seorang jendral pertahanan yang menganggapnya sebagai
halangan, hal ini semakin menemui ujungnya saat pemberontakan sang jendral
lalim yang mengerahkan kekuatan militer meskipun itu dipatahkan oleh kong zi
dan loyalis serta murid-murid padepokan usangnya.
Dalam situasi politik yang terus menekan kerajaan, dan
ketidaksukaan para bangsawan kerajaan terhadapnya. Hal ini pun mnimbulkan kekecewaan tersendiri
untuknya, kong zi memutuskan untuk keluar dari kedudukannya di kerajaan lu
tempat kelahirannya, dan cukup menjadi seorang guru tapi tak hanya sebagai
pengajar ia memilih untuk berkelana dalam menyiarkan ajaran-ajarannya itu
sembari menghapus rasa kekecewaan pribadinya terhadap negaranya.
Berkat pengembaraannya inilah sebenarnya, ajaran-ajaran
besar yang ia junjung tinggi terwarisi di seluruh tingkok hingga hari ini, Ren Yi yaitu ; (Ren)
kemanusiaan dan (Yi) Keadilan,
pesan-pesan tentang pengelolaan negara yang baik dan bermoral (good governance) selalu ia tinggalkan
pada setiap negara - negara kecil yang dilewatinya.
mengikuti bagian
perkelanaan ini, sebenarnya adalah bagian yang paling memilukan, Hu mei
(Sutradara) menekan sisi klimaks dalam pengulasan kisah ini, dimana berbagai
kejadian paling buruk, cemoohan dan berbagai pengusiran tak jarang hadir atas
ajaran-ajarannya, sampai pada akhirnya kematian salah seorang murid dekatnya
yang membuat ia berhulu pulang pada kerajaan lu setelah puluh tahun berkelana.
Dalam kepulangnnya kerumah ia masih menyimpan rasa
kekecewaan yang dalam membuat ia berniat tak akan menyentuk urusan negara atau
soalan politik praktis, untuk mengisi hari tuannya ia memilih hidup sederhana
sebagai pedagog, mengajarkan kembali murid-muridnya, dari sanalah banyak lahir
karya-karya besarnya.
Pada akhir kisah diceritakan Kong Zi berwafat pada usia73 tahun, karya dan ajarannya hingga hari ini tersebar di seluruh negara dan diterjemahkan diberbagai bahasa, di Indonesia sendiri kita lebih mengenalnya dengan ‘Kong Fu Zi’ atau lebih seringnya ‘KongHuchu’.
Confusius bukan sekedar kitab kuning berisi antologi ‘The
Wisdom of Confucius’, Andri wang (2011), Confusius merupakan satu garapan
kaleidoskop yang disusun Hu mei dalam drama khas mandarin, mengikuti alur tiap
scene pada dasarnya seperti berkutat pada folktale yang tak asing ditelinga. Kisah-kisah di dalam film berdurasi 2 jam
ini sarat dengan berbagai kritik khususnya tentang negara dan makna-makna bijak
kemanusiaan yang sangat kental dalam perguliran ceritanya, membuat film ini
menarik dan layak ditonton untuk semua kalangan.
No comments:
Post a Comment