Ahmad
Sarkawi, pegiat RBK
Proses yang dilakukan
bersama dalam sekolah literasi sangatlah membahagiakan, membangun semangat
berbagi merupakan ciri yang penting untuk tidak dilupakan. Dialog setiap
manusia yang berada dalam ruang bersama sekolah literasi tentu saja memberi
makna setiap kita, namun yang menjadi indah dalam sekolah literasi adalah
tumbuhnya cinta dan kasih sayang antar sesama modal dari benih-benih
kepercayaan antar sesama.
Dalam proses yang dilakukan
pada setiap pelatihan atau sekolah kita sering mendengar kontrak belajar dan
pemetaan kekhawatiran. Tetapi bila saya memfasilitasi yang disebut “kontrak
belajar” saya selalu menggantikan dengan kesepakatan bersama sedangkan pemetaan
kekhawatiran saya menggantikan dengan kekuatan kepercayaan. Sederhananya jika
menggunakan pemetaan kekhawatiran itu berangkat dari asumsi kecurigaan
sedangkan menggunakan kekuatan kepercayaan adalah berangkat dari asumsi
kekuatan Trust yang ada pada setiap individu yang mengikuti proses berbagi
pengetahuan dan pengalaman bersama. Penggunaan kontrak belajar ini lebih pada
pilihan kata saja sebenarnya namun saya punya alasan tidak mengunakan kata
belajar, diajar dan sebagainya yang menggunakan kata dasar ajar. Karena menurut
subjektif saya kata ajar menjadi relasi tidak setara. Maka saya menggunakan
kata berbagi pengetahuan dan pengalaman, asumsi saya setiap orang mempunyai
pengetahuan dan pengalaman dengan kekuatan berbagi maka pengetahuan dan
pengalaman setiap individu bisa diramu menjadi pengatahuan dan pengalaman
bersama sebagai proses berbagi dalam kehidupan.
Melalui sekolah literasi mengingatkan saya bahwa berbagi tidak
mesti melihat ke siapa kita berbagi namun lebih pada proses refleksi terhadap
perjalanan kemanusiaan kita semata. Misalnya seperti cerita masa kecilku : pada
hari jumat hampir 20 tahun yang lalu seorang laki-laki datang menuju kerumah
kemudian menyampaikan niatnya pada bapakku bahwa dia mau menginap dirumah
padahal laki-laki itu belum ada yang mengenalnya di tengah keluargaku, semua
anak-anak keberatan jika laki-laki itu menginap di rumah. Tapi saat itu bapak
menyampai dengan suara yang tenang “laki-laki itu adalah malaikat yang akan
menyempurnakan amal ibadah kita”. Akhirnya kita semua menerima, hampir satu
minggu laki-laki itu menginap. Anehnya bapak tidak ada kekhawatiran sedikitpun,
terus aku protes saat itu dengan berbagi kekhawatiranku namun bapak selalu
menang. Bapak memberikan penjelasan kepadaku “kamu harus menghilangkan
kekhawatiran dan kecurigaan kepada siapapun walaupun itu sangat kecil,
belajarlah untuk percaya kepada semua orang bahwa semua manusia di dunia ini
adalah baik”.
Sekolah literasi tidak sekedar mengenal tulisan dan bacaan namun
lebih jauh dari itu semua, yaitu proses memahami setiap makna kehidupan baik
yang tertulis maupun yang tidak tertulis kemudian melahirkan berbagi aksi nyata
sebagai bentuk komitmen terhadap kemanusiaan kita.
Condang catur, 4 September 2015
No comments:
Post a Comment