Saturday, November 17, 2012

Inspirasi: Kupu-kupu dalam Buku Anakku

Oleh : David Efendi
Direktur Rumah Baca Komunitas


Anak-anak adalah manusia masa depan,
Jika hari ini kutularkan virus mencintai kupu-kupu dalam buku,
Tentu anakku, akan lebih siap melawan kegelapan masa depan
  
Pada saat anakku belum lahir aku sudah menyiapkan berderet-deret rak buku bukan hanya untuk minatku, tetapi juga buku-buku keluarga untuk bacaan istriku dan anak-anakku yang akan lahir ke dunia. Tidak heran, disaat ekonomi tidak stabil kami masih nekat membeli buku terbitan MDS yang harganya 1 -2 juta-an. Buku Halo Balita dan Ensiklopedia Bocah Muslim itu sudah bertengger di rumah sebelum anakku lahir di bumi. Gilanya, pada saat saya hanya seorang mahasiswa, dan istri saya sedang cuti yang juga guru TK Islam dengan gaji tidak cukup untuk memnayar listrik dan sembako setiap bulan. Dari buku itulah, rizki akan terbuka!

Itulah keyakinanku, itulah keimanan kami kepada Allah dengan jalan mencintai berbagai binatang pengetahuan dan imajinasi dalam buku.

Menjadi sedikit dari…

Artinya saya dan keluarga ingin selalu menjadi bagian dari pembaca buku. Di saat kami bepergian kemana dan sedang santai di mana kami selalu ‘sangu’ berbagai buku bacaan untuk saya, istri, dan anak. Katakanlah, ketika kami main di Sunday morning UGM selalu asik dengan aksi membaca di sekitar Masjid Kampus UGM. Semua menikmati dan bukan sekedar menikmati angins egar pagi ciptaan tuhan, tetapi juga firman-firman keindahan dan kebenaran dalam lembaran buku-buku yang diciptakan manusia. Di saat antri servis motor, antri periksa dokter, saya selalu emmbiasakan membaca buku baik ketika mengajak anak atau tidak. Dan ternyata itu menular kepada anak saya….alhamdulillah.
Beberapa hari lalu. Saya menulis catatan singkat ini:

Catatan Harian
Sangatlah kumimpikan sebuah negeri dimana rakyatnya berdaya dengan menguatnya tradisi membaca diantara warganya. Aku pun mencoba sekuat tenaga untuk membiasakan diriku, anak dan istriku semampuku. Hafiz berkembang dengan ketertarikan terhadap buku-buku yang bermacam-macam. Setiap hari, setiap waktu membawa dan membuka-buka halaman buku.

Di tempat reservasi tiket kereta api di stasiun tugu Jogjakarta. Pagi yang cerah, hari itu 14 Nopember 2012 saya dan anakku Hafiz membelikan Pak Dhe Tri tiket kereta api untuk tujuan Jakarta. Tentu saja sudah sangat berjubel dan nomor antrian panjang hingga lebih dari 55 orang sebelumku.

Aku: Nak, kamu tunggu  dulu, abi mau lihat-lihat jadwal tiket dan membeliknya secepatnya ya?
Hafiz : iya...,

Sejurus kemudian dia langsung mendekati tempat duduku yang kosong dekat kasir tiket dan mengambil posisi duduk dan mulai membuka tas bawaannya yang berisi dua buah buku. Aku pun sambil mengisi blangko tiket dan sesekali melihatnya. Dia sangat sibuk membuka-buka halaman buku dan dengan muka yang sangat ceria. Anak usia 3 tahun itu sudah bisa cuek dengan lingkungan kerumunan orang dan sibuk menikmati lembaran-lembaran buku. Walau sadar, dia belum bisa membaca vocal tetapi sudah kenal angka, binatang, dan simbul-simbol tertentu.

Dialah, satu-satunya manusia yang membaca buku di dalam ruang itu. Banyak anak-anak, remaja, mahasiswa, dan orang tua menunggu dengan bengong, sms-an, dan sebagainya tetapi tidak ada satu pun yang membaca buku. Ada ratusan orang berjubel memadati reservasi tiket memburu tiket liburan cuti bersama dan akhir tahun baru. Mereka tentu saja akan merayakan liburan, tanpa buku.

“Liburan dengan buku” adalah surga bagi aku sendiri dan tentu saja anakku. Setiap ada bazaar dan pameran buku pasti kami terlibat antrian panjang membayar buku dan menikmati gelaran buku di situ. Ibaratnya, kami ingin mewujudkan mimpi-mimpi Taufiq Ismail dalam puisinya “kupu-kupu dan buku” dimana dia memimpikan bangsa yang berbudaya membaca.

Sangat menyedihkan! Khususnya buatku, sebagai pegiat gerakan membaca dan pecinta buku. Salut  untuk anakku yang demen sekali dengan dunia buku. 

Karena kisah itu inspiratif, maka aku berpesan agar kamu semua, termasuk anak-anakku dan manusia pembelajar masa depan untuk membaca puisi inspiratif ini. Sebuah kisah kupu-kupu dan imajinasi masa depan bangsa. Silakan di simak puisi ini.

Ketika duduk di setasiun bis, di gerbang kereta api, di ruang tunggu praktek dokter anak, balai desa, kulihat orang-orang di sekitarku duduk membaca buku, dan aku bertanya di negeri mana gerangan aku sekarang, 

Ketika berjalan sepanjang gang-gang antara rak-rak panjang, di perpustakaan yang mengandung ratusan rak buku dan cahaya lampunya terang-benderang, kulihat anak-anak muda dan anak-anak tua sibuk membaca dan menuliskan catatan, dan aku bertanya di negeri mana gerangan aku sekarang, 

Ketika bertandang ke toko, warna warni produk yang dipajang terbentang, orang-orang memborong itu barang dan mereka berdiri beraturan di depan tempat pembayaran, dan aku bertanya di toko buku negeri mana aku sekarang, 

 Ketika singgah di sebuah rumah, kulihat ada anak kecil bertanya tentang kupu-kupu pada mamanya, dan mamanya tak bisa menjawab keingintahuan putrinya, kemudian katanya, “tunggu mama buka ensiklopedia dulu, yang tahu tentang kupu-kupu”, dan aku bertanya di negeri rumah mana gerangan aku sekarang, 
  
Agaknya inilah yang kita rindukan bersama, di setasiun bis dan ruang tunggu kereta api negeri ini buku di baca, di perpustakaan perguruan, kota dan desa buku dibaca, di tempat penjualan buku laris dibeli, dan ensiklopedia yang tepajang di ruang tamu tidak berselimut debu karena memang dibaca. 
(puisi Karya Taufiq Ismail dengan Judul ‘kupu-kupu dalam buku’)

karena anakku dan mungkin aku saling menjadi sumber inspirasi untuk menegakkan perintah membaca. Maka spesial untuk anak-anaku, istiqomahlah menjadi pembaca walau engkau dalam keadaan yang paling tidak memungkinkan untuk membaca!


No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK