Monday, November 30, 2015

ROTS: Catatan Relawan

Kemudahan mengakses bahan bacaan adalah hak setiap individu ! Foto ini saya ambil ketika ROTS (RBK on the street) minggu, 22 Nov 2015, bapak tersebut adalah pedagang es dawet yang meninggalkan lapak dan sembari menunggu pembeli, beliau menggunakan waktunya untuk membaca. Sedangkan gerobak dibelakangnya itu adalah gerobak cilok, nampak kosong dan tidak ditunggu pemiliknya, yang ternyata pemilik dari gerobak tersebut juga sedang membaca buku (sayangnya tidak kefoto) posisinya disamping bapak pedagang dawet tersebut.

Dalam hal ini menunjukkan bahwa, setiap individu mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk dapat menikmati ruang publik yang memanusiakan manusia. Sudah saatnya Pemerintah daerah berbenah dari segala pembangunan ekonomi yang gencar - gencarnya dilakukan dan cobalah memperhatikan hal - hal seperti ini, sisakan ruang untuk RTH (ruang terbuka hijau) ataupun taman yang nyaman sebagai sarana bersosialisasi masyarakat maupun tempat edukasi yang mudah diakses untuk 'setiap lapisan masyarakat'. 

Disisi lain pengharapan terhadap pemerintah juga akan sedikit membuat kita sesak nafas dan menghela nafas panjang, untuk itu mari siapaun yang memiliki kelebihan dalam bidang keilmuan apapun tumbuhkanlah kesadaran jiwa volunteer dari diri kita untuk berbagi. Maka dalam tahap inilah kita berada pada posisi yang dinamakan revolusi harapan, revolusi semut; rovolusi harapan adalah melakukan hal baik ditengah kerusakan yang terjadi, meskipun itu kecil dampaknya, tetapi dia bergerak melawan kerusakan, seperti halnya semut, dia kecil tetapi bergerak, bahkan sering diremehkan, tetapi ternyata dia mampu mengangkat benda yang lebih besar dari ukuran tubuhnya dan terus berjalan.
(Dwiyogarya; Seyegan, 22 Nov 2015, 22.40 WIB)

Di Balik Cover yang terkutuk


oleh IGN

Buku karya Muhidin M Dahlan memang pernah dan masih dikutuk. Saya saksikan sendiri kutukan itu nyata dan bahkan ada juga penggalan doa agar penulis masuk neraka kelak kalau mati. Luar biasa, kebiasaan mengutuk itu sudah diambang batas maksimal. Tak dapat dinalar secara sehat.
Dejure semalam cukup mengesankan bagi saya. Inklusifisme sang penulis memperlihatkan jiwa pertemanan yang baik dan mau mendengarkan siapa saja dengan cara sangat apresiatif. Sebagian pembicaraan juStru tidak di buku dengan "cover terkutuk" atau isi buku "memoar yang dipaksa menjadi novel". Banyak dimensi manusiawi yang menjadikan penulis mau menerbitkan "wawancara panjang" dengan subjek yang melakoni kehidupan. Banyak hal yang langsung nyambung pembicaraan malam tadi. Mungkin, karena sama sama bergiat di jalan sunyi: gerakan literasi.
Penulis mengakui buku ini mengundang sengketa hukum dan menjadikan trauma tersendiri. "Salah satu manfaat buku itu barangkali membebaskan pelaku dari tekanan gila atau tekanan jiwa akibat kemarahannya pada keadaan. Pelaku mengalami banyak kekerasan verbal, fisik, psikis. Di saat yang sama, buku ini memberikan hikmah kepada semua manusia bAhwa idealisme, citra religius, itu tak kekal. Benar, "iman yang tak diuji itu adalah iman yang rapuh." Kata lupet, moderator kita.
Bisakah kita ambil hikmah dari perilaku setan? Bolehkah kita ambil makna dari kejahatan dajjal atau dari mulut tukang pendosa? Jawabannya bisa beragam tapi saya pada posisi: siapa saja bisa mengajarkan kearifan walau dari perilaku setan sekalipun. Dari mulut pelacur, mungkin juga ada arti di dalamnya. Kita tak hendak berdebat di sini.
Gus muh, demikian akrab dipanggil oleh semua orang yang kenal. Manusia unik, tukang arsip atau semacam cronicler muda berbakat. Amal baiknya sudah lebih dari 30 buku "positif" dibesut dan disumbangkan untuk bangsa. Ada 6 karta lainnya yang dikutuk karena merusak moral bangsa ( 3 buku); dan tiga buku lainnya dikutuk karena dianggap mempromosikan "paham kiri" yang juga terlaknat. Di sini gus mug akui, kiri dan kanan sama sama tak aman di republik ini. Mungkin ini masih galau, kembali ke arsip. "Yapp, itu aku setuju gus muh", dalam hatiku.
Jadi, boleh dikata, gus muh sudah punya amal baik untuk bangsa. Bukan berarti boleh merusak moral anak bangsa. Ini tantangan bagi pembaca, agar segera menyemai amal kebaikan scripta manen: yang tertulis akan abadi, yang diucap akan terbang bersama angin.
Jadi, buku itu media komunikasi yang dahsyat penulis dengan pembaca; menjadi kesempatan dialog yang jujur dan tulus dan menjadi obat bagi sakwasangka dan berbagai hasrat mengutuk. Sebenarnya banyak yang bisa diambil hikmah dengan membaca dan mengapresiasi apa pun karyanya. Sementara, menghakimi buku dari sampulnya itu adalah jalan menegakkan kebencian dan permusuhan.
Gus muh belum banyak cerita dari Frankfurt dalam ajang international bookfair kesempatan semalam karena waktu dah larut. Siap berbagi di kesempatan lainnya. Selamat malam.

Tambang (serial Puisi mernolak Tambang)

Tambang
IGN
Tak hanya kau menggali tambang
Kau juga sedang menggali kuburan
Tak hanya kau dapati sumber kemakmuran
Kau juga kuras air mata duka
Kau kirimkan banjir bandang Sumber penderitaan
Tak hanya soal pasar
Tak hanya soal uang
Ini juga soal keserakahan
Tak cukup satu gunung kau ratakan
Tak cukup ribuan hektar kau bakar
Tak cukup lumpuhkan sawah sawah
Tak cukup apartemen mewah
Semua kau galikan kuburnya
Semua kau tumpas untuknya
Semua kau gelapkan keadaannya
Di hadapan manusia kecil
Kau seperti dewa kegelapan mencabut paksa akal sehat dan kewarasan
Doa doa pun telah dipanjatkan
Ruwatan massal sudah disemarakkan
Tinggal menunggu sang kuasa menjadi pengayom
Melibas keangkuhan
Negeri ini nasib baiknya ada di dalam relung hati petani
Bukan pada keserakahan pemodal, perusak lingkungan
Jadi, kalau negeri ini tak mau runtuh
Jangan buat petani marah. Itu saja pesan langit dari dua pertiga waktu.
Jogja, 29 nov 2015

Komunitas sebagai Rumah Budaya Kreatif: kesan pegiat

David Efendi
Salah satu kesan dalam diri saya adalah bahwa RBK yang berisi sekumpulan anak muda ini adalah rumah budaya kreatif. Di tempat ini, seolah kreatifitas tak dibatasi dan didorong berkembang sedemikian adanya melalui praktik apresiatif. Setidaknya ini kesan yang hari ini semakin menguat menjalar.
Unsur kreatifitas dalam sebuah komunitas sangatlah penting sebagai energi pembaharuan dan energi terbarukan untuk dinamika dan nafas komunitas. Tanpa kreatifitas , pergerakan dan misi akan stagnan atau akan mengalami APA yang disebut dengan involusi.
Dalam tulisan INI akan kita bincang beberapa kreatifitas yang diperlukan untuk mendukung daya tahan suatu komunitas yaitu meluputi kreatifitas berfikir, kreatifitas berkarya Cipta, Dan kreatifitas dalam tindakan. Ketiga jenis kreatifitas ini coba kita obrolkan.
Kreatifitas berfikir
Kreatifitas pemikiran (creativity of thought) dapat dilihat bagaimana seseorang dapat menjelaskan hal hal rumit menjadi sederhana. Dalam kalimat lain, dapat mencari jalan keluar ketika deadlock atau jalan buntu. Kelihaian berfikir out of box merupakan salah satu kekuatan kreatifitas Jenis INI. Tipe inilah kira kira yang menyumbang populasi komunitas dengan kegiatan "anti mainstream".
Sebagai contoh, ketika banyak orang berfikir bahWa transformasi sosial hanya bisa terjadi karena revolusi Besar melibatkan kekuatan konfrontasi seseorang berfikir Hal Hal kecil yang dirawat dengan kekuatan ketahanan akan mengarahkah pada perubahan sosial atau kebaruan. Pemikiran InI yang memungkinkan APA yang dianggap Tak pernah mungkin. Ajaran gerakan tanpa kekerasan yang dipraktikkan mahatma Gandhi adalah dari buah pikiran kreatif.
Dalam kehidupan RBK juga dapat diambil contoh. Ketika banyak orang menganggap jiwa kerelawanan memudar, RBK justru menyemai kehidupan ini dengan sealamaiah mungkin untuk mendorong amal baik individu dalam komunitas. Dari pemikiran sehat terciptalah komunitas yang berdaulat.
Kreatifitas karya Cipta
Komunitas sangat perlu karya karya kreatif untuk menggembirakan aktifitas pikiran sebagai energi terbarukan. Kreatifitas dalam desain visual misalnya sangat membantu dinamika Komunitas--memberikan kesegaran tersendiri. Laman socme dan website makin inspiratif. Kreatifitas lainnya bisa dalam seni dekorasi, panggung,poster, desain media tanam,Dan masih banyak lagI. Daya visual INI perlu karena Zaman INI sedang menghargai kecanggihan visual. Selembar Poster yang disebar di socmed dapat membuat penguasa geram marah Dan jatuh akal sehatnya lalu biasanya dengan mudah tumbang.
Peran kreatifitas karya cipta ini juga yang punya daya magnetik pegiat baru dan volunter serta masyarakat luas melibatkan dirinya baik dengan sembunyi maupun terang terangan--berbuat kebaikan secara individual maupun keloktif. Beberapa fakta menunjukkan ini benar benar terjadi. Seorang relawan bergabung di komunitas karena tertarik poster, ada juga tertarik karena isi website dan tulisan2 di laman facebook. Ada juga karena google bisa temukan RBK.
Kreatifitas tindakan
Banyak perubahan digerakkab oleh manusia jumlahnya sedikit dengan kepemilikan Tiga Kreatifitas INI. Ahmad Dahlan Salah satu contohnya, disebut sebagaI man of action karena tindakannya melampau wacana yang dipikirkan atau diucapkannya. Gandhi dgn ahimsa, nelson Mandel anti aparthaida, Tirto Adi Suryo dengan persnya, Malala dgn keberaniannya, Dan masih banyak lagI kisah kisah "revolusi semut" lainnya.
Dapat pula kita sediakan contoh langka kecil RBK yang dalam batas tertentu dianggap inspiratif (komentar di FB dan Twitter) dan beberapa testimoni. Ketika perpustakaan "formal" dianggap terlalu birokratis dan administratif (tunjukin ktp dan ktm, dll) RBK membuka 24 jam markas dan juga lapak perpustakaan jalanan sejak 2014 bulan juni lalu dengan mantra: pinjam apa saja balikan kapan saja tanpa syarat. Pegiat RBK tak mengutuk perpustakaan yang tutup akhir pekan dan banyak syarat administratif. Ini yang disebut dengan komitmen praktik apresiatif: lebih baik menyalakan lilin dari pada terus menerus mengutuk kegelapan.
Dengan kejujuran yang terus diupayakan, RBK sebagai sebuah Komunitas dengan kekuatan apresiatif dalam wadah egalitarian sangatlah memungkinkan untuk menyemai ketiga kekuatan kreatif tersebut. Salah satu tantangan ke depan adalah bagaimana pegiatnya merawat, memperbesar Kreatifitas, memperkuat Daya tahannya. Kemampuan InI juga barangkali yang terus menguji banyak Komunitas inklusif di dunia apakah tunduk terkapar dalam pragmatisme atau Bangkit berdedikasi dalam memperjuangkan nilai nilai kemuliaan.
Selamat pagi semua. Selamat sambut senin Berkah. Bismillah.

Friday, November 27, 2015

Berbohong (Cerita Pendek)

Oleh Haruki Murakami
Diterjemahkan oleh : Jafar Suromenggolo (羅向茂)

Aku tidak pandai berbohong. Tapi, berbohong itu sendiri bukanlah suatu perbuatan jang aku bentji. Mungkin ini terdengar tjukup aneh, bolehlah aku ungkapkan bahwa meski aku ndak pandai berbohong, terutama berbohong besar, tapi aku senang berbohong ketjil2an, jang tidak berbahaja namun absurd.

Pernah suatu ketika, aku diminta oleh sebuah madjalah untuk menulis satu ulasan buku. Sebagai penulis buku, aku sebenarnja kurang suka menulis ulasan buku en kalau bisa, malah tidak mau menulis ulasan. Namun pada saat itu, entah mengapa, aku djawab, “Baiklah, akan kukerdjakan.”

Menulis ulasan jang biasa2 aza, tentu ndak menarik. Oleh karena itu, aku putusken untuk menulis suatu ulasan serius atas sebuah buku fiktif jang sesungguhnja tidak pernah ada. Djadilah sebuah ulasan atas satu karya biografi tentang seseorang jang sesungguhnja tidak pernah ada.

Ini lumajan mengasjikkan ketika aku memulainja. Memang, membutuhken kerdja otak untuk mengarang-ngarang suatu buku, tapi tentu aku ndak perlu membuang2 waktu untuk membaca buku.

Dan keuntungan lainnja, aku ndak perlu menghadapi ketjaman seperti “Si Anu jang menulis ulasan brengsek itu atas bukuku,” jang dilontarken si penulis jang bukunja aku ulas.

Ketika ulasan buku fiktif itu terbit, aku telah mempersiapken sedjumlah djawaban seandainja ada jang menulis surat pengaduan seperti “Djangan menulis kebohongan matjam ini!” atau pertanjaan seperti “Di mana dapat aku beli buku tersebut?”.

Sajangnja, tidak ada surat sematjam itu dari pembaca. Ini tjukup mengetjewaken namun djuga pada achirnja, melegaken hati. Mungkin memang tidak ada orang jang benar2 membatja ulasan buku itu jang terbit di madjalah bulanan, tapi tentu aku djuga tidak bisa benar2 memastiken hal ini.

Demikianlah, djika achir2 ini di saat wawantjara aku mendjawab pertanjaan2 jang ada dengan bersungguh2 tapi di masa muda, aku sering mendjawab dengan asal2an. Pernah aku ditanja buku matjam apa jang sedang aku batja, aku djawab aza, “Ja, belakangan ini aku sedang membatja sedjumlah novel dari zaman Meidji (1868-1912). Aku menjukai para penulis jang kurang begitu dikenal, jang sebenarnja ikut dalam gerakan menjumbang khazanah penulisan, seperti misalnja karja2 Mudaguchi Shogo atau Osaka Gohei, jang djuga masih tetap relevan dibatja di masa sekarang ini.”

Tentu djuga, kedua penulis itu tidak pernah ada. Mereka itu sepenuhnja hanjalah isapan djempol belaka. Namun tak ada seorangpun jang benar2 memperhatiken hal tersebut. Nampaknja lumajan djuga lontaran2 jang keluar dari mulutku itu, dan setidaknya, aku tidak sampai bersusah-pajah melakuken hal demikian.

Di dalam bahasa Djepun, ada kita kenal ungkapan ‘berbohong semerah2nja.’ Namun apakah saudara paham mengapa disebut demikian? Di masa lalu di zaman Nara (710-784), ada hukuman mengeriken terhadap mereka jang tertangkap melakukan kebohongan jang kedji dan merusak sendi kehidupan masjarakat. Jaitu, dipaksa menelan 12 buah kue mochi besar jang berwarna merah setjara bersamaan sehingga tersedak mati. Tapi tentu, ini hanjalah satu tjontoh kebohonganku djuga.

Ini karena sudah sedjak lama aku bertanja2 mengapa kita mewarnai kebohongan dengan warna merah. Aku sudah merentjanaken untuk menjelidiki hal ini lebih djauh, tetapi selama beberapa dekade terachir ini aku benar2 sibuk tidak memiliki tjukup waktu (bohong lagi!) dan akibatnja, hal ini masih terbelengkalai.

Sementara itu, di dalam bahasa Inggris dikenal ungkapan ‘white lies’. Ini merudjuk pada kebohongan jang tidak berbahaja (kali ini aku sungguh tidak berbohong!) dan karena itu pula, punja warna putih. Ini mirip dengan kebohongan2 jang aku lontarkan sebab aku pertjaja mereka tidak berbahaja, tidak merugikan siapapun. Sebab bagaimanapun djuga, aku tidak akan sanggup bila dipaksa menelan 12 buah kue mochi besar jang berwarna merah setjara bersamaan.

*Diterdjemahken dari “Masshiro no uso” (真っ白の嘘) karja Haruki Murakami (2001)

sumber: https://www.facebook.com/notes/%E7%BE%85%E5%90%91%E8%8C%82/berbohong/10153461006613153, (8 November 2015)

Tuesday, November 24, 2015

Memecahkan Trade-Off

Oleh: David Efendi

Tulisan ini hendak membincang persoalan serius trade-off yang dialami negara dangan uraian sederhana. Soalnya begini kira kira:

Negara A : dengan mengeluarkan uang besar negara punya sdm melimpah, banjir PhD kayak di India dan kelas menengah memggelembung, tapi komitmen sosial rendah.

Negara B: sedikit PhD, sdm tak istimewa, masyarakat punya spirit asosianism, volunterism, komitmen nilai sosial tradisi tinggi.

Pertanyaannya, Negara mana yang punya masa depan lebih baik? Ini pertanyaan serius bukan? Jangan kaget kalau gak dapat jawaban dari tulisan ini.

Kamus bahasa inggris memang dikenal dengan bahasa akademik. Pilihan sulit dalam waktu yang sama diartikan sebagai trade-off. Kata yang simple punya makna besar. Dalam Mariam
webster trade-off diartikan (1) : a situation in which you must choose between or balance two things that are opposite or cannot be had at the same time; (2) something that you do not want but must accept in order to have something that you want.

Secara sederhana, trade-off itu masih sekeluarga dengan "dilema" atau situasi dilematis. Tak sedikit pula trade-off itu bikin galau dan deadlock. Sebagai makluk hidup siapa pun pernah mendapati situasi trade-off. Kita harus memilih mau kuliah pagi tapi melewatkan makan pagi atau makan pagi dulu dan tak bisa masuk kelas atau terlambat. Contoh lain, mau rapat organisasi A atau B di saat jam yang sama. Lulus cepat nganggur atau lulus lama membosankan? Dan masih banyak lagi keadaan trade-off. Bagaimana anda escape dari keadaan keadaan tersebut?

Karena saya bukan Rhenald Kasali, trade-off yang aku bicarakan bukan soal ekonomi atau manajemen korporasi. Tapi saya bicara soal trade-off dalam interaksi dan keterlibatan sosial sehari hari. Trade-off sebagai zoon politicon, zoon sosialis, atau meminjam istilah AbDolah PhD, manusia sebagai homobaikus.

Suatu kesempatan yang baik, beberapa bulan lalu. Saya mendapati undangan rapat piknik di Rt 38 tempat dimana gubuk saya berdiri di kota Yogyakarta. Undangan habis isyak kira kira jam 19.30. Pada saat yang sama, saya mesti support kegiatan RBK di jam yang sama. Waktu itu saya sebagai "pemantik diskusi". Saya butuh penerimaan sosial di kampung tetapi saya juga gak bisa "skip" dari kegiatan komunitas di mana saya sehari hari mengukir mimpi, nilai, makna dan kebahagiaan. Saya tidak berfikir menyepelekah satu di atas yang lainnya. Selama ini saya berfikir jika trade-off, di tempat mana yang saya dianggap paling penting kehadiranku saya akan datangi itu. UpAya lainnya adalah pamit baik baik atas halangan ketidakhadiran.

Itu salah satu contoh nyata social trade-off. Selain seberapa penting kahadiran kita, bisa juga kita berfikir tanggungjawab kita. Kegiatan komunitas yang cair itu memudahkan trade-off dipecahkan. Kesempatan lain, saya lebih gampang skip dari kegiatan RBK. Apakah "skip" itu melukai sesama? Ini adalah soal kesalingpahaman dan penghargaan antar anggota komunitas. Pagiyuban sukarela (voluntary organization) tak berarti tanpa komitmen sosial dan "tanggungjawab" hanya saja asal tanggungjawab yang berbeda. Tanggungjawab pegiat komunitas bukan persoalan menghadapi otoritas lebih tinggi sebagaimana dalam LSM kpd yayasan, atau pekerja kepada majikan. Komitmen pegiat sosial dipahat dari kesadaran dan ketulusan memberikan konstribusi bagi penguatan diri dan kemajuan komunitas.

Hidup itu pilihan, kata-kata populer itu sangat pas menjelaskan situasi hari ini. Beberapa orang memilih hidup di kamar dengan gadget dan urusan pribadinya dan beberapa orang gembira dengan turun ke jalanan, membuka lapak baca gratis atau membersikan sungai dan beragam kegiatan lainnya. Sebuah jalan hidup komunalisme atau sosialisme baru.

Komitmen sosial hemat saya dari pelajaran social trade-off dapat ditelisik menjadi dua macam. Pertama, trade-off yang bersumber dari suprastruktur dimana orang menghadapi pilihan disebabkan konsekuensi hukum dari hubungan kerja atau tanggungjawab pekerjaan. Misalnya, seseorang punya kewajiban kontrak kerja di jam yang sama dan punya keinginan beraktifita di tempat lain. Komitmen ini lebih dipaksa oleh kekuasaan yang tak selalu kooperatif.

Seorang pengurus partai tak dapat bebas memilih kegiatan di saat yang sama punya kegiatan kelembagaan. Itu kadang juga tak mengasikkan bahkan menjadikan bosan tertekan keadaan. Namun demikian, banyak manusia sangat serius menjaga posisi komitmen pekerjaan dan kontrak hukum kerja.

Kedua, adalah trade-off yang dilahirkan dari komitmen sosial (volunterism) di mana trade off ini tak punya konsekuensi hukum dan kerugian materiil. Murni, posisi seseorang sebagai tanggungjawab sosial sebagai manusia, anggota komunitas, atau sebagai bentuk keterlibatan insani.

Walau trade-off kedua ini nampak sepela tapi sebagai manusia sbenarnya beban terberat adalah pembuktian pada diri sendiri apakah kita ini manusia sosial atau asosial. Manusia yang bisa menghargai diri dan sesama ataua manusia yang acuh terhadap kemanusiaan--tak perlu menghargai dan tak butuh diperlakukan manusia. Ini juga trade-off. Tuhan konon kuga memberi trade-off pada manusia untuk memilih jalan setan (keburukan) atau jalan kebaikan.

Seorang yang bisa escape dari trade-off pertama belum tentu bisa melewati trade-off kedua. Konsekuensi trade-off pertama adalah kekuasaan material dan orang enggan memilih kegiatan sosial sementara sedang mengerjakan tanggungjawab kontraktual. Ini yang menyebabkan ilusi kelas menengah di banyak negara. Kelas menengah baru, elsekutif muda yang egois, yang money-oriented. Tak bisa negara membaik dengan keberadaan populasi kelas menengah asosial.

Sekali lagi, "tak bisa negara-bangsa membaik dengan keberadaan kelas menengah yang takut beresiko kehilangan materi(uang) tapi tak takut tecerabut dari akar kemanusiaan, dari hasrat berkomunitas, dari hasrat berbagi secara sukarela.

Adalah Sankaran Krishna, Seorang profesor Politcal Science di UH Manoa psimistik dengan meroketnya jumlah kelas menengah di India dengan agenda tunggal memperbesar GDP akan membawa India menguasai dunia seperti China. Capital oriented dalam skala makro ekonomi akan menggelincirkan india menjadi karakter lain yang tak sesuai dengan "filosofi india" yang bertumpu pada ajaran Hindu "satyagraha, ahimsa, swadesi" atau sufficient economic phillosophy. bukan ambisi akumulasi kapital sebagai prasyarat utama tegaknya sebuah kedaulatan negara-bangsa.

Semoga bermanfaat dan mengundang tulisan tulisan lain yang lebih baik.

Sisi Lain Perpustakaan Jalanan. (Catatan dan Foto ROTS)



Kemudahan mengakses bahan bacaan adalah hak setiap individu ! Foto ini saya ambil ketika ROTS (RBK on the street) minggu, 22 Nov 2015, bapak tersebut adalah pedagang es dawet yang meninggalkan lapak dan sembari menunggu pembeli, beliau menggunakan waktunya untuk membaca. Sedangkan gerobak dibelakangnya itu adalah gerobak cilok, nampak kosong dan tidak ditunggu pemiliknya, yang ternyata pemilik dari gerobak tersebut juga sedang membaca buku (sayangnya tidak kefoto) posisinya disamping bapak pedagang dawet tersebut.

Dalam hal ini menunjukkan bahwa, setiap individu mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk dapat menikmati ruang publik yang memanusiakan manusia. Sudah saatnya Pemerintah daerah berbenah dari segala pembangunan ekonomi yang gencar - gencarnya dilakukan dan cobalah memperhatikan hal - hal seperti ini, sisakan ruang untuk RTH (ruang terbuka hijau) ataupun taman yang nyaman sebagai sarana bersosialisasi masyarakat maupun tempat edukasi yang mudah diakses untuk 'setiap lapisan masyarakat'.

Disisi lain pengharapan terhadap pemerintah juga akan sedikit membuat kita sesak nafas dan menghela nafas panjang, untuk itu mari siapaun yang memiliki kelebihan dalam bidang keilmuan apapun tumbuhkanlah kesadaran jiwa volunteer dari diri kita untuk berbagi. Maka dalam tahap inilah kita berada pada posisi yang dinamakan revolusi harapan, revolusi semut; rovolusi harapan adalah melakukan hal baik ditengah kerusakan yang terjadi, meskipun itu kecil dampaknya, tetapi dia bergerak melawan kerusakan, seperti halnya semut, dia kecil tetapi bergerak, bahkan sering diremehkan, tetapi ternyata dia mampu mengangkat benda yang lebih besar dari ukuran tubuhnya dan terus berjalan.

(Arya Dwiyoga; Seyegan, 22 Nov 2015, 22.40 WIB)

Arus Menahan Pancaroba (Puisi)

Oleh: Iqra Garda Nusantara

Arus besar
Arus kecil
Arus laut
Arus kali
Arus lahir
Arus bathin
Wahai sang pencipta arus
Akulah arus kali
Arus penyemai kekuatan jiwa
Berdaya tahan segala pancaroba
Arus,

19 Nopember 2015

Pesan Ombak Kepada Pemuda Kalibedog (Puisi)

Oleh: Iqra Garda Nusantara

Deburannya adalah kehidupan
Arusnya mengirim harapan
Dan di dalam perutnya itu mengandung masa depan
Ombak menyapa bibir
Tak pernah jenuh
Mempertemukan mimpi
Ombak terus memberi dan memberi
Sambil menari
Ombak yang aku pandangi
Di batas senja di pelabuhan harapan
Menyeret memori
Masa lalu memang damai ditelan biru
Masa depan adalah harapan
Antara perang dan damai
Tak pernah usai

Jogokaryan, 19 Nopember 2015

Syair Syair Angin (Puisi)

Oleh: Hanafi Fie,

Angin aku selalu menikmatimu
Engkau memberikan kesejukan padaku
Angin engkau memberikan kenyamanan, dikala panas
menjadi beban ditubuh manusia
Angin kenapa kau tetap berhembus
Walaupun manusia lupa akan kebaikanmu
Dikala jiwa kita telah panas
Angin dicari cari,
Dikala kita senang Tuhan dilupakan
Disaat kesengsaraan melanda Negara
masyarakat rajin berdoa dan beribadah
Belajarlah dengan angin
Dia terbang dengan merdeka
Bebas dari segala perintah
Kecuali perintah Sang Pencipta
Angin memberontak dikala kezaliman tegak
Angin marah dikala hutan di rusak
Angin mengamuk dikala nurani berkecamuk
Angin menangis ketika tersisihkan
Wahai umat manusia..
Kenapa kau lupa tugas dan perintah Sang Pencipta jagad raya
Kau banggakan akal yang mudah tersesat
Kau banggakan Nurani yang belum
Tentu menjamin engkau masuk Surga, Lihat angin itu.
Dia merdeka
Tidak seperti manusia
Terjebak kehidupan materi di dunia
Angin selalu memanjatkan doa
Agar manusia tak lupa kepada
Sang Pencipta..

Jumat 20 November 2015

Salam Sunan Drajat untuk Sunan Kalibedog

Oleh: DE

Julukan asik yang dilahirkan dan dirawat di rumah baca komunitas oleh para pegiatnya. Asal muasalnya adalah dari praktik kesunyian yang dilakoni penghuninnya. Saya rasakan, beberapa anak muda RBK ini seperti menjalani pertapaan di awal periode RBK kalibedog. Rumah kontrakan besar, tapi Sepi dan sunyi. Cocok untuk olah kanoragan atau belajar ilmu hitam. Tapi sayang, bukan itu yang ditekuni para pemuda ini.

Dari sejumlah pegiatnya, Ada manusia yang dipanggil kurator RBK itu menekuni dunia buku sebagai pencarian pengetahuan dan kebijaksanaan. Sehari hari buku menjadi teman dan anak asuh. Dalam kesunyian dan dingin yang menyusup, que sera sera: manungguling ilmu pengetahuan lan gusti (sunan kalibedog).

Kembali ke julukan sunan kalibedog. Ada dua makna yang dapat dipahami dari penamaan tersebut. Pertama, upaya untuk membangun ingatan dan kesadaran bahwa bergiat di jalan sunyi gerakan literasi adalah perjuangan hikmah: bukan mencari penghargaan, pujian, dan materi. Hal ini juga menjadi prinsip, bahwa merawat kebaikan sebagai kekuatan spiritual yang jangka panjang. Merawat kebaikan itu penuh derita kadangkala, tapi secara spiritual itu sangat menguatkan mental.

Kedua, pelekatan bana ini sebgai upaya mempertautkan kedirian dengan kalibedog sebagai sungai kehidupan. Ini juga yang dapat memperkuat gerakan ekoliterasi untuk menjaga alam.

Dengan pemaknaan ini, tentu saja suatu pekerjaan besar untuk terus melakukan antisipasi dari dampak degradasi ekosistem yang makin parah. Semoga para sunan diberkahi dan rahayu selalu.
Salam dari lamongan

Bumi Sunan Derajat.

Kisah Kalibedog Dari Dekat (Puisi)

Oleh: Iqra Garda Nusantara

Kalibedog berkisah
Memendarkan nafas setiap yang bernyawa
Nafas itu harapan sang fajar
Di kali makna perjalanan dirangkai
Dari atas mengalir ke bawah
Dari pohon pohon dikirimkan layang layang
Pertanda hidup haru berjalan
Mengalir, berkelok, menghela nafas, mengumpulkan tenaga
Kembali berjalan seperti biasa.
Itulah nyanyian air kalibedog
Itulah nyanyian kehidupan

Tepi Bengawan Solo, 21 Nov 2015

3 Anak Kampung dan Perjuangan Literasi. ‪#‎CatatanROTS‬ (perpustakaan jalanan)

Oleh: Dwiyoga Arya

Banyak hal menarik yang terjadi di rots (rbk on the street) hari ini minggu, 22 nov 2015. salah satunya keterlibatan anak kampung sidorejo. Antusias mereka sudah terlihat sejak kemarin ketika anak - anak mengajak kami untuk mandi di sendang belakang padepokan Rumah Baca Komunitas di hari minggu ini, tentu saja kami menyanggupi tetapi setelah rots, ya... mendengar kata rots dan sedikit penjelasan apa itu rots ternyata mereka menunjukkan keinginannya untuk ikut serta dalam kegiatan tersebut.

Pagi ini sekitar jam 06.00 ketika saya tiba di RBK rupanya mereka sudah berkumpul, dafa, haidar dan fuad, ketiga anak kampung yang mengawali hari ini dengan menunjukkan wajah bahagia dan sebuah pertanyaan 'kapan kita berangkat mas ?'.

Setelah saya dan cak lupet berkemas akhirnya kita menuju alkid, saya bersama Fuad, cak Lupet bersama Haidar, dan Dafa bersama teman cak Lupet yang sejak semalam menginap di RBK. Pemandangan sangat indah untuk setiap mata yang melihatnya, iring iringan pasukan kalibedog bersama tiga anak kecil, dan puluhan buku yang dibawanya.

Sesampainya di alkid, menggelar lapak dan mulai beberapa orang mendekat untuk meminjam atau mengembalikan buku, kami juga sempat didatangi seorang fotografer dan meminta ijin mengabadikan moment kami hari ini. Selang beberapa saat kemudian datang anak kecil bersama ibunya untuk mengembalikan dan meminjam buku. Aska, seorang anak kecil kelas 1 SD yang menolak dituliskan namanya di buku catatan pinjaman, dia berusaha menuliskan sendiri nama dan judul buku yang ia pinjam, aska membawa warna tersendiri di rots kali ini.

Disisi lain 3 anak kampung tadi bergerilya memberikan poster rots yang kami bawa kepada setiap orang yang ada di alkid.

Beberapa waktu kemudian Mas hafiz dan mas andi pun turut mewarnai rots hari ini. Setelah beberapa lama kami merebut ruang publik dari dominasi pasar, kemudian tepat jam 11 lapak kami tutup dan kami kembali ke rbk.

Sesuai janji kami kepada tiga anak kampung tadi, pada akhirnya saya, cak lupet, dafa, haidar, dan fuad menutup rots hari ini dengan mandi di sendang belakang rbk dengan penuh senyum bahagia.
Sebuah goresan anugrah Tuhan hari ini, melihat kegembiraan 3 anak kampung yang telah memulai memperjuangkan literasi. Semoga kelak ketika engkau dewasa menemukan makna dari apa yang kita lakukan hari ini nak....

Salam literasi....

Orang-Orang Bekerja Tanpa Sumpah

Oleh: David Efendi

Lahirnya tulisan ini hendak Merespon tulisan reflektif arya dan teman-teman kemarin yang baru aku bacai dini hari tadi. Yapszzz, refleksi singkat padat itu mengingatkan saya tentang buku robert Putnam "making democracy works..." Ihwal bagaimana kelompok voluntary association berkontribusi besar terhadap bekerjanya demokrasi di Amerika pada umumnya dan di beberapa negara lainnya. Kekuatan sukarela juga dianggap membersarkan jepang sampai menjadi negara maju.

Jepang punya keajaiban berkali kali termasuk saat hadapi dual disaster 2011 (tsunami dan nuklir).
Orang melihat jepang seringkali dari aspek teknologi dan kemajuan industri otomotif, tapi lupa membaca infrastuktur kebudayaan dan tradisinya. Membaca jepang lewat novel Mushasi, Twilight Samurai, dll adalah jalan mengerti jagad besar jepang. Saya membaca The Japan Miracle ihwal kekuatan ekonomi jepang yang dibalut kekuatan sosial dan tradisi. Jepang punya hasrat dan praktik kerelaan yang dahsyat.

Kelompok paguyuban yang kecil kecik tapi jumlahnya besar itu betul betul bekerja (its really matter) di mn kelompok ini menjadikan negara tidak mnjadi pelampiasan kemarahan publik karena komunitas telah berusaha memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Pecinta bowling, misalnya, mendapat ruang publik baru di arena bowling dan tak menuntut negara harus begini harus begitu. Masyarakat tidak dibuat tergantung kepada kekuasaan negara, pada program charity pemerintah.
Contoh lain dipaparkan Boyte dalam bukunya everyday politics| connecting citizen...bagaimana orang sipil berkelompok untuk memenuhi keinginannya dan yappss itu bisa dikakukan. Dengan demikian, negara harus kreatif memberikan sesuatu yang berdampak. Negara tak perlu banyak mengatur mungkin negara bisa mendorong, memfasilitasi, menguatkan peran kebaikan publik.

Sepuluh tahun terakhir ada upaya standarisaai pekerja sosial di muka bumi, termasuk di indonesia. Ada syarat kecakapan tertentu sehingga seorang layak disebut pekerja sosial. Tapi itu tak banyak berpengaruh pada "pekerja sosial" dilevel atau aras lain. Banyak kelompok atau individu "pembaharu sosial" atau abdi masyarakat yang banyak tapi tak butuh sertifikat "pekerja sosial". Pengasuh panti asuhan, jompo, anak jalanan atau rumah singgah, dan di panti rehabilitasi. Tapi, ada banyak pembaharu ekologi, ponpes ekologis, kyai ekologi, pemuda pecinta sampah, dsb tak hendak disertifikasi. Tapi ada sertifikasi mubaligh akhir2 ini menimbulkan efek geli.

Saya sedikit punya latar penelitian panti asuhan yang juga soal pekerja sosial anak. Memang iya, ada kebutuhan pembaharuan tata kelola asuhan anak yang perlu diperkuat kebijakan sosial. Ada kecenderungan pengelola panti menjadikan anak2 panti sebagai komoditas yg dibalut religiusitas. Banyak praktik dehumanisasi di lembaga panti. Salah satu upaya intervensi adalah dngan pendekatan apresiatif inquary untuk anak dan pengelola lembaga sosial. Pendekatan ini mencoba memperkuat apa yang telah ada sekaligus mengubah paradigma mengelola manusia yang notabene mereka punya jiwa dan punya emosi fikiran (bukan robot).

Kembali ke pengrajin sosial yang tak ada orientasi ekonomi material. Salah satu pembedah pekerja atau pegiat sosial ini adalah bekerja tidak dibawah sumpah. Pegiat literasi RBK tak punya sumpah jabatan atau SK amanah untuk bekerja paruh waktu part time worker atau sepenuh waktu, fulltime. Bergiat dan bekerja dengan cara dan gaya sendiri, tak ada dorongan dari siapa pun sebagai motive of atau motive for ( saya lupa istilah Max Weber soal motivasi tujuan dan sebab). Passion aktifisnya yang menentukan berbuat apa dan bagaimnana. Selalu mencari penyegeran baru (social innovators).
Berbeda sekali dengan para pekerja di bawah sumpah yang punya konsekuensi atas tidak atau dipenuhinya sebuah komitmen. Kita saksikan hari ini, Banyak organisasi berbasis agama juga kini biasa bekerja di bawah sumpah amanah jabatan. Pertanyannya, Apakah jika tanpa sumpah akan dapat bekerja? MUngkinkah seorang bekerja dgn sumpah jabatan menamakan dirinya sebagai abdi negara? Sebagai relawan sosial?

Contoh, MUI jelas punya sumpah untuk menyumpahi atau menyesatkan. Sama persis petugas front office lion air yang kalau ditanya mana bos atau manegemen atasan selalu bilang "maaf, atasan kami tidak ada ditempat." Seperti mesin yang bunyikan bell atau anda pasti ingat program karyawan ****mart atau ****mart yang disetel ngomong "selamat datang...dan terima kasih" pada para pembeli yang datang-pergi silih berganti.

Apa akhir dari pesan tulisan singkat ini? Tak ada yang istimewa barangkali hanya sedikit membangun kesadaran bahwa derajat kekuatan sosial dalam diri kita sebgai homo socius adalah seberapa daya tahan kita untuk bekerja tidak di bawah sumpah. Itu memperlihatkan komitmen seseorang akan arti kerelaan menjadi manusia yang bermanfaat. Ini bisa menjadi standar moral authentik untuk bekerja bukan karena kekuatan eksternal yang lebih kuat. Taruhlah contoh: menteri bekerja atas kekuatan memaksa sang presiden. Tanpa paksaan dan ancaman kadang kita saksikan para pekerja di bawah sumpah jabatan itu mlempem. Bagaimana kalau menteri dan presiden itu bekerja tanpa sumpah? Hanya tuhan yang tahu tapi perlu refleksi.

Sekian para pegiat, selamat siang semoga produktif berbuat kebaikan.

‪#‎janganbosanmerawatKEBAIKAN‬ ‪#‎pegiatRBK‬

RS Arsy, 22 nop2015

Mafia (Puisi)

Oleh: Agam Primadi

Negeri yang aku hinggapi mulai tak ramah.
Orangnya orangya beringas, memangsa satu sama lain.
Mengigit, mengkoyahkan, menelan habis manusia disekitarnya.
Dan orang orang itu aku beri nama mafia.
Penampilannya elegan.
Rambutnya klimis.
Bajunya bermerek.
Retorikanya bak khatib di mimbar masjid.
Tapi dalam tubuhnya berbau busuk.
Busuk sekali,
Seperti bunga bangkai yang ku lihat langsung kemarin sore.
Menyengat hingga pelosok desa.
Mengalahkan fragmentasi getah karet para petani.
Tak sanggup aku menciumnya.
Tak sangup aku melihat lalat itu mulai menghinggapi mulut mungilnya.
Negeriku bukan untuk kau perdagangkan.
Negeriku bukan untuk memperkaya dirimu sendiri.
Wahai engkau para perusak.
Berhentilah sebelum kuasa-Nya yang menghentikan.
Berhentilah sebelum semesta memanggilmu.

Ozon (Puisi)

Oleh: Iqra Garda Nusantara

Di mikropon dari masjid di sudut kota
Kudengar berkali kali pembicara berteriak
"...bumi makin panas pertanda kiamat telah mendekat"
Nyaris, di dalam diriku, atau dirimu dan diri khalayak
Tak ada begitu khawatir soal kiamat dekat atau jauh
Kehidupan berjalan biasa saja
Yang gila lanjut dgn kegilaannya
Yang serakah lanjut saja keserakahannya
Yang galau tetap asik bergurau
Yang kaya makin kaya
Yang sudah bertambah susah
Tak ada yang istimewa
Semua berjalan biasa biasa saja
Ada pula di jumat lain
Khutbah bertenaga disampaikan
"Menurut pakar astronomi dan geofisika ada pemanasan global akibat ozon menipis akibat ulah tangan manusia. Ini sudah diingatkan oleg Allah bahwa kerusakan dibumi itu terbukti...."
Itu bukan kali pertama khatib bicara kerusakan. Beratus atau bahkan Beribu kali diteriakkan
Yang aku tahu setelah semua itu. Jamaah biasa saja bahkan bisa lelap di tengah khutbah.
Semua biasa saja tak ada yg istmewa.
Yang rokok tetap merokok
Yang buang sampah sembarangan tetap saja kelakuannya
Yang bisnis merusak mencemari lingkungan ya ajeg saja
Yang bakat bicara pun ya cukup bertahan sebagai pembicara
Kerusakan juga terjadi seperti telah menjadi kebiasaan
Aku menyaksikannya, dan aku juga biasa saja seperti apa adanya. Tak ada yang istimewa. Ya sebagai manusia biasa, mendengar ozon dan langit makin rendah aku biasa saja.
Tak ada yang benar benar istimewa. Semua akan berjalan biasa biasa saja.
Selamat datang ozon, selamat datang hari kiamat.

Panasbumi, 24 Nop 2015

Wednesday, November 18, 2015

Revolusi Harapan: Resensi


Judul : REVOLUSI HARAPAN
Penulis : Erich Fromm
Penerjemah : Kamdani
Penerbit : Pustaka Pelajar (anggota IKAPI) Yogyakarta
Tahun :1996
Tebal : x, 166 hlm. 21 cm.
Resensi Oleh : Taufik Nurrohim
Mencermati zaman modern yang makin makmur ini Erich Fromm melihat ada sesuatu yang tidak beres dengan kondisi masyarakat modern ini. Apa yang ia risaukan sebagai kekurangan zaman ini?
Dia melihat di tengah-tengah kita ada hantu, bukan hantu kuno seperti komunisme atau fasisme dan hantu ini tak kalah jahat dari kapitalisme, melainkan hantu baru : masyarakat yang dimesinkan secara total, dan hanya sedikit orang saja yang mampu melihatnya, tak lain : keterasingan manusia modern , manusia yang diperbudak menjadi mesin, (completely mechanized society) ; kehilangan otensitas pengalamanya sebagai manusia.
Inilah realitas sosial bawah sadar yang dihayati masyarakat modern (kapitalis), bahwa individu-individu kehilangan jatidirinya, dan akhirnya menjadi roda-roda gigi alias sekrup saja dari sebuah mesin raksasa; mendewakan produksi maksimal, konsumsi massal, dimana surga adalah hypermarket dan ingin meraup dan membawa pulang semua itu, memuaskan nafsu belanja sepuas-puasnya untuk menghindari kecemasan.
Hidup manusia kemudian hanyalah ikut dalam mesin yang memproduksi barang-barang secara massal dan mengkonsumsi terus-menerus. Bentuk masyarakat yang seperti ini, berikut nilai-nilai yang diusungnya sangatlah berbahaya, meski sudah dianggap normal saja. Maka revolusi harapan ia canangkan, revolusi menemukan kembali renaissans humanisme universal dan harapan menuju masyarakat yang meletakan teknologi dan ilmu pengetahuan sebagai pelayan manusia.
Menurut fromm, harapan itu bersifat paradoks. Harapan bukanlah menunggu secara pasif juga bukan pemaksaan yang tidak realistis terhadap keadaan yang tidak bisa dilakukan. Ia seperti harimau yang diringkus, yang akan melompat hanya jika waktunya untuk melompat tiba. Baik reformisme yang melelahkan maupun adventurisme psedo-radikal, itu bukan ungkapan dari harapan. Berharap berarti siap setiap saat terhadap apa yang belum lahir, dan tidak menjadi sedih jika tidak ada kelahiran dalam hidup kita.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini terjadi  semacam tren  untuk mengembangkan teknologi, manusia berlomba-lomba  menciptakan  teknologi  yang lebih canggih. Dan hal itu bukan  aneh lagi karena memang pada hakekatnya, menurut Erich Fromm,  penulis buku ini, manusia adalah HOMO FABER, artinya makhluk yang membuat peralatan,  selain itu manusia juga sebagai HOMO ESPERANS,  yaitu manusia yang berharap, akan semakin memperkokoh potensi yang  ada pada manusia untuk berkreasi menciptakan peralatan-peralatan yang lebih canggih dan lebih praktis dalam memenuhi segala  kebutuhan hidupnya.
Disisi lain perkembangan teknologi ternyata juga  menimbulkan masalah  karena untuk mencapai tingkat canggih dan  praktis  yang diinginkan  itu, manusia bisa menghalalkan segala cara dan tidak lagi  mengindahkan  nilai-nilai, norma-norma, dan  etika,  bahkan sifat-sifat manusia sebagai manusia itu sendiri.
Salah  satu  aspek  yang dominan untuk  mewujudkan  hal  ini, adalah  kontrol terhadap sistem manusia itu sendiri. Erich  Fromm menyatakan  sistem sosial dewasa ini akan dapat  dipahami dengan baik  hanya  jika seseorang menghubungkan sistem  manusia  dengan sistem  secara keseluruhan. Jadi harus ada perubahan atas  segala sistem  yang  ada  saat ini, baik itu  sistem politik,  ekonomi, maupun  sosial.  Namun,  dia  tidak  menyetujui  adanya  revolusi (kekerasan) sebab kekerasan adalah paradoks yang menakjubkan  dan membingungkan  karena dalam suasana dimana  kekerasan  kehilangan rasionalitasnya,  ia  malah dipandang  sebagai metode  pemecahan masalah.
Lantas  Fromm  mengemukakan pendapatnya  bahwa  "dehumanisasi Teknologi" lebih layak diungkapkan sepenuhnya hanya dalam gerakan yang  tidak  birokratis,  tidak  berhubungan dengan  mesin-mesin politik  tapi  merupakan hasil dari usaha-usaha  yang  aktif  dan imajinatif dari orang yang mempunyai kesamaan tujuan. Erich Fromm mengusulkan  agar jenis gerakan ini dibagi menjadi 2 level  yaitu Grup (besar)  dan  Klub (lebih  kecil). Pada  Grup,  arah  geraknya menuju  ke  transformasi personal dari pribadi yang  terasing  ke pribadi  yang  berpartisipasi secara aktif. Dan  hubungan  antara Klub-Klub,  fromm menyatakan bahwa tidak ada hubungan  birokratis formal kecuali bahwa Klub-Klub bisa memiliki sumber-sumber informasi yang dikemukakan oleh publikasi yang mengabdi pada Klub-Klub tersebut.
Tidak berlebihan jika Fromm menjabarkan usulannya itu  secara panjang  lebar  sebab dia tetap mengacu pada semua  ide-ide  yang mempengaruhi pemikirannya, sehingga terkadang bahasannya  menjadi meloncat-loncat  dari sisi psikologi ke sisi sosiologi dan  politik. Sebuah buku yang luar biasa untuk merefleksikan diri di zaman modern yang serba absurd ini.
sumber: http://psychorevolution.blogspot.co.id/2011/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Reboan Revolusi Harapan

Berita Mingguan

By admin

Silahkan teman-teman merapat ke Kalibedog di Pendopo Rumah Baca Komunitas. Reboan kali ini kita akan membahas mengenai Revolusi Harapan; Transformasi Sosial ala Erich Fromm. 
mengapa saya memilih tema revolusi ala Erich Fromm?. 
alasan pertama, Fromm termasuk filsuf yang banyak mengeksplorasi topik tentang manusia, sebuah syarat subjektif yang menjadi faktor utama dari proses revolusi. tanpa pemahaman yang baik dan manusiawi tentang manusia, transformasi hanya menjadi alat menuju transisi model penindasan yang mutakhir. 
alasan kedua, Fromm termasuk filsuf yang berani menawarkan solusi praktis. kondisi manusia di zaman industrialisasi (diterima atau tidak) telah menjadi fakta material. sebagai sebuah fakta material, era industri jelas telah mempengaruhi kompleksitas relasi sosial. mau tidak mau, filsuf selain meradikalisasi problem, juga meradikalisasi solusi. Fromm melakukannya dengan mengintrodusir humanisasi ke dalam mode manusia modern.
alasan ketiga, Fromm termasuk yang jarang dibahas dalam konsep revolusi harapan. padahal harapan adalah sebaik-baiknya perlawanan. 
thnks Arya Dwiyoga atas posternya

Sebagai informasi awal silakan baca Resensi di sini 
http://psychorevolution.blogspot.co.id/2011/09/v-behaviorurldefaultvmlo.html



smile emoticon

Bidari Langit dan Bumi

By: Hanapi
Mahasiswa Ilmu Pemerintahan dan Pegiat Rumah Baca komunitas
          Badai itu sangat kencang, ombak membara laksana api neraka yang membakar manusia yang berdosa, dua perempuan yang sedang berjalan menuju Mall disalah satu kota, satu cantik dengan gaya yang seksi, layaknya manusia modern yang kehilangan identitas Tuhannya, satu lagi sholeha yang selalu takwa kepada Allah SWT, selalu berbagi kepada orang yang tak mampu, mereka berjalan memasuki Mall besar di kota Jakarta, denyuttan nadi terasa ter-angkat, dinginya ruangan tak terasakan oleh Welma, wanita cantik yang seksi tak berjilbab ini, si Sri wanita yang sholeha merasakan betapa dinginnya ruangan ini, bangunan yang tinggi, manusia yang ramai namun Masjid selalu sepi, ketika lebaran dan puasa Masjid ramai, padahal di zaman Rasulullah Fungsi dan Eksistensi Masjid sangat penting dalam kehidupan sosial dan politik, sekarang gedung putih tak lagi menarik, Ia sepi seperti Hutan, kalau yang ada disitu pasti ditinggalkan, Mall telah menggantikan tempat Tuhan manusia, seandainya Masjid itu seperti Mall, Apakah orang akan banyak kesana?, Sri bingung melihat jumlah manusia yang sangat banyak, bukan pertamakalinya Ia ke Mall Besar akan tetapi jumlah ini tak seperti biasanya, mahlumlah liburan, mereka melihat baju kesana-kemari, sesak terasa nafas ramainya manusia, Welma berjalan  mengajak Sri melihat baju yang seksi, pandangan manusia mengarah pada Welma, baunya yang wangi, kecantikannya yang mempesona, kini menjadi perhatian orang-orang disekitarya.
           Sri hanya diam melihat sahabatnya menjadi tatapan para lelaki buaya, ruangan itu terangnya berkilau, berbagai macam suara yang menawarkan diskon baju, dan lainnya dengan harga yang murah, wanita disana yang menjadi pelayan memakai pakaian yang seksi sekali dan celana yang menunjukkan auratnya, pembangunan di indonesia semakin pesat, iman juga pesat menurunnya, pembangunan fisik dengan model kapitalisme sepertinya telah memperbudak jiwa manusia, tak ada rasa malu, aurat dipertontonkan, islam ditengah globalisasi masih dengan dakwah namun tak mencerahkan manusia, seksi tak berubah, yang kaya tak peduli yang lemah, Welma memilih baju yang sangat bagus        
          dengan harga yang sangat mahal, kalau diimpakkan pasti bisa sangat bermanfaat uangnya, melihat baju yang dipilih Welma, Sri tak menyetujuinya, Sri ini bagus kan Kata, Welma, muka serih tetap senyum tak seperti islam garis keras, yang melihat tak sesuai syariat langsung di kafirkan dan aniayakan, dengan kelembutan dan wajah yang berseri oleh iman, serih hanya mengatakan, kurang baik untukmu Wel, bukan aku tak setuju tapi terlalu seksi, lihatlah bagian depannya pasti akan menonjol, dan tipis bahanya membuat tubuhmu semakin kelihatan, kata, Sri, Wel hanya ketawa mendengar ucapan sahabatnya, Hadohhhh, Kata Welma, susah ya kalau bicara sama Ustaza ini, maunya ceramah melulu, hehehe Kata, Welma, kata itu tak menyakitkan hati Sri, Ia mengerti setiap jalan dakwah harus dijalankan dengan kesabaran dan kelembutan, Tuhan tak pernah langsung membunuh manusia melainkan memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertaubat, bukankah Tuhan memiliki sifat yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang, kenapa umat islam harus berperang hanya karena perbedaan pandangan, peradaban islam turki telah runtuh, tokoh-tokoh muslim yang hebat, pasti akan jarang muncul seperti dahulu, sekarang Negara Iran yang kuat dengan berbagai senjatanya, harapan terletak disana, sebagai kekuatan peradaban islam.
            Sri tak bisa lagi melarang pilihan sahabatNya, Ia berjalan melihat baju putih yang indah, dengan jilbab yang berseri, baju itu seperti baju para bidadari kayangan, melihat tingkah laku Sri, Welma tertawa riang, jika kamu ingin ambil saja Sri, lagian warnanya bagus, buat Ibu-ibu, kata Welma, sambil ketawa, wajah Sri yang berseri dengan hujan permata-mata turun dari langit, sayangnya dosa manusia merusak permata dunia, permata dunia adalah kehidupan yang islami namun hidup dalam kedamaian, keadilan, toleransi bukan peperangan yang seperti sekarang, kecantikan sekarang diperjualbelikan, harganya sangat mahal bahkan diberbagai kalangan, pertahanan rakyat memang tak ada lagi, hukum tak pernah memberikan kedudukan yang sama antara yang punya dan tak punya, keadilan bisa dibeli dengan berbagai kasus di negeri ini, akhirnya Sri mengambil baju yang indah ini, mereka berdua langsung pergi ke kasir untuk membayarnya, perjalanan dalam kehidupan memang banyak dinamikanya terutama bagi mereka yang memegang islam sampai pada tingkat wara kehidupan, siksa dunia lebih baik dari pada siksa neraka namun tak sanggup manusia bertahan dalam kesiksaan dunia ini, indahnya kehidupan ketika kebahagian bisa
           dicapai antara dunia dan akhirat, di dunia dengan harta yang berlimpah tapi memiliki ketaatan yang sangat mengagumkan, membuat malaikat menggelengkan kepalanya melihat kekayaan tak menggoda iman manusia, iblis tak mampu menggoda, takwa dan harta tak mengurangi iman umat manusia, Sri dan Welma tiba dikasir, Welma mengeluarkan kartu Atmnya, Sri bajumu biar aku yang bayar kata, Welma, Sri tetap menolak dengan nada yang tegas, Welma sangat mengerti sifat Sri yang tak punya pikiran untuk memanfaatkan temannya sendiri, makanya Welma selalu bahagia bersama Sri meskipun Ia harus mendengarkan ceramah islamnya Sri, tidak apa-apa kata, Welma, anggap saja, ini hadiah dari saya bukan ada yang maksud lainnya, jangan menolak kata Welma dengan tegas, tak bisa lagi dibantah Sri bingung dibuatnya, melihat cara dan kesungguhan Welma, Sri menerima keinginan Welma yang ingin membayar bajunya yang sangat mewah, para lelaki disamping mereka mengantri menatap Welma dengan mata yang tajam, mata yang melihat kancil yang siap langsung ditembak, pandangan itu sangat mengerikan dalam hati Sri, itu pandangan hawa Nafsu pikir, Sri, melihat Welma yang tak peduli dengan orang disekitarnya, Sri mengingatkan jangan kamu tampilkan pesonamu Wel, Lihat disampingmu semua lelaki melihatmu, Kata Sri.
         Nasehat itu tak dipedulikan oleh sahabatNya Welma, setelah selesai pembayaran, mereka pergi berdua, para pejaga keamananpun melihat Welma dengan mata yang tajam, dunia teralihkan oleh kecantikan manusia, yang tertutup dicurigai, yang terbuka dicintai, apakah begini iman masyarakat bangsa ini, setelah sampai dimobil, mereka masuk berdua, Welma ingin pergi ke tempat kakaknya, Sri hanya mengikuti kemana tujuan Welma, ditengah hidupnya mobil, Sri Menasehati Welma, Wel kamu lihat dari tadi, tubuhmu dipandangi oleh banyak manusia, bagaimana kalau ada pacarmu, pasti dia akan cemburu, kata Welma, Pacarku tak pernah peduli Sri kata Welma, bukan begitu saja tapi tubuhmu itu harus dijaga bukan dipertontonkan seperti fiml dibioskop, saya sebagai sahabatmu hanya ingin menasehati kamu Wel, saya ingin bercerita kepadamu wel, kata Sri, hanya anggukkan kepada yang terjadi, perintah boleh berarti disetujui, mobil mewah yang mereka kendarai maju dijalanan, pajak yang sangat mahal sekali, Wel, ada ulama yang sangat terkenal bernama Badiuzzaman Said Nursi, sampai menyetir Welma mendengarkan dengan serius, Said Nursi memberikan Hikmah berjilbab dan menutup Aurat sesuai perintah agama,
           hikmah itu ada empat kenapa Jilbab harus dipakai dan Aurat harus ditutup, diantara hikmah hijab itu yakni: pertama, Hijab merupakan Fitrah wanita sehingga memang dibutuhkan untuk kaum wanita, dengan hijab tubuh wanita bisa terlindungi dari pandangan yang bisa melecehkan mereka sehingga wanita merasa aman dan nyaman, Lihatlah Wel ketika kamu dilihat banyak orang maka itu sangat berbahaya untukmu karena memunculkan hasrat yang buruk yang akan membuat tindakan jahat terjadi, Kedua, Hubungan cinta yang mendalam dan sangat terikat di antara suami-istri tidak hanya di dunia melainkan juga di akhirat, cinta di antara dua insan manusia ini harus membuat hubungan yang cinta yang penuh kasih sayang sehingga tidak ada cinta yang saling menyakitkan dan merusak pernikahan anatara laki-laki dan perempuan, ketiga, keluarga yang bahagia dibangun diatas kepercayaan, moral keluarga yang baik, keharmonisan, dan kecintaan di anatara suami-istri, Hijab yang digunakan oleh wanita akan membuat laki-laki percaya kepada wanita, kepercayaan ini akan menjaga hubungan rumah tangga yang baik sehingga tidak ada niat antara dua insan manusia ini untuk melakukan perbuatan yang merusak pernikahan dan merusak kebahagian yang diberikan oleh Tuhan.
          Keempat, Dampak Negatif dibukanya Aurat dan tidak menggunakan Hijab, dampak negatif ini sangat banyak kalau wanita tidak menggunakan hijab maka banyak lelaki yang tidak menikah, hal ini disebabkan mereka tidak percaya kepada wanita yang membuka auratnya, laki-laki menginginkan wanita yang terbaik untuk pendampingnya, pilihan ini merupakan hukum yang alamiah dalam kehidupan, pernikahan yang sedikit maka banyaklah laki-laki yang terjerumus ke dalam lubang maksiat dan umat islam semakin lemah  dan tidak banyak mempunyai keturunan, air mata telah membasahi pipi Welma, penjelasan Hikmah Hijab dari Sri telah membuka hatinya yang tertutup oleh materi dunia, air mata yang semakin membasahi bumi, membuat Welma meminggirkan mobilnya, Sri ikut meneteskan air mata melihat Sahabatnya, Sudah jangan menangis Wel, Maaf kalau kataku menyakitkan untukmu, Kata Sri, tidak Wel, terimakasih untuk nasehatmu yang sangat indah Sri, Kata, Welma, air mata mereka membanjiri pipi mereka, air hujan telah menyegarkan tanaman, pencerahan telah mengobati kerusakan hati manusia, aku akan berusaha untuk berubah Sri tapi aku akan berlubah perlahan, Kata, Welma, Ya wel, aku tak memaksa, mereka saling berpelukan sedangkan manusia banyak sibuk dengan dunia.
          Bidadari langit yang selalu menggunakan doa-doa yang ajaib membuat kezaliman di muka bumi semakin berkurang, bidadari bumi yang melahirkan kecintaan terhadap dunia, akhirnya banyak hidup hampa dan menyesal, cinta sesama muslim harus diperkuat agar kehidupan yang beriman bisa diciptakan dalam pencerahan yang lembut, menyegarkan dan membuka hati, Sri megusap air mata Welma dengan tisu, hubungan harmonis antara kedua sahabat ini begitu erat, tidak seperti hubungan manusia dengan lingkungannya, yang banyak terjadi hubungan yang saling merugikan, manusia banyak membuat kerusakan, alam hanya menjadi tempat untuk kepentingan dunia dan nafsu manusia, Welma tersenyum dengan bahagia laksana matahari yang baru bersinar di pagi hari, kamu baik-baik saja kan Wel, kata, Sri, aku baik-baik saja Sri, jangan khwatir, aku akan berusaha menggunakan hijab untuk menutupi auratku agar aku bisa menjadi wanita yang dicintai lelaki yang sholeh Sri, bunga-bunga melati dan mawar telah jatuh dari langit, kehendak Tuhan memang tak bisa diketahui kapan terjadinya kesadaran di setiap manusia, mendengar itu Sri langsung bahagia, Terimakasih Welma, aku sangat bahagia akhirnya kau akan menjadi wanita langit yang memiliki kecantikan wajah dan kecantikan akhlak sehingga sempurnalah kehidupan dunia kata, Sri.

          mobil terus berjalan di kota yang ramai itu, mobil mereka yang terparkir di tempat yang kurang tepat membuat adanya peringatan dari pihak polisi agar mereka pergi, ketika suara Klakson mobil aparat keamanan itu ada, Welma langsung menghidupkan mobilnya untuk pulang menuju kerumah, beruntung kita Wel aparat itu tidak menilang dan menangkap kita, soalnya bisa banyak urusan kita, karena aparat sekarang suka main wanita wel, mentang-mentang kuliahnya cepat dan punya gaji banyak sehingga banyak yang lupa latar belakang keluarganya wel, kata, Sri, Welma hanya tersenyum mendengar itu karena dia lebih dulu mengetahuinya tapi dalam hatinya Ia telah membulatkan tekad dengan sungguh-sungguh agar dia bisa berubah menjadi wanita yang islami, mobil terus berjalan melewati mobil lainnya, berbagai pemandangan ada di sudut kota yang megah ini, pandangan penderitaan rakyat akibat konstitusi Negara yang penuh ilusi dan kebohongan tanpa diterapkan nyata oleh penjabat-penjabatanya, dengan kecepatan yang tinggi akhirnya Welma dan Sri sampai dirumah Welma yang megah dengan bangunan yang mempersona.

  

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK