Showing posts with label Jihad Ekologis. Show all posts
Showing posts with label Jihad Ekologis. Show all posts

Friday, October 9, 2015

Kecerdasan Ekologis

David Efendi, Pegiat Literasi di RBK

Menurut hemat penulis, kecerdasan kewargaan ( Yudi Latif, 2015) harus dilengkapi dengan kecerdasan ekologis di dalamnya yaitu level kepiawaian manusia menyikapi perubahan lingkungan (changing ecology lanscap) sehingga ditemukan formula interaksi manusia dengan alam yang ramah, damai, sustainable. Asap yang menjadikan duka nasional itu adalah ekspresi alam yang sedang papa tanpa orang tua asuh. Hidup dikelilingi mafia dan pemburu rente.
Dalam obrolan ringan ini penulis membedakan tipologi manusia yang mempunyai kecerdasan ekologis ke dalam empat jenis kategori: eksploitors, emansipators, transformer, reformer, dan firefighter. Tentu ini hanyalah suatu cara memahami manusia berdasarkan subyektifitas penulis.
Pertama adalah tipe Exploitors. Kelompok ini hobinya mengambil dari alam tak mau memberi jadi hanya berhasrat dan melakukan pemerkosaan terhadap alam untuk mencukupi nafsu kepuasan dan dalam rangkah akumulasi kapital.
Kedua adalah tipologi yang disebut Emansipator. Salah satu agenda aksinya adalah kampanye untuk pelestarian alam hutan baik secara individu maupun kolektif, dengan atau tanpa dana pemerintahan, funding asing.
Ketiga merupakan Transformer yang hobinya ingin mengubah fungsi lingkungan dan sumberdaya alam atas nama pembangunan dan digunakan untuk pelayanan terhadap pasar baik dalam maupun luar negeri (global). Salah satu latar belakangnya adalah paradigma perdagangan internasional yang menempatkan indonesia sebagai negara penyangga atau wilayah desa atau sub urban bagi dunia untuk memenuhi keserakahan bagi kebutuhan primer dunia
Keempat, manusia dengan tipe keerdasan "reformer" yang berusaha dan melakukan pembaharuan tata kelola lingkungan yang inovatif tanpa merusak siklus dan karakteristik lingkungan alami. Misalnya, bagaimana manusia kota bersepakat untuk membuka ruang terbuka hijau, mengelola sampah, memastikan cadangan air tanah dan antisipasi terhadap beragam kerusakan sungai dan struktur ekologis lainnya. Sebuah koran berbasis di jakarta melaporkan adanya bahaya defisit air baku di jakarta yang disebabkan pencemaran sungai (harian nasional, 9 okt 2015). Walhi mensinyalir pada tahun 2023 jakarta defisit air bersih lebih dari 13 ribu liter per detik. Ini juga akan terjadi di kota lain atau daerah lain yang terdapat pabrik tambang. Situasi dramatik sebagai tragedi publik akan semakin gampang ditemui.
Terakhir, tipe Fire fighter. kalau alam dah rusak baru mencoba memperbaiki persis seperti petugas pemadan kebakaran. Tentu mencegah kerusakan jauh lebih gampang dari pada mengobati alam dan ekosistem yang sudah porak poranda dan hancur lebur.
Mengingat urgensi kesadaran ramah lingkungan dan praktik praktik pro-green sangat mendesak untuk diakselerasikan sikap care terhadap lingkungan sejak dini. Perlu juga sekolah dipraktikkan bentuk praktik yang sustanable menyikapi degredasi kedaulatan ekologis dalam lingkup komunitas dan dalam urusan sehari hari warga. Tanpa upaya sistemik dan massif, tentu kerusakan jauh lebih cepat menyebar karena di dalam tata kelola lingkungan juga berlaku hukum deret hitung Keyness. "Kerusakan alam berjalan cepat seperti deret ukur (2,4,8,16, dst) sementara perbaikan itu lambat seperti deret hitung (1,2,3 dst). Karenanya orang baik tak boleh menyerah dan pensiun berbuat baik. Sekian semoga berguna.

Thursday, October 8, 2015

Masjid Organik

David Efendi
Pegiat literasi di Rumah Baca Komunitas

“...banyak komunitas agama yang ragu dalam memasang sumber-sumber energi terbarukan di tempat ibadah, atau mengambil sikap kuat terkait perubahan iklim.”


Penggalan kalimat di atas merupakan artikel yang dirilis oleh VoA Indonesia sebulan lalu. Ulasan yang berdimensi multi-negara ini hendak mengirimkan pesan bahwa masih lemahnya kontribusi agamawan dan lembaga agama dalam upaya mencari solusi terhadap persoalan-persoalan lingkungan global. Salah satu yang paling krusial hari ini adalah mengenai perubahan iklim dan pemasnasan global yang ditandai dengan hadirnya bencana ekologis yang beruntun mulai banjir, gempa bumi, kebakaran hutan, dan kegagalan teknologi nuklir. Di dalam artikel tersebut, ada apresiasi positif mengenai semakin responsifnya kelompok agama dalam memberikan reaksi terhadap persoalan ekologis walau masih terkesan lamban. Banyak harapan dari masyarakat, kaum agamawan memperkuat peran emansipatif dan preventifnya dalam mengurangi persoalan-persoalan degradasi lingkungan hidup.

Dalam artikel ini, penulis hendak mendiskusikan gagasan dan praktik ideal bagaimana masjid sebagai institusi agama Islam yang mempunyai infrastruktur dan fasilitas memadai untuk melakukan langkah nyata menghadang bencana ekologis. Gerakan islam yang memberikan kontributif terhadap pencegahan bencana lingkungan merupakan gerakan islam progresif yang perlu ditumbuhkembangkan di Indonesia. Hal ini sangat penting karena ‘pra-kondisi’ lingkungan sudah menunggu respon tepat oleh kaum agamawan dan aktifis gerakan islam. Taruhlah misal, persoalan sampah di kota, pendangkalan sungai, pencemaran air, pemborosan air tanah, kerusakan hutan, hilangnya beragam spisies tumbuhan dan binatang yang berdampak pada ekosistem secara keseluruhan. Keadaan ini merupakan input yang akan memantik untuk menemukan cara-cara cerdas keluar dari lingkaran setan bencana ekologi.

Memposisikan peran organisasi lembaga keagamaan  menjadi suatu keniscayaan hari ini. Sebagai gagasan tertulis misalnya kita dapat melihat subyek organisasi bernama masjid. Masjid merupakan institusi agama islam sebagai tempat ibadah yang juga mempunyai peran sosial-budaya dan dalam banyak aspek juga menjadi sarana pendidikan politik bagi jamaahnya. Peran-peran sosial keagamaan masjid merupakan peran yang sudah dapat dikategorikan sebagai fungsi konvensional masjid. Sementara fungsi ekologis dari masjid merupakan fungsi yang sifatnya kebaruan yang perlu diperkuat dengan reformasi paradigmatik atau filosofis, preventif dan pembangunan praktik-praktik kegiatan yang berdimensi pro-lingkungan atau istilahnya eco-friendly.

Salah satu komunitas muslim di Amerika telah memberikan ilustrasi menarik bagaimana islam menjadi agama hijau (Abdul-Matin, 2008). Dalam level filosofi misalnya dijelaskan bahwa banyak sekali ayat-ayat dalam al-quran yang mengajarkan ummatnya untuk menjaga kelestarian alam dan juga tidak berbuat kerusakan. Banyaknya human error atau human-made disaster yang ada hari ini juga sudah lebih dari seribu tahun lalu diingatkan dalam al-quran. Jumlah “ayat-ayat ekologis’ cukup banyak jika dibaca di sana sehingga islam sendiri sebenarnya adalah agama yang tidak ramah terhadap kejahatan kapitalis dan korporasi perusak lingkungan. Hal ini memperlihatkan bahwa peran preventif ummat islam dalam urusan ekologi telah diperintahkan sebagai kewajiban. 

Kedua, mencegah kerusakan itu jauh lebih baik dari pada mengembalikan atau memperbaiki kerusakan sehingga kesadaran akan kewajiban pencegahan ini mutlak harus menjadi program atau kegiatan lembaga keagamaan islam. Pengetahuan akan memudarnya ‘martabat alam’ harus pula menjadi penggetahuan jamaah islam untuk menjadi common sense sekaligus mengidentifikasi langkah-langka strategis yang perlu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan fiqh atau ibadah tidak boleh dipisahkan dalam realitas hidup jamaah sehingga jamaah merasa dekat dengan alam dan lingkungan serta memberikan kontribusi bagi kelestariannya.

Terakhir, salah satu inspirasi dari praktik ramah lingkungan di sana adalah bagaimana masjid melakukan penghematan dan pemanfaatan air dengan maksimalisasi kegunaan air bekas air wudhu serta penghematan listrik. Eksistensi masjid di Indonesia yang jumlahnya ratusan ribu baik yang berada di kota besar sampai pelosok desa pasti tterdapat komunitas yang mengelola keberadaannya. Adanya persoalan lingkungan seperti banjir sampah, banjir, debu, musnahnya spesies tumbuhan dan ketersediaan tanaman sayuran dan obat yang semakin tergantung pada impor adalah sedikit persoalan yang sebenarnya kelompok islam atau jamaah masjid dapat memberikan kontribusi. Hampir semua masjid mempunyai halaman, mempunyai sumberdaya manusia yang dpaat dikelola secara sinergis untuk menghasilkan beragam produk yang dapat memenuhi kebutuhan jamaahnyya atau pasar lokal.
Masjid dengan pembaharuan peran non-konvensional ini juga jika dilakukan massif maka masjid sebagai institusi agama secara pelan tapi pasti telah memberikan kontribusi bagi pencegahan pemanasan global dan pengurangan resiko perubahan iklim dengan pendekatan 3R: reduce, Reuse, dan rescyle. Selain itu juga dilengkapi dengan produksi tanaman yang menghasilkan sumber kehidupan berkelanjutan ( sustainable).


Dengan demikian, ribuan Masjid kemudian mempunyai fungsi pemberdayaan ekonomi, menghasilkan uang, sekaligus mempunyai peran penyelamatan ekologis. Masyarakat juga akan berintrekasi ke masjid bukan hanya untuk kepentingan ibadah tetapi juga untuk menjawab kebutuhan bibit tanaman tertentu, belajar skill daur ulang, skill pertanian vertikultur atau hidrorganik, produksi energi listrik terbarukan, atau pembuatan pupuk organik, dan kegiatan edukasi lainnya. Fungsi ekologi sekaligus penggerak roda ekonomi ini merupakan terobosan penting zamana ini karena memang kelompok agamawan tidak boleh mengalinisasikan dirinya dari persoalan-persoalan lingkungan karena memang di dalam diri pemeluk agama islam, khususnya, melekat kewajiban ekologis sebagai bagian dari manifestasi ke-iman-annya. Dengan peran-peran ekologis sebagaiamana disebut diatas, tempat ibadah ummat islam ini dapat disematkan gelar padanya sebagai “Masjid organik.”

Sunday, August 9, 2015

Hijau yang Dirindukan

Belakangan ini suhu udara di wilayah yogyakarta khususnya pinggiran sleman berubah terasa dingin dan kering. Hal ini tentunya wajar mengingat sekarang wilayah Indonesia sedang dilanda musim kemarau. Namun kondisi ini tidak seperti yang saya rasakan pada musim-musim kemarau sebelumnya. Udara menjadi semakin dingin dan kering pada tahun ini serta periode kemarau yang lebih panjang dari sebelumnya walapun menurut pemerintah dalam hal ini BMKG kondisi ini terjadi karena pengaruh dari El - Nino sehingga mengakibatnya terjadinya anomali cuaca. Dampak lain yang terjadi karena fenomena ini adalah sulitnya mendapatkan air untuk mencukupi kebutuhan hari - hari yang terjadi karena sumber air seperti mata air, sungai dan sumur yang mengurangi jumlah pengeluaran airnya. 

Sebelum tinggal di kabupaten Sleman, wilayah di pinggiran D.I. Yogyakarta. Saya lama menetap di pedalaman Kalimantan Timur, tepatnya disebuah kota kecil bernama Bontang. Saya sebut pedalaman karena butuh waktu 8 jam perjalanan darat. Dahulu bahwa orang tua saya butuh waktu 2 hari menyusuri sungai untuk mencapainya. Saya lahir dan besar di kota tersebut sebelum akhirnya pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi. Orang tua saya terkadang tentang bagaimana kondisi alam daerah ini di tahun 80'an yang benar benar dikelilingi oleh hutan perawan yang lebat dan tinggi. Jenis Pohon - pohon besar seperti ulin, bengkirai, meranti masih mudah ditemui di sekitaran daerah kami tinggal.
Banyak pula binatang seperti babi, monyet, orangutan, ular dan jenis binatang liar lain yang mudah ditemui berkeliaran atau sekedar melintas di sekitaran pemukiman masyarakat. Hal ini tentu saja menggambarkan ekosistem yang masih sangat baik di kalimantan ketika itu. Hujan yang terjadi sepanjang tahun yang jika pada puncak musim penghujan menjadi begitu deras namun tidak sampai mengakibatkan kebanjiran. air tanah yang melimpah sehingga sumur digali tidak terlalu dalam, sungai - sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan warna coklat lumpur khas sungai - sungai di kalimantan. Kondisi ini tentulah telah berubah dewasa ini. Tidak hanya di Bontang saja namun daerah lain di pulau Kalimantan tentulah telah mengalami pembangunan yang pesat.
Pemukiman, area perdagangan, perkantoran, industri, dan sarana publik lainnya yang tentu saja memerlukan pemanfaatan lahan yang tidak sedikit. Hal ini tentu saja mengakibatkan banyak terjadi perubahan fungsi lahan dan sekaligus merubah ekologi lingkungan yang ada disekitarnya. Kondisi alami kalimantan yang berbukit bukit dengan tumbuh banyak pohon dengan karakter kayu yang keras dan akar yang mengujam jauh kedalam tanah berfungsi tidak hanya sebagai produsen oksigen semata namun juga dapat menyerap air hujan kedalam tanah sehingga mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor serta menjaga kondisi tanah agar tetap hidup dan produktif karena banyaknya unsur hara yang disuplai oleh pohon - pohon sehingga adalah konsekuensi yang logis bila kemudian terjadi banjir, sumber air tanah yang berkurang, kadar unsur hata tanah yang berkurang sebagai akibat hilangnya pohon berserta fungsinya tersebut. Dan hal itulah yang kerap terjadi di beberapa wilayah di kalimantan sebagai akibat dari perubahan fungsi lahan. Belum lagi kondisi lingkungan yang rusak akibat dari aktivitas pertambangan batu bara yang banyak dilakukan tanpa adanya usaha mengembalikan kembali fungsi lahan seperti sedia kala. 

Masalah perubahan fungsi hutan ini juga tentunya berperan signifikan terhadap anomali cuaca yang terjadi di indonesia saat ini. Belum lagi akibat yang ditimbulkan oleh pembakaran lahan hutan yang terjadi di pulau sumatra mengakibatkan polusi udara yang begitu parah sehingga berbahaya bagi kesehatan masyarakat serta ekosistem pada wilayah tersebut. Lain lagi dengan yang terjadi di pulau jawa dengan adanya perubahan fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk yang masif membuat produksi bahan makanan khususnya beras menjadi menyusut tiap tahunnya.
Dampak negatif lingkungan yang kita rasakan semakin lama semakin banyak ini tentulah tidak terjadi tanpa ada pelaku dan sebab yang jelas. Manusia sebagai makhluk yang di bekali akal dan perasaan sudah saatnya untuk mulai berintrospeksi diri terhadap tindakan yang dilakukan terhadap alam hidup. Sudahkan manusia bersahabat baik dengan alam dengan menjaga dan merawatnya? yang jawabanya dapatlah di lihat dari fenomena alam yang terjadi saat ini.
Sudah tentu ukuran baik buruk seorang manusia tidak hanya diukur terhadap hubungan sesama manusia saja tetapi juga secara simultan bagaimana ia dapat bersahabat baik dengan tanah air tempat dimana manusia itu hidup dan berkembang. Karena sejatinya apa yang ada di alam ini tidak hanya di berikan kepada individu - individu semata namun menjadi hak manusia dan makhluk hidup lain untuk turut serta merasakan manfaatnya pada saat ini dan masa yang akan datang. Sehingga menjadi sebuah kesalahan bagi umat manusia itu sendiri bilamana pemanfaatan lingkungan hidup tidak dikelola secara arif dan bijaksana karea sesungguhnya hal tersebut justru menjadikan umat manusia bakal menuai kerugian dimasa mendatang yang sudah tentu kepastiannya jika tindakan manusia yang terus merusak alam tanpa ada usaha untuk menjaga dan memperbaikinya.
Selamat siang kawan. Semoga tetap semangat dalam beraktivitas. Sedikit refleksi dari saya sebelum menunaikan sholat Jumat. Inilah Sedikit refleksi dari tulisan cak david beberapa saat lalu tentang Green Deen

Monday, June 29, 2015

Pemanfaatan Sumber daya air

Oleh: Agam Primadi 
The United Nations Conference for Environment and Development (UNCED) telah menetapkan tanggal 22 maret sebagai Hari Air Dunia. Peringatan ini menegaskan kepada seluruh masyarakat Internasional akan pentingnya air bagi kehidupan manusia. Salah satu cara untuk menyelamatkan bumi adalah dengan cara pemanfaatan air dan sumber daya air dengan sebaik mungkin. Mengapa air ? karena air adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Sebagai manusia, tubuh kita mengandung 70 persen unsur air. Ini berarti manusia menjadikan air sebagai kebutuhan pokok untuk keberlangsungan hidup sehari - hari.
Bijak dalam pemanfaatan air
Saat ini dunia sedang terjadi krisis air yang bersifat akut, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, pertumbuhan populasi dan industri. Secara umum krisis tersebut terjadi karena cara pandang dan perilaku manusia sendiri. Manusia cenderung menganggap bahwa air adalah objek yang dapat dieksploitasi.
Beberapa provinsi di Indonesia sekarang juga sedang mengalami krisis kelangkaan air. sementara beberapa propinsi lainnya masih dalam status potensial sumber daya air. Penyebab dari kelangkaan tersebut bisa dilihat dari letak geografis yang tidak menguntungkan, misalnya di daratan tinggi seperti perbukitan dan pengunungan atau pemanfaatan air yang secara berlebihan. Hak penguasaan dan pemanfaatan sumber daya air juga telah dituangkan dalam Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945. Semua mahluk hidup di alam ini pada dasarnya mempunyai hak yang sama untuk memanfaatkan air, dengan demikian tidak adanya pembatasan dalam penggunaan sumber daya air.  (*) Selengkapnya Baca Bangka Pos Edisi Cetak, Sabtu (22/3/2014); sumber : http://bangka.tribunnews.com/2014/03/22/pemanfaatan-sumber-daya-air

Tuesday, June 23, 2015

Agama Hijau untuk Selamatkan Bumi

Judul: Green Deen, Inspirasi Islam dalam Menjaga dan Mengelola Alam
Penulis: Ibrahim Abdul-Matin
Cetakan: ke-1, November 2012,
Penerbit: Zaman, Jakarta
Hal: 318 + indeks
Hasrat dan ambisi manusia untuk memamah dan merambah nyaris tanpa batas. Segala sesuatu kita ambil dari bumi. Konsumsi  berlebihan pun merusak keseimbangan alam: tanah kehilangan nutrisi, cadangan air menyusut dan tercemari, hingga lapisan atmosfer menipis dan berlubang di sana-sini. Bukankah kita sendirilah yang sudah dan akan merasakan dampak buruk kerusakan itu?
Belakangan, kenyataan ini banyak diobrolkan di ruang seminar dan media massa. Namun, sudahkah hal ini jadi kesadaran yang dapat mengubah perilaku kita sehari-hari? 
Buku ini mengajak kita sebagai orang beragama untuk memeriksa ulang hubungan kita dengan air, sampah, energi, dan makanan sehari-hari, serta  apa dampak dari sikap dan perilaku kita terhadap semua itu bagi kelestarian bumi dan keseimbangan alam. Abdul Matin memperkenalkan istilah green deen (agama hijau), sebuah cara untuk mengamalkan agama kita seraya menguatkan sinergi antara agama dan lingkungan. Karena  agama amat berperan dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang, ia menggali nilai-nilai etik agama yang menggerakkan pemeluknya untuk memelihara bumi dan menyelamatkannya dari kerusakan.
Sebagai muslim, Abdul Matin meyakini bahwa Islam adalah agama hijau yang ramah lingkungan itu. Menurutnya, ada 6 prinsip dasar agama hijau itu. Pertama, memahami kesatuan Tuhan dan ciptaan-Nya (tawhid). Bahwa segala sesuatu yang ada berasal dari sumber yang sama dari ciptaanNya. Maka dengan memelihara alam sama dengan memelihara diri sendiri. 
Kedua, melihat tanda-tanda (ayat) Tuhan di mana saja. Pernahkah kita melihat terbitnya fajar dari ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat, kemudian kita merasa takjub? Itulah tanda-tanda kekuasaan Tuhan. Dengan mencerap bahwa segala sesuatu yang berada di sekitar kita merupakan pesan dan tanda-tanda Tuhan maka kesadaran akan tumbuh bahwa kita memiliki keterhubungan satu sama lain. 
Ketiga, menjadi penjaga (khalifah) di bumi. Sebagai penghuni bumi, kita diperintahkan Tuhan untuk menjadi wakil-Nya dalam melestarikan dan memelihara alam. Kita diperbolehkan memakai segala fasilitas yang ada dengan syarat menjaganya dengan baik. Karena saat kita sudah tidak menjadi penghuninya kita akan dimintakan pertanggungjawaban. 
Keempat, menjaga kepercayaan Tuhan (amanah). Janji kita kepada Tuhan untuk menjaga dunia yang kita tempati harus ditepati karena Tuhan telah mempercayakan kepada kita.  Kelima, berjuang menegakkan keadilan (a’dl). Yakinilah bahwa apa pun yang kita lakukan akan berpengaruh pada lingkungan kita. Kita akan adil kepada alam dengan tidak mengeksploitasinya. Keenam, menjalani kehidupan yang selaras dengan alam (mizan), dengan cara kita menjaganya dan alam pun akan menjaga kita. 
Setelah mengulas prinsip agama hijau itu, Abdul Matin juga mengupas secara detail pola-pola hidup yang bertentangan dengan prinsip tersebut. Sebagai contoh, pola konsumsi berlebihan–membeli barang-barang kemudian membuangnya. Ini, menurutnya, menciptakan banyak timbunan sampah limbah yang menjadi beban bagi tempat-tempat pembuangan akhir dan menguras habis sumber daya. Islam, lanjut Matin, sangat menentang limbah: Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada saat-dan-tempat salat; makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan, (karena) sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (QS al-A`raf: 31). 
Islam juga menghargai siklus hidup dan mendorong manusia melakukan hal yang sama. Nabi Muhammad pernah mengatakan, "Muslim akan selalu mendapat pahala sedekah bila menanam pohon dan menebar tanaman, lalu burung, manusia dan hewan-hewan makan dari tanaman itu.” 
Isu limbah ini dijadikan judul pertama dari empat bagian dalam buku. Ia meliputi perilaku konsumsi yang berlebihan, gerakan hijau sebagai tanggapan terhadap perilaku konsumtif, membangun muslim hijau dan masjid hijau. Kedua, energi. Terdiri dari energi yang berasal dari neraka, energi yang berasal dari surga, efisiensi dan pekerjaan hijau, hidup tanpa aliran listrik. Ketiga, Air. Mengupas air adalah sumber kehidupan, limbah beracun dalam air kita, dan keajaiban wudu. Keempat, makanan, termasuk makanan untuk keluarga. 
Menarik sekali, di bagian empat ini diselipkan cerita tentang Ridwan dari Indonesia yang tinggal di Manhattan (Hal 232). Matin mengakui dirinya terpikat dengan Indonesia, karena Ridwan bercerita bahwa di negeri ini ia bisa mendapatkan makanan halal dan sayuran  segar dengan mudah.  Bahkan, ia bisa menyembelih hewan ternak terdekat kapan pun ia mau. Hal ini berbeda dengan kondisi dan kehidupan masyarakat Amerika yang melakukan peternakan dalam skala besar (Factory Farming). Prosesnya tidak menggunakan cara-cara yang halal. 
Buku ini juga diselingi testimoni teman-teman penulis yang bercerita tentang bagaimana mereka pertama kali sadar akan kelestarian lingkungan. Matin sendiri bercerita bagaimana ia pertama kali sadar lingkungan dan menjadi pecintanya. Saat itu usianya baru 5 tahun. Suatu hari, ayahnya mengajak jalan-jalan anak laki-lakinya berlibur ke Bear Mountain, sebelah utara New York. Ketika mereka dalam perjalanan, ternyata tiba waktunya Asar. Ayahnya berhenti dan bermaksud shalat di tempat tersebut. Matin kecil dan saudaranya heran dan bertanya di manakah ayahnya akan melaksanakan shalat. Sang ayah lalu menunjuk ke sebidang tanah dan kemudian shalat di situ. “Di mana pun kamu berada saat waktu shalat tiba, kerjakanlah shalat. Sebab, bumi ini adalah masjid,” kata sang ayah dengan mengutip hadis Nabi.
“Sejak perjalanan mendaki gunung itu, saya lalu merenungkan betapa keramatnya bumi. Seluruh planet ini bisa menjadi tempat beribadah kepada Penciptanya. Siapa pun boleh bersujud di atas rumput, di atas pasir, di atas gunung, ataupun di ladang jagung. Karena merupakan sarana untuk mencapai Tuhan, maka planet kita penting untuk dilindungi,” tuturnya menyadarkan kita semua. 
Bersama Bangun Surga di Bumi 
Ajakan Martin dalam buku ini amat relevan dengan kondisi masyarakat Tanah Air yang majemuk. Menurutnya, komunitas agama apa pun perlu bersatu dan menjadi sumber kekuatan bagi gerakan lingkungan. Penganut semua agama bisa menjadi para pembela bumi. “Saya ingin mempertemukan kaum muslim dengan para pemeluk agama lain, bukan untuk memperdebatkan kerumitan teologi, tapi untuk meyakini bersama-sama bahwa secara kolektif, dilandasi rasa keagamaan masing-masing, kita bisa bekerjasama melindungi planet ini,” tegas Penasihat Kebijakan di Kantor Walikota New York untuk masalah-masalah sustainabilitas ini.
Kerja antariman ini memberikan pesan bahwa konsep penjagaan bumi dapat mendorong kaum beriman untuk terlibat dalam gerakan antariman tanpa harus mengakui satu “keyakinan” yang sama (hal 92). Dengan kerja antariman ini, diharapkan lingkungan akan hijau dan subur, manusianya pun rukun dan makmur. Dalam hal ini, Matin tak hanya memberi ajakan tapi juga teladan. Ia bergabung dengan Interfaith Center di New York. Organisasi ini mengajak banyak orang dari berbagai latar agama untuk bersama-sama mewujudkan keadilan lingkungan. Setelah membaca buku ini Anda pun akan terinspirasi untuk menirunya di lingkungan Anda masing-masing.[]
sumber: http://www.kompasiana.com/iradaini/agama-hijau-untuk-selamatkan-bumi_552fd7ef6ea834714f8b4598

Tuesday, May 5, 2015

Dukungan untuk 9 Kartini Rembang

Awal April 2015 telah beredar surat 9 Kartini rembang yang ditujukan untuk Jokowi sebagai presiden Indonesia. Di Rumah Baca Komunitas beberapa hari sebelumnya juga telah mengadakan diskusi dan screening film Samin vs Semen di markas RBK. Namun, kami merasa perlu aksi nyata. 

surat 9 Kartini itu luar biasa menyentuh nurani kami. Demikian isinya:



Lumantar surat meniko kulo sak sedukur JM-PPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng) Rembang dan Pati bade nyuwun wekdal Bapak Joko Widodo kangge ngrembak bab nasib petani lan keselametan pegunungan Kendeng. (Melalui surat ini kami bersaudara di JM-PPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng)  dari Pati dan Rembang mau minta waktu Bapak Joko Widodo untuk membicarakan nasib petani dan keselamatan pegunungan kendeng.)
Kawulo sak sedulur ngertos sanget bileh bapak Joko Widodo sibuk sanget, tapi kulo pitados sanget bilih Bapak Joko Widodo mboten bade nglaleake sedulur tani. Pramilo kulo saksedulur badne nenggo teng istana Jakarta ngantos pak Joko Widodo wonten wekdal kangge nemoni kulo sak sedulur cekap semanten atur kulo mugio dados kawigatosan.  (Kami bersaudara mengetahui betul bahwa Bapak Joko Widodo sibuk sekali, tapi kami percaya sekali bahwa Bapak Joko Widodo tidak akan pernah melupakan sedulur tani. Maka dari itu kami mau menunggu di istana negara sampai Bapak Joko Widodo ada waktu buat menemui kami sak sedulur. Cukup sekian kata Kami, semoga mendapat perhatian.)
Matur nuwun. (Terima Kasih)
9 kartini Rembang-Pati (Sukinah, Sakijah, Murwati, Rusmi, Surani, Gunarti, Ngatemi, Giyem, Suyati)

Senin Kliwon, 6 Madilakir 2015


Tak berfikir panjang lebar. Pegiat RBK pun melayangkan surat dukungannya ke email gerakan 9 kartini. Bunyinya sebagaimana saya kopi paste di bawah ini:

Kepada 9 Kartini dan untuk semua yang peduli, 

Surat ini kusempatkan kutulis sebagai panggilan rasa kemanusiaan dan keadilan juga rasa prihatin pada negara yang terus menerus abai pada anak bangsa dan penghuni sah republik ini. Saya juga merasa negara ini telah menghinakan akal sehat dan kewarasan kita semua. Polisi dan tentara sering mempertontonkan kejahatan kepada orang orang biasa dan melindungu kepentinan kapitalis serakah. 

Kami dari sudut kampung di Bantul merasakan kepahitan hidup saudara di rembang dan pati juga blora, sedulur sikep. Kami di Rumahnya manusia meninton film dan mendiskusikan serta sebagian kami ikut aliansi mahasiswa untuk rembang. Kami ingin bangkit rasanya meninju penguasa tetapi kepalan kami di sini masih seperti meninju langit. Kekuatan ibu ibu 9 kartini memprovokasi kesadaran kami semua untuk terus menyuarakan yang bisu, melawan secara simbolik, dan terus mengurus mengutuk dan menghinakan penguasa yang dzalim denan doa doa kutukan lewat sastra dan tulisan. Setiap bangun tidur, kita meludah dengan keras sambil mengutuk ketidakwarasan pejabat negara. Kami akan berada dalam semangat ibu-ibu 9 Kartini. 

Kepada negara, kamu juga ingin bersuara. Bagi kami, apa pun yang dilakukan negara dengan menyakiti rakyat sendiri adalah sebuah kejahatan mahabesar terhadap kemanusiaan. 40 tahun ke depan bangsa ini akan terpuruk sehingga muncul generasi baru tanpa dosa sejarah. Apa yang negara lakukan hari ini hanya mempercepat kehancuran. Lebih baik negara pensiun saja mulai malam ini jika tak bisa memperbaiki keadaan. Yg bisa Kita bisa lakukan adalah untuk menahan diri dari kejahatan tangan negara sampai pada pengelola negara yang baru di 40 tahun yang akan datang. Dan penguasa hari ini tak mungkin bisa memperbaiki keadaan maka jangan mempercepat kerusakan. 9 kartini adalah manusia luar biasa kiriman masa depan untuk berpesab bahwa negara ini kekayaan alam ini bukan milik penguasa tetapi milik manusia yang akan datang. Hentikan pak Jokowi segala kebohongab atas nama pembangunan, ini hanya tipuan yang maha kejam

Salam perlawanan dari kami

Bantul, 10 April 2015
Pegiat literasi di Kalibedog

@mabacakomunitas
@rumahbacakomunitas

@kejarlahmimpi

Sebuah Ajakan Solidaritas

oleh Admin

Tadi pagi sekitar jam 2.30 saya terbangun dan kemudian melihat pesan-pesan yang ada di FB Rumah baca Komunitas. Salah satu pesan masuk sekitar jam 11 malam berbunyi sebuah ajakan solidaritas. Pesan pendek itu berbunyi demikian.

Sebuah Ajakan Solidaritas Kawan2 ini ada tawaran solidaritas, jika kawan2 sepakat dengan draff ini sebagai solidaritas, silahkan besok datang ke Pusat Jajanan Lembah (Pujale), maksimal pukul 15.00, untuk melakukan tanda tangan langsung. Jika lebih dari jam itu, kita tidak akan cantumkan nama maupun organisasi kawan2 sekalian dalam surat bersama solidaritas ini. Berikut ini kita lampirkan draff surat bersamanya, silahkan komunikasikan dengan organisasi masing-masing. Apakah setuju dan mau terlibat surat bersama ini. Jika memang kawan2 dan organisasinya mau terlibat, tolong besok datang ke Pujale untuk tanda tangan (maksimal pukul 15.00) Nama2 yang tertera disini masih sementara, hanya berbekal perkawanan dan belum konfirmasi balik. Melalui inbox ini, tolong segera beri jawaban. Silahkan sebarkan juga, jika ada komunitas lain yang ingin ambil bagian dalam solidaritas bersama ini.

Namun pesan pendek tersebut terdapat lampiran/attachment mengenai pernyataan sikap bersama terhadap kejadian pembubaran kegiatan mahasiswa di Unibraw, malang. Mahasiswa dibubarkan karena menonton film Samin vs Semen dan juga film besutan Watcdog tentang Freeport. Ini tentu saja penghinaan terhadap akal sehat dan kebebasan akademik. Upaya pelarangan ini juga bagian dari politik untuk memetahkan para pejuang ekologi seluruh dunia. Rumah Baca Komunitas sangat prihatin dengan maraknya praktik 'orba' di zaman demokrasi terbuka saat ini. Karenanya, RBK membalasa ajakan solidaritas tersebut dengan antusias. Bahkan dalam waktu singkat pun di wasapp Rumah baca dan status FB sudah mengajak solidaritas kepada pembaca:

Pagi mendung, assalamualaikum kawan kawan,
Hari ini RBK akan mengikuti tanda tangan solidaritas untuk "kebebasan akademik" dalam kasus pembubaran kegiatan nonton film Samin va Semen dan Film Alkinemokiye (perihal freeport) di Universitas Brawijaya, Malang. Tindakan kampus ini sangat menciderai etika akademik itu sendiri.
Keberpihakan RBK terhadap beragam teror ekologis di berbagai tempat di republik mulai rembang, kulonprogo, pati, Sumbawa, Bali, NTT, Manado, Freeport dan sebagainya adalah bagian dari kampanye ekoliterasi dalam rangkah jihad ekologis untuk mengerim keserakahan kapitalisme lokal dan global. 
Sore ini, solidaritas digalang untuk "jihad ekologis" di Lembah UGM. Silakan komunitas teman2 bergabung jam 15.00 wib. 
Salam,
Jihad ekologis ‪#‎ekoliterasi‬



Ada pun sikap elemen hari ini akan dituangkan dalam pernyataan sebagai berikut:


“BERSIHKAN KAMPUS BRAWIJAYA DARI PARA ORBAIS”


Surat Pernyataan Bersama
Solidaritas Kebebasan Akademik Yogyakarta

Melalui surat pernyataan bersama ini, kami mengutuk praktik sewenang-wenang yang dilakukan para pendidik Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya (UB) Malang yang telah melakukan pembubaran paksa kegiatan mahasiswa dari Lembaga Pers Mahasiswa DIANNS. Praktik demikian kami nilai telah melanggar marwah institusi pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai akademik dan kebebasan ekspresi mahasiswa. Melalui praktik yang ditunjukkan Dekanat FIA, kami mencap Kampus Brawijaya telah disusupi oleh antek-antek Orbais. Hal ini ditunjukkan melakui praktik sewenang-wenang berupa pembubaran paksa kegiatan mahasiswa dan intimidasi berwujud pemanggilan orangtua oleh pihak kampus sebagai dampak pelaksanaan kegiatan tersebut. Apa yang dilakukan pihak Dekanat FIA ini secara gamblang menunjukkan beroperasinya kembali praktik NKK BKK sebagaimana di era rezim despotik Soeharto. 

Argumentasi Solidaritas Kebebasan Akademik Yogyakarta
Kami menggalang aksi solidaritas kebebasan akademik di Yogyakarta dengan argumentasi sebagai berikut:
1)     Standar ganda yang diperlakukan oleh para pendidik FIA dalam melarang kegiatan mahasiswa menonton film “Samin Versus Semen” dan “Alkinemokiye” patut dipertanyakan, mengingat film tersebut telah diputar berkali-kali di Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Atma Jaya, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, dan Universitas Sanata Dharma di seluruh Yogyakarta, bahkan kampus di kota-kota lain. Klaim norma pendidikan seperti apakah yang dipakai Universitas Brawijaya?
2)     Acara yang diadakan oleh LPM DIANNS sejak awal sudah mendapat izin dari pihak rektorat Brawijaya yang diterbitkan tanggal 13 April 2015 oleh pihak Pejabat Rektorat bernama Marfuah. Surat izin rektorat pun sudah ditembuskan ke pihak Dekanat FIA Brawijaya. Pertanyaannya, mengapa jawaban atas izin pihak Rektorat tidak dijawab secara tertulis malah mengerahkan pihak keamanan kampus untuk membubarkan acara?
3)     Tindakan pelarangan sebagaimana yang berhasil direkam dan diunggah di youtube.com jelas sekali menunjukkan bahwa pelarangan itu berdasarkan alasan yang mengada-ada. Pernyataan dosen FIA bernama Lukman Hakim bahwa film yang diputar oleh LPM DIANNS adalah film propaganda jelas tidak berdasar. Hampir semua film pasti memiliki perspektif maupun cara pandang tertentu, karena memang demikian eksistensi film hadir. Karenanya, membedah film adalah ruang pendidikan paling tepat guna mendiskusikan sebuah realitas maupun fenomena yang ada di masyarakat. Jika memang Bapak Lutfy Hakim melihat itu sebagai propaganda, maka cara elegan yang sesuai kaidah akademik adalah dengan menunjukkan di titik mana anggapan propaganda  itu ada. Apakah Bapak berani? Karena menjadi pertanyaan besar, dalam kepentingan apakah pihak Dekanat melarang pemutaran film ini, apakah sudah ada keterlibatan korporasi di ruang-ruang kerja para Dosen Brawijaya?

Pelanggaran:
Kami menilai, apa yang dilakukan para pendidik di Kampus Brawijaya telah mencederai semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi, bahkan menjauhkan para mahasiswanya dari isu-isu yang ada di akar rumput (yang dihadapi rakyat). Pelanggaran ini jauh lebih besar dibanding dengan pelanggaran legal formal seperti UU No 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Jika sebuah kampus sudah menjauhkan para mahasiswanya dari persoalan yang dihadapi masyarakat bawah, artinya universitas itu bukan melangsungkan pendidikan, namun pembodohan.

Tuntutan:
1)     Menuntut Rektor UB, Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS agar menjunjung tinggi marwah akademik dengan memberi jaminan atas kebebasan berekspresi dan berpendapat seluruh civitas academika Kampus Brawijaya. Untuk itu, pihak Rektor harus menindak tegas praktik-praktik penuh kesewenang-wenangan ala Orbais sebagaimana dilakukan pihak Dekanant FIA.
2)     Menuntuk pihak dekanat FIA, khususnya Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan FIA UB untuk meminta maaf pada para mahasiswa karena telah membiarkan pihak dekanat melakukan praktik penindasan di dunia pendidikan. Selanjutnya memberikan garansi jaminan atas kebebasan berekspresi para mahasiswa untuk melakukan kerja0kerja kreatifnya.
3)         Menyerukan para dosen-dosen Universitas Brawijaya untuk turut bersuara atas ketidakbenaran dan kesemena-menaan yang telah dilakukan oknum-oknum dosen Brawijaya. Sebagaimana Che Guevara pernah sampaikan, “Jika hati Anda bergetar melihat penindasan, maka bersuaralah. Sebab diam adalah bentuk penghianatan”.  

Surat bersama ini merupakan suara solidaritas sebagai sesama mahasiswa. Kami di sini sudah menikmati kebebasan berekspresi seluas-luasnya. Maka, di tengah saudara-saudara kami yang ditindas, maka kami tidak akan tinggal diam. Kebebasan berekspresi harus menjadi norma kehidupan kampus di seluruh wilayah Indonesia.

Tembusan:

§  Dekan Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS
§  Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS
§  Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, Prof. Muhammad Nasir, Ph.D


Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK