Saturday, June 30, 2012

Transformasi Besar : Bagaimana Dimulai..


Perpustakaan adalah penanda sebuah peradaban ilmu dalam suatu masyarakat yang bergerak dan mengalami evolusi bahkan transformasi (great transformation). Masyarakat bergerak dari buta aksara menjadi melek aksara dan angka, seolah bergerak kencang dari gaptek alias buta tekhnologi menjadi masyarakat high tech. Ini seolah sudah diyakini sebagai kebenaran oleh banyak orang terutama pengikut teori sosiolog August Comte. Lalu apa yang terjadi hari ini?

Masyarakat menurut Tofler menjadi 'tunggang langgang', mengalami distorsi dan disorientasi tentang masa depan dan kehidupannya sehari-hari. Masyarakat ilmu yang dibayangkan tidak terwujud tetapi menjadi sekumpulan manusia buas dalam tragedi kapitalisme dan kesadaran palsu masyarakat pemujanya atau korbannya. Buku telah menjadi kajian dan bahan seminar di berbagai tempat, namun realitas berbicara lain karena pada dasarnya manusia mengalami penyimpangan orientasi karena unsur-unsur ideologi kapitalisme, hedonisme dan pembaratan yang luar biasa--meliputi urusan lahir dan bathin, sadar dan bawah sadar.

Transformasi Perpustakaan
Buku tetap menjadi simbul pengetahuan sampai hari ini. Bagaimana jika buku itu didominasi oleh elit, penguasa dan para intelektual yang menyimpannya di kamar sempit dan kamar mewah perpustakaan keluarga?Bagi kami, hal ini sama persis dengan kajian De Soto mengenai dead capital. Buku yang tidak dibaca dan tidak bergerak melakukan pencerahan adalah ibarat modal mati. De Soto mengatakan tanah di kampung-kampung sebagai harta mati karena tidak ada nilai jual yang lebih besar. Buku juga bisa mati, jika dikubur dalam almari. Maka transformasi masyarakat individualis ala Indonesia harus mengarahkan kepada gerakan pencerahan dengan mengubah koleksi pribadi menjadi 'kepemilikan' komunitas untuk berbagai energi pembangkit untuk visi pemberdayaan. Komunitas secara hukum tidak mengubah kepemilikan buku namun mereka muncul spirit mempunyai rasa memiliki untuk mendapatkan manfaat dan turut menjaga dan memelihara berbagai ragam pengetahuan dalam buku. Kalau perlu, dapat diterapkan pengetahuan tersebut.

Seorang Friend RBK di FB bertanya: latr belakang didirikan ini apa?? apa cuman hanya membaca?? Lalu RBK menjawab demikian: kita, RBK, lebih pada suatu gerakan nasional. Taman baca/rumah baca hanya salah satu program. Kita pada dasarnya ingin membangun paradigma masyarakat ilmu daya kritis masyarakat atas realitas sosial dan politik serta mengkampanyekan nilai-nilai perdamaian jadi ada model pelatihan "peace generation", jurnalistik, wirausaha, penerbitan buku yang lahir dari arus bawah, dan juga membangun peradigma bahwa belajar tidak harus di sekolah formal bahwa semua orang adalah guru dan semua tempat adalah sekolah. Itu beberapa hal yang kita gagas.


Sebuah pemikiran
Tan Malaka menceritakan dalam Madilog bahwa Leon Trotzky membawa berpeti-peti buku menuju tempat pembuangannya begitu juga Sukarno dan Hatta atau Pramudya AT. Kegilaan terhadap buku telah membesarkan para pemimpin rakyat dan penulis besar. Ironisnya bangsa ini masih tenggelam dalam lumpur ”tragedi nol baca” (Taufiq Ismail, 2003). Situasi ini harus diperangi semampu kita dengan menggunakan berbagai pendekatan seperti budaya, agama, dan politik sekalipun. Membaca harus menjadi semangat baru bahwa membaca adalah bagian dari iman dan sebagai manifestasi sosial harus ada terobosan baru untuk menyulap perpustakaan pribadi menjadi perpustakaan komunitas. Kehadiran rumah baca ini juga diharapkan mampu mempromosikan nilai-nilai perdamaian melalui ragam buku bacaan dan karya tulis lainnya serta mengawal transformasi besar yang sedang berlangsung di tengah masyarakat Indonesia.

Dentuman besar yang membela kemanusiaan harus digaungkan bersama-sama dan menjadi tanggung jawab negara serta siapa saja di dalamnya. Salah satu dentuman besar itu adalah bagaimana menggerakann pengetahuan melalui transformasi kepemilikan buku yang bersifat egois-individualis menjadi suatu kondisi dimana komunitas merasa memiliki dan turut mengambil manfaat dari artefak pengetahuan serta imajinasi masa depan yang lebih humanis dan berkeadilan. Demikian catatan pagi ini, semoga ada manfaat.

Salam Buku.
Indonesia damai dengan membaca!, Indonesia maju dengan buku dan Indonesia lebih berdaya saing dengan mentradisikan MEMBACA!

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK