Wednesday, August 19, 2015

Sajak-Sajak Ahmad Sarkawi

Bengkulu 17 Agustus2015, senja yang malu sore ini akhirnya menampakkan wajah dengan gagah dan perkasa. aku malu pada diriku sendiri karena aku sudah berprasangka kalau senja tak akan menampakkan wajahnya di sore yang indah ini, trimakasih senja akan ku persembahkan puisi untukmu :

Jemari diatas pasir 

berlari di atas langit ke tujuh, mengelepakkan sayap kebebasan
membuang kelelahan usia yang sudah berada di ujung senja
menatap langit jingga yang menandakan semangat para pejuang
senyum kemenangan tersungging di bibir pada angka 30

menghunus pedang yang sudah tak bermata
menjelma menjadi malaikat untuk para penguasa
sudah waktunya kumenutup mata menggenggam asa yang tertunda
meluruskan seluruh tubuhku diatas pasir
memainkan jari jemari menari diatas pasir
ternyata aku sedang merindukanmu wahai sang penyair

puisi ini kupersembahkan untukmu senjaku. dikala usia sudah mulai di ujung senja, aku berterimakasih kepada kalian semua yang bersamaku baik yang pernah berjumpa lewat dunia maya atau dunia nyata, di usia yang sudah senja kuberharap kita semua bisa hadir untuk merawat damai negeri ini meramu kasih diantara manusia sebagai modal hidup berbangsa dan bernegara. kita memang harus berbeda tidak mesti selalu sama namun kita harus selalu bersama menikmati perbedaan keberagaman dan keberagamaan kita semua.

hadir sebagai perawat kasih dan damai merupakan pekerjaan kita semua yang sedang hidup di negeri ini, berbagi cerita, ide dan gagasan merupakan ciri khas dari hidup yang dinamis. di akhir sebuah cerita saya sampaikan terimakasih telah mengucapkan selamat dan mendoakan perjalanan usia yang menemani jiwa dan raga ini.

Ahmad sarkawi, dari sudut Al-Farabi 

Kegembiraan dalam Perpustakaan Jalanan


RBK on the street 9 agustus 2015

Rahayu Dwiningsih, Mahasiswa UMY

Alhamdulillah program RBK on the street berjalan lancar. Kegiatan ini diadakan setiap hari Minggu mulai pukul 06:30 hingga pukul 11:00. Ada beberapa tambahan yang dijalankan. Pertama, kami membuka ruang mewarnai gambar bagi pengunjung anak-anak dan memamerkan karya mereka di area hotspot. Bagian ini mendapat sambutan yang cukup baik dari para pengunjung. Terlebih karena kami juga menghadiahkan para peserta sebatang pensil dan 5 bungkus permen.
Kedua, kami juga menyediakan beberapa koran harian. Kami berasumsi bahwa dengan disediakannya bacaan koran-koran, orang-orang menjadi lebih berminat mendekati titik RBK on the street. Dan faktanya, orang-orang memang berdatangan menyerbu dan mengakses informasi yang berkaitan dengan RBK, termasuk masalah-masalah teknis seperti soal keanggotaan, peminjaman buku, dan lain-lainnya.
Pengadaan perpustakaan jalanan atau RBK on the street juga membagikan brosur berisi informasi mengenai RBK pada yang lalu lalang dan mereka yang menyambangi area RBK on the street. Kami merasa optimis bahwa program ini sangat bermanfaat terutama bagi mereka yang memiliki minat pada dunia literasi.
Peminjaman buku yang gratis dan tanpa tenggat waktu, tanpa menyerahkan kartu identitas sebagai jaminan, tanpa ada kewajiban mengembalikan buku yang sudah dipinjam saat hendak kembali meminjam, membuat respek para pembaca pada RBK on the street menjadi tinggi. Semua barangkali karena pihak RBK menerapkan azas percaya—azas yang tak kenal syak wasangka. Dan kami, kelompok KKN 06 UMY, merasa terhormat dan bangga menjadi yang dipercaya mengelola. Meskipun, terus terang saja, kami menaruh sedikit cemas sebab bagaimanapun juga buku-buku yang kami bawa adalah amanah dari pihak RBK.
RBK on the street kali ini agak sedikit berbeda. Sebab, pelaksanannya bertepatan dengan kegiatan 17-an di Dusun Sidorejo, tempat kami live in selama KKN. Karenanya, saat itu kami membagi dua energi: sebagian kelompak KKN 06 standby di Alkid, sebagian lainnya segera kembali ke Dusun Sidorejo untuk berpartisipasi dalam kegiatan 17 Agustusan.
Hal menarik lain dari RBK on the street adalah bahwa pada pelaksanannya, kami kerap berdiskusi tentang banyak hal dengan para pengunjung. Pada kegiatan ROTS minggu kedua ini, misalnya, kami kedatangan salah satu tamu tak terduga. Tubuhnya sudah tak tegap. Sulur-sulur keriput memenuhi wajahnya. Uban di kepalanya pun tampak seperti kopiah haji yang menutupi. Usianya pasti tak kurang dari 70 tahun.
Kami berdiskusi tentang lanskap kota Jogja dari mulai sejarah politik, sosiologi, hingga kuda yang sampai kini masih menjadi salah satu alat transportasi. Sesi yang paling menarik adalah saat ia mengisahkan kota Jogja semasa mudanya: Jogja yang lengang namun hidup dan semarak, Jogja yang minim petugas kebersihan namun justru lebih ramah lingkungan.
Membengkaknya laju pertumbuhan penduduk memang membawa banyak persoalan. Kita memang belum mengalami krisis pangan. Namun masalah hunian, macet kendaraan, kebersihan, ketertiban, kenyamanan, atau angka kriminalitas yang terus meningkat, memaksa kita untuk berpikir ulang tentang tata kelola sebuah kota.
Jogja yang sekarang tidak sebagus dan senyaman jogja yang dulu tetapi beliau masih tetap mencintai jogja dikarenakan jogja menyimpan banyak kenangan tentang masa mudanya.
Sekian dulu cerita ROTS minggu kedua ini, kita tunggu cerita dari kejadian-kejadian menarik yang terjadi selama pelaksanaan ROTS di minggu-minggu selanjutnya yang tentunya kita akan menceritakannya kembali, sekian dan terimakasih.

Rambut Gondrong dan Ke-Lebay-an Masyarakat

Lalu Bintang Wahyu Putra

"Barang siapa memiliki rambut hendaklah ia memuliakannya. " Muhammad SAW

Pandangan negatif terhadap pemilik rambut gondrong sudah kadung jadi di benak masyarakat. Stigma seperti suka mabukan, nakal, jorok dan segenap perilaku menyimpang lainnya kerap bertengger. Namun mereka bingung- jika tidak mau dikatakan bungkam- ketika ditanya perihal alasan mengapa berpandangan demikian. Mulai dari tukang becak, mahasiswa, ibu-ibu rumah tangga bahkan akademisi intelektual pun beramai-ramai mengamini streotipe negatif tersebut. Yang hingga kini membekas di ingatan saya adalah apa yang dikatakan dosen saya. "Mas orang gondrong suka minum (baca:mabok), kamu begitu ya?". Saya menganga heran bin kaget mendengar ujaran dosen senior di fakultas saya tersebut. Ternyata sudah begitu dalam endapan di benak kolektif masyarakat bahwa pemilik rambut gondrong berprilaku menyimpang dan kerap melanggar norma sosial. Dan sekaliber dosen tersebut pun mengamininya.
Keheranan bin kaget tersebut segera sirna setelah saya sadar bahwa beliau adalah didikan orde baru dan hingga ia menamatkan S2- nya pun tiang Orde Baru masih runcing dan berdiri kokoh.
Sebenarnya sebelum pemerintahan orde baru, tepatnya di masa-masa terakhir rezim Soekarno pelarangan rambut gondrong telah terjadi, bahkan sempat booming di kota-kota besar kala itu. Di bawah kekuasaan Orde Lama negara kita pernah melakukan razia paling konyol dalam sejarah: Razia Rambut Gondrong. Melalui Badan Koordinasi Pencegahan Rambut Gondrong (Bakoperago) yang bekerja sama dengan TNI Soekarno melancarkan razia tersebut.
      Razia rambut gondrong ini bermula dari merebaknya budaya Hippies di Amerika ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Kaum Hippies yang berpandangan liberal dan menolak adanya negara jelas merupakan ancaman bagi Indonesia yang masih seumur jagung. Terlebih paham kapitalisme yang identik dengan Amerika menambah kebencian Bung Karno yang menganut paham Marhaenisme dan pancasila sebagai dasar negara.
Berpindahnya kekuasaan ke tangan Orde Baru tidak serta-merta menghilangkan pelarangan rambut gondrong, justru semakin dimassifkan. Jika dulu Soekarno melarang dengan cara repsesif, maka di bawah Soeharto dimasukkan ke dalam sistem pendidikan. Rezim Soeharto menanamkan ke dalam pikiran semua masyarakat (murid dan wali murid) bahwa berambut gondrong adalah perilaku preman, bajingan bahkan teroris. Melalui program pembinaan keluarga Soeharto mewajibkan setiap orang tua untuk melarang anaknya berambut gondrong. Diwajibkan memiliki rambut cepak layaknya ABRI.
Melalui pandangan yang dibangun oleh kedua rezim tersebut dalam puluhan tahun telah berhasil menguasai pikiran masyarakat dewasa ini tanpa harus dikritisi dan deretan peristiwa tersebut terus berkembang hingga kini menjadi sebuah kebenaran mutlak yang tanpa celah secuil pun untuk merubahnya.

Dekonstruksi Pandangan
Dampak dari berjalannya peraturan tersebut bisa menjadi jawaban bagi pemilik rambut gondrong yang cenderung dianggap melanggar norma. Saya dan juga mungkin teman-teman gondrong lainya bertanya-tanya heran ada apa sebenarnya dengan gondrong? Sehingga yang menjadi korban adalah gondrongers yang tidak memiliki dosa masa lalu. Saya pribadi kerap mendapat represi mental dari kampus, seperti ditegur dosen, jadi buah bibir dekan hingga jadi bahan celaan.
Setelah enam puluh tahun lepas dari Orde Lama dan tujuh belas tahun bebas dari Orde Baru sebenarnya merupakan waktu yang sangat cukup untuk melunturkan stigma tersebut. Namun kenyataanya masih bertahan hingga kini.
Masyarakat sudah sepatutnya sadar bahwa tidak ada hubungan sama sekali antara model rambut dan prilaku seseorang- sejauh ini belum ada saya mendengar penelitian mengatakan seperti itu- karena kedua entitas tersebut merupakan dua hal yang berbeda.
Jika menengok pada masa abad dua puluh ke bawah rambut gondrong banyak dimiliki oleh para filsuf, penyair, politikus dan tokoh-tokoh sain lainya. Yang paling terkenal adalah paman Einstein dengan model rambut kruelnya, Opa Marx dengan gondrong bergelombangnya hingga Plato, Aristoteles dan Socrates semuanya memiliki rambut gondrong. Sir ST. Raffles dalam bukunya The History of Java menggambarkan bahwa dulu para raja di Jawa memiliki rambut panjang sampai pundak bahkan konon Nabi besar kita, Muhammad SAW, panjang rambutnya sampai sebahu.
Di masa kini pun kita punya sosok Hilmar Farid seorang sejarawan dan budayawan, ada juga tokoh masyarakat Emha Ainun Najib alias Cak Nun dan juga Sekjen PPMI nasional, yang mana mereka semua gemar memanjangkan rambutnya.

Artinya, jauh sebelum sekarang rambut gondrong identik dengan tokoh berpengaruh dunia malah menjadi protoipe para cendekia. 

Friday, August 14, 2015

Angkringan Literasi: Teratur Untuk Maju


Catatan dari rots by Unggul Sujati Prakoso
Teratur Untuk Maju
 
Menjelang peringatan hari kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia ke -70 para masyarakat mulai sibuk bergotong royong kerja bakti membersihkan dan menata dan menghias lingkungan di sekitar kampung tempat mereka tinggal. Mulai dari mengecat beton pembatas trotoar dengan warna hitam putih kemudian membersihkan tugu atau gapura tanda masuk ke desa. Selain itu tak ketinggalan pula hal pemasangan umbul umbul dengan warna merah putih yang semakin menambah kesan heroik dalam peringatan HUT RI.
Dan yang acapkali ditunggu tunggu adalah lomba agustusan bagi para warga kampung. Berbagai macam jenis lomba di adakan untuk memeriahkan peringatan HUT RI. mulai dari panjat pinang, makan kerupuk, sepak bola, voli, dan banyak lagi.
Namun yang bagi saya hal yang menarik dalam peringatan kemerdekaan negara ini adalah upacara pengibaran dan penurunan bendera merah putih baik ditingkat negara, provinsi hingga kecamatan.
Para pasukan pengibar bendera atau yang biasa di sebut paskibraka yang tentunya telah berlatih keras dalam mempersiapkan momen penting ini. Bahkan latihan telah digelar jauh-jauh hari sebelumnya hingga menjelang tanggal 17 agustus untuk memberikan hasil yang terbaik.
Yang menarik dari pasukan ini adalah terdiri dari tentara, polisi dan pelajar SMA. Untuk menjadi bagian dari pasukan ini para pelajar tersebut tentunya telah melalui proses seleksi yang panjang dan ketat apalagi jika menjadi bagian dari paskibra di Istana Negara Jakarta. Pastinya hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi para pelajar tersebut dan juga keluarga mereka. Apalagi yang melatih mereka biasanya berasal dari anggota militer sehingga dapat dibayangkan materi latihan yang penuh kedisiplinan untuk membentuk keteraturan dalam baris berbaris.
Berkaitan dengan hal keteraturan dalam baris berbaris tentunya tidak hanya identik dengan upacara bendera tanggal 17 Agustus saja namun juga upacara bendera yang setiap minggu dilakukan di sekolah dan instansi instansi pemerintah. Lain lagi ceritanya bila seseorang yang sedari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas mengeyam pendidikan di sekolah negeri dan bahkan bila kelak ia menjadi pegawai negara maka bisa dibayangkan berapa kali upacara bendera yang telah diikutinya. Dan jika banyak dari warga negara indonesia yang menjadi abdi negara maka seharusnya upacara menjadi contoh pembelajaran yang baik dalam menciptakan keteraturan dalam kehidupan masyarakat dan tentunya membawa kemajuan bagi bangsa karena kedisiplinan yang baik. Tapi hal ini tentulah hanya ada dalam pikiran saya sebagai penulis karena kenyataannya tidak demikian. Karena sesungguhnya keteraturan yang di tanamkan sifatnya hanya badaniah semata dan belum mencakup aspek kehidupan yang mendetail dalam lingkup yang luas. Dan lagi negara negara yang punya predikat maju pun saya kira tidak menjadikan upacara bendera menjadi kegiatan rutin tiap minggunya.
Sementara itu keteraturan dalam berpikir akan melahirkan produk keilmuan dan budaya yang dapat menjadi sebuah prinsip dalam kehidupan sehari-hari manusia yang akan menjadikan kualitas hidup manusia menjadi lebih baik lagi dari waktu ke waktu. Dalam pemahaman saya keteraturan tidaklah melulu harus di tanamkan dalam bentuk sebuah kotak yang kaku. Tetapi justru yang menjadi penting dalam memanamkan keteraturan adalah dengan memahami hakekat dan fungsi teratur itu sendiri karena sejatinya manusia hidup menjadi bagian dari keteraturan alam semesta raya ini. Namun akibat dari ketidakpaham hakekat dan fungsi tersebut dapat menciptakan kelainan dalam sistem kehidupan.
Dan dalam hubungan teratur dan kemerdekaan tentunya kita wajib bersyukur karena dengan status ini kita dapat dengan mandiri mengatur kehidupan kita tanpa perlu lagi diperintah oleh bangsa lain. Namun hal ini tentu saja dengan catatan yang sudah saya tulis sebelumnya bahwa kita sebagai manusia Indonesia sudah paham betul hakekat dan fungsi mereka sehingga dalam saling bahu - membahu bekerja sama dalam sebuah tempo yang selaras untuk menjadikan Indonesia yang beradab dan bergerak menuju kemajuan.
Kemajuan yang didambakan tentunya tak hanya melulu seputar teknologi semata namun juga dalam hal kebudayaan masyarakat yang positif yang saling mendasari gerak perkembangan kehidupan manusia. Sehingga timbullah suatu produk positif identitas kemajuan bangsa dan ini semua menjadi tugas kita bersama sebagai orang Indonesia untuk terus mengembangkan diri menjadi manusia-manusia yang berkualitas secara keilmuan dan budayanya sehingga mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa.

Tuesday, August 11, 2015

Angkringan Literasi


Lupet, Pegiat Podjok Batca

Dibandingkan membaca tulisan Samuel Mulia di kolom parodi saya lebih sering membaca tulisan Bhre Redana di kolom udara rasa, Kompas Minggu. Hari minggu yang lalu salah satu teman, Fauzan Anwar Sandiah, ketika leyeh-leyeh di bawah pohon mangga sambil menunggui lapak perpustakaan jalanan Rumah Baca Komunitas, menyodorkan tulisan Samuel terbaru yang judulnya Mari Menabung!
Saya terima dan baca sampai selesai. Seperti biasa tidak ada impresi khusus yang saya dapatkan
ketika membaca tulisan-tulisan Samuel, biasa-biasa saja. Bahkan kerap kali saya tidak mengerti apa isi tulisan Samuel kecuali curhatan pengalaman kesehariannya dalam beraktivitas.
Dalam tulisan Mari Menabung! Samuel bercerita tentang kecelakaan antara taksi yang ditumpanginya dengan sepeda motor. Dari kecelakaan itu terjadilah drama singkat yang berakhir si sopir taksi harus mengeluarkan biaya untuk mengganti kerusakan motor. Padahal dalam kejadian kecelakaan itu kesalahan diakibatkan oleh dua belah pihak. Hanya saja yang satu berani mengakui kesalahan dan menanggungnya, yang satu berani menekan untuk mendapatkan ganti rugi.
Di bagian lainnya masih dalam tulisan yang sama. Samuel berkisah tentang kesulitan yang dialaminya ketika akan menyebrang jalan padahal saat itu sudah dibantu oleh satpam, namun tetap saja beberapa kendaraan tidak mau berhenti untuk memberikan kesempatan untuk menyeberang. Menurut Samuel perilaku pengendara yang tidak memberikan kesempatan untuk menyeberang bukan karena lalu lintasnya tetapi tetapi hanya karena orang tak mau mengalah. Ia percaya mereka yang tak mau mengalah tahu bahwa penyeberang jalan membutuhkan waktu dan kesempatan untuk menyeberang, tetapi tampaknya pengendara enggan memberikan waktu dan kesempatan itu. Rasanya mengalah itu susah sekali dilakukan.
Mengalah itu menurut Samuel membutuhkan kekuatan, bukan kekuatan fisik dan kegagahan raga, tetapi kekuatan hati dan kebesaran jiwa. Dan itu bukan hanya soal etika, sopan santun tetapi lebih merupakan tabungan di masa depan, di masa yang kita tidak ketahui apa yang akan terjadi di dalam hidup yang kita lalui. Kekuatan hati dan kebesaran jiwa untuk sebuah perbuatan baik itu adalah sebuah cara yang kita lakukan dan tanpa kita sadari untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan di masa depan. Perbuatan baik itu dikembalikan kepada kita dalam bentuk berbagai rupa dan datangnya tepat ketika kita membutuhkannya.
Sampai di sini saya tak mendapatkan impresi apapun membaca tulisan Samuel berjudul Mari Menabung! Seperti biasa berisi ujaran-ujaran klise, normatif semacam gaya bijak Mario Teguh. Dan itu sama sekali tidak menarik. Sampai teman tadi mengajukan pertanyaan, "bagaimana menurutmu tulisan Samuel? Adakah kutipan-kutipan menarik yang kamu temukan?" Saya jawab, "tidak ada yang istimewa, hanya saja Samuel menawarkan gagasan baru bahwa menabung itu tak melulu uang."
Kemudian ia mengambil koran dari tangan saya lalu menunjukkan kutipan yang menurutnya menarik yang bisa menjadi renungan, "jadi kalau sekarang ini anda merasa hidup anda tenteram, sehat, anak cucu bahagia, bisnis lancar, itu tidak semata-mata karena anda untuk memelihara semuanya dengan baik, tetapi juga merupakan hasil dari tabungan kekuatan hati dan kebesaran jiwa untuk hal-hal kecil yang setiap hari anda hadapi." Apa menariknya kutipan itu? Biasa saja normatif. Tapi aku diam saja tidak memberikan komentar karena aku menduga sebentar lagi akan keluar analisis filosofis darinya. Ternyata benar, tulisan Samuel yang menurutku biasa saja dan terkesan klise dan normatif diuraikan begitu menarik olehnya. Uraiannya terkait tentang tulisan itu begitu panjang. Ia sampai pada uraian tentang hasrat, kekuatan uang, konsumsi, dan teori kapital.
Saya mengangguk-angguk saja mendengar uraiannya di bawah pohon mangga yang teduh di saat siang mulai beranjak panas. Dari urainnya saya sedikit mengerti, tapi ini hanya dugaan saya saja bahwa tulisan Samuel Mulia selama ini adalah olok-olok dan kritik humor tentang keambiguan dan ambivalensi modernitas.
Kekhasan kekuatan tulisan Samuel adalah penolakannya untuk hanyut dalam ideologi konsumerisme, hedonisme, dan fetisme kapitalistik. Dalam ideologi itu mantra utamanya dalam mencapai kesuksesan dan kemuliaan hidup adalah kompetisi, efektif, dan efisien. Lewat tulisan-tulisannya di kolom parodi, Samuel Mulia berhasil menunjukkan ambivalensi mantra-mantra modernitas untuk mencapai kesuksesan dan kemuliaan

Sunday, August 9, 2015

Negara Bangkrut

David Efendi

Dunia terus bersiklus menghadapi takdir dan beserta halang rintang yang dilakukan dan diperbuat manusia. Di satu sisi, orang dulu mengklaim bahawa peradaban muncul dari hilir sungai-sungai besar seperti sungai Nil, Gangga, Eufrat, dan sebagainya. Dari aliran itu falsafat hidup kokoh berdiri dan dipertahankan. Di sisi lain, bangsa-bangsa barat dengan percaya diri bahwa mereka jauh lebih beradab, dengan semangat kapitalisme, baik yang di jiwai atau tidak oleh etika protestan itu mengenalkan kepada dunia system pasar, eskploitasi, kolonilisme, dan imperalisme sampai globalisasi. Karena mereka menemukan tekhnologi lebih dulu, karena itu merasa mempunyai kekuasaan maha besar dibandingkan negara pedalam nan tertinggal jauh (backwardness countries).
Hari berbagai pergolakan dunia terjadi, bara api revolusi kembali mengangga setelah sekian ratus tahun diam di eropa, amerika, dan asia. Semua sedang menunggu kejutan besar. Bumi makin panas, merentah, dan sirna…lenyap, hilang tanpa jasadnya.

Dalam waktu bersamaan, kita lihat beberapa negara “super power ” sedang menuju kebangkrutan hebat. Amerika terjebak hutang nasional luar biasa jumlahnya sampai $14 trilyun (national debt clock-http://zfacts.com/p/461.html). Konon China adalah pemberi pinjaman uang terbesar ke Amerika). Sumber lainnya menyebutkan bahwa Hutang pemerintah Amerika sebesar $11,033,157,578,669.78. Jika semua penduduk Amerika disuruh arisan maka setiap kepala terbebani $36,000, termasuk laki-perempuan, dan anak-anak (http://www.cbsnews.com/8301-503544_162-4872310-503544.html). Hutang Amerika bertambah sebasat $1.72 million setiap menitnya selama waktu yang tidak ditentukan. Anehnya Amerika tetap bisa memberikan pinjaman kepada bangsa miskin lainnya agar bisa survive; anehnya tetap menjadi super power, anehnya, banyak negara yang menghamba kepada Amerika. Tidak bermasksud merendahkan Pak Beye, tetapi faktanya kebijakan pemeirntah Indonesia selalu didekte dan digurui oleh Amerika. Siapa yang meragukan ini?
Begitu juga Jepang yang dianggap bangsa besar juga bangsa penghutang luar biasa dan mengalami persoalan serius mengurus rumah tangga sendiri: aging, birokrasi yang tanpa reputasi, kemunduran perdagangan, dan sebagainya. Tahun 2005, menteri keuangan Jepang mengumumkan bahwa hutang pemerintahnya mencapai 795,8 trillion yen ($7,1 triilion) dan terus mengalami kenaikan; atau jika jumlah tersebut ditanggung setiap penduduknya maka setiap kepala mendapatkan beban sebesar 6.24 million yen atau sebesar $55,900. Hutang ini membebani 160% dari total GDP negara. Sebagai negara industry dan sempat mendapatkan ‘miracle’ pada tahun 1960-an pasca perang dunia 2 (Chalmars Johnson, 1982), tentu ini menghentakkan semua orang.

GDP-Gross domestic product, adalah sebagai indicator penting kesehatan suatu bangsa/negara. Jika hutang yang dimiliki lebih dari 100% dari GDP maka negara tersebut sedang dalam bencana menyambut kematiannya. Kira-kira begitu ekstreemnya. Mari kita lihat data hutang negara dan porsentasi dari GDP: Zimbabwe 304.30 %;  Jepang 192.10 %; Lebanon 160.10; Jamaica 131.70; Singapore 117.60;  Italia 115.20%; Yunani 108.10; Sudan 104.50%; Islandia 100.60%; Amerika 39.70%; Mesir 79.80%; dan Indonesia  29.80 % (http://www.economicshelp.org/blog/economics/list-of-national-debt-by-country/). Nampak, Indonesia masih mending, tetapi potensi untuk terjebak lebih parah sangat besar karena tingkat keparahan hutang Indonesia juga dipengaruhi oleh negara bosnya seperti Amerika, Jepang, dan sebagainya. Singapura yang kelihatannya mentereng juga besar hutangnya!
Secara umum, negara di Asia tenggara hampir semua mengalami persoalan kemiskinan, rawan pangan, dan jebakan hutang. Walau Jepang mengalami kemiskinan relatife serius, toh jepang bisa meminjamkan uangnya ke Indonesia dan negara lebih miskin (based on GDP), sekali lagi, untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Jadi kesimpulannya negara ‘besar’ sangat tergantung negara miskin. Dan apabila negara miskin ini mengalami revolusi rejim, secara massa, menjadikan pemerintah berganti haluan, melakukan nasionalisasi, membangun dictator independen, maka kolaps juga negara seperti Amerika dan sekutunya. Bagi saya, ini adalah hokum alam. Sesuatu yang kelihatan lemah tidak bisa diremehkan. Sebagai bukti, kita melihat Tunisia yang berhasil mengusir diktatornya, Mesir sedang dalam proses meruntuhkan Firun Hosni Mubarak, dan beberapa negara lainnya sedang menunggu hari dimana revolusi ditunjukkan kepada dunia.

Teori institutionalism desain yang saya pelajari tidak bisa menjawab, teori planned rasional atau market oriented dan sebagainya saya kira mungkin karena saya kurang paham atau memang tidak cukup bertenaga menjelaskan keragaman dan kemassifan persoalan yang muncul seluruh negara negara di bumi. Teori kehebatan kapitalisme dengan laissez faire juga amburadul di Amerika ketika bertubi-tubi dihantam badai krisis, dan sementara komunisme juga tercerai berai dan justru melahirkan perbudakan luar biasa di Jernam, Rusia, dan sebagainya (paradok modernitas; sosialisme; komunisme). Negara semakin bercampur tangan atau semakin lepas dari system kehidupan social ekonomi politik keduanya membawa bencana. Bukti kemunculan kapitalisme semu di Asia Tenggara, kegagalan kapitalisme di berbagai negara developed, juga tergunncang nya ekonomi Jepang, Taiwan, dan Korea yang bagi saya menjadi kritik bagi Kunio Yoshihara (1992) yang hanya menempatkan asia tenggara sebagai lading capitalist rented dan tergantung kepada negara.

Apakah ini arus balik zaman? Atau kah ini sedang terjadi revolusi peradaban bumi akibat penuaan yang menjadikan iklim panas dan pikiran terbakar? Atau keadilan sedang menunjukkan jati dirinya sebagai hukum alam setelah hokum manusia yang timpang, terseok, dan roboh di tangan para penguasa? Tidak ada teori yang mutlak bisa menjelaskan fenemena ini. Apakah ini menjadai justifikasi bahwa 2012 adalah akhir kehidupan di planet bumi? Saya hanya bisa mengatakan bahwa mungkin dengan pertanda berbagai kekacauan di bumi manusia ini mengamini ramalan qiamat tahun depan, 2012. Wallahu ‘alam.

Pojok Literasi

Angkringan Literasi

Hanapi, Pegiat RBK

Saya selalu berfikir kenapa bangsa ini lambat bangkitnya padahal pergantian kepemimpinan di daerah telah berjalan cukup lama sedangkan kerusakan yang lama belum pulih, sekarang kerusakan semakin bertambah, Apakah kita bisa memperbaiki bangsa ini dalam waktu cepat??

 Beribu keyakinan ada di dalam hati dan pikiran ini tapi kenyataannya kerusakanlah yang terjadi semakin cepat, kerusakan ini terlihat dalam bidang politik di indonesia, mulai dari prilaku para politisi yang sangat pragmatis, politik telah dijadikan tempat untuk memperluas kekayaan, menjual aset negara ke tangan para pengusaha, bidang ekonomi, ekonomi dalam negeri telah dikuasai oleh etnis tertentu sehingga pengusaha pribumi kalah dengan etnis ini, media massa telah dikuasai oleh para kapital yang memberikan informasi untuk pencitraan politik, saya teringat kata Cak David bahwa kita hanya bisa memperlambat kerusakan yang terjadi sekarang ini.

Saya ingat bahwa Iran bisa bangkit dari jajahan asing dalam bidang kehidupan negaranya dengan adanya para aktivis yang sejati, yang tak takut mati demi memperjuangkan kehidupan yang islami untuk masyarakatnya, kalau melihat di indonesia aktivis yang cerdas, idealis banyak tapi mereka tidak pada struktur kekuasaan, kalau setelah struktur mereka terjebak dengan permainan politik seperti banyak yang dikatakan teman teman saya kuliah bahwa para aktivis yang dulu idealis sekarang telah hilang idealismenya, setelah saya melihat kekuatan literasi maka saya sadar bahwa semakin cerdas masyarakat suatu bangsa akan semakin tinggi harapan untuk menjadikan negara ini sebagai negara maju dan bangkit, kenapa harus literasi?

 Setelah saya berfikir, bahwa kegiatan literasi ini memberikan kesadaran masyarakat sehingga memunculkan sikap yang penuh nilai nilai kebaikan, humanisme, literasi ini akan memberikan informasi yang jelas dan teori yang berguna sehingga masyarakat bisa membaca situasi kehidupan negara, dengan Gerakan literasi maka akan terbangunnya budaya masyarakat yang beradab maka cita cita menuju masyarakat madaniyah lebih cepat terwujud, gerakan literasi ini kalau diwujudkan disetiap rumah dengan perpustakaan keluarga masing masing maka kita akan lebih cepat melahirkan tokoh tokoh cendikiawan muslim di indonesia, di tengah masyarakat yang mengalami pergeseran budaya maka akan terbentuk budaya budaya yang mencerdaskan dan budaya yang kreatif tanpa menyalahi Tauhid, gerakan literasi akan membangun sistem sosial yang islam, literasi akan membuat masyarakat tidak mudah ditipu oleh ulama ulama gadungan dan kapital yang menjual ilmu demi kesenangan dunia.

Gerakan literasi itu seperti dakwah kultural yang sangat lembut, dia hadir untuk mencerahkan, kehadiran gerakan literasi sangat jarang dibangun penguasa di abad ini tapi lihatlah peradaban islam terdahulu, budaya literasinya sangat tinggi sehingga maka peradaban islam berkemajuan. Setiap kaum muda harus menjadi pegiat literasi karena pemuda menanggung tanggungjawab secara konstitusional dan moral untuk membangun negara ini dijalan yang penuh khidmat agar cita cita semua masyarakat yang ada dalam mimpi menjadi nyata. Pentingnya literasi moral?



 Literasi moral bukan model dakwah tapi literasi moral ini lebih pada sikap dan prilaku kaum yang cinta terhadap buku, bisa disebut kaum yang tercerahkan begitulah masyarakat menyebutnya, literasi moral memberikan penekanan kepada pegiat literasi pentingnya sauri teladan, "penerus para Nabi itu bukan hanya ulama tapi juga orang berilmu". Karenanya, gerakan literasi harus menjadi budaya bahkan pada titik radikalnya harus fatwa, kalau memang penyadaran kolektif tidak bisa dilakukan dengan jalan kultural maka jalan politik dengan kebijakan penguasa yang mendukung, seperti kebijakan mewujudkan kota literasi.

Gerakan literasi dan literasi moral tak bisa dipisahkan dengan tujuan untuk mewujudkan negara yang berkemajuan. Takkan indah sinar bintang dan bulan tanpa budaya literasi, jangan bermimpi membangun politik humanis sebelum masyarakat gila literasi.

Jambi, 4 Agustus 2015.



"Tatu" Nelson Mandela


Literapedia Edisi No.2.Agustus 2015

Edisi ini tim bermaksud menyajikan sosok pemimpin dunia kelas wahid. Ia dikenal sebagai pemimpin anti-apartheid yaitu Nelson Mandela, biasa dipanggil "Tatu" (kakek). Ketika Presiden Afrika Selatan sakit, di luar tembok rumah sakit, warga berkumpul untuk memanjatkan doa untuknya. 

Mengapa pria yang dicap sebagai "teroris" dan "revolusioner" oleh rezim apartheid dan menghabiskan 27 tahun hidupnya di penjara menjadi simbol perdamaian dan persamaan ras? Ini dia 10 fakta dalam perjalanan hidup Nelson Mandela yang membuatnya dicintai rakyatnya dan disegani lawan-lawan politiknya:

1. Lahir sebagai anak seorang kepala suku Afrika, Rolilahla "Nelson" Mandela tumbuh menjadi pengacara andal dan salah satu pendiri dari Kongres Nasional Afrika (ANC) yang bangkit melawan pemerintah Afrikaaner baru tahun 1948 dan kebijakan apartheid, atau segregasi rasial yang melembagakan kemiskinan dan ketidaksetaraan bagi warga  kulit hitam di Afrika Selatan.

2. Sebagai seorang aktivis politik dan seorang pria kulit hitam di bawah pemerintahan ekstrem kulit putih, Mandela bergerak di bawah tanah untuk mencegah ditangkap karena kegiatan-kegiatan anti-pemerintahnya. Ia dikenal sebagai "Black Pimpernel"--merujuk pada tokoh fiksi dalam revolusioner Perancis Scarlet Pimpernel--karena karena kemampuannya untuk menghindari polisi menggunakan penyamaran, yang disukainya mengenakan seragam sopir. 

3. Ia membentuk sayap militer ANC, Umkhonto we Sizwe atau MK, pada tahun 1961 dan memimpin kampanye pengeboman terhadap target pemerintah. Ia dituduh berkhianat terhadap pemerintah Afrika Selatan, ditangkap pada tahun 1962 dan didakwa dengan sabotase dan konspirasi untuk menggulingkan pemerintah dengan kekerasan. Dia dibawa ke pengadilan bersama dengan anggota ANC dan pemimpin anti-apartheid lainnya.

4. Pada tanggal 12 Juni 1964, ia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan dipenjara di Pulau Robben, 12 kilometer dari Cape Town, di lepas pantai Afrika Selatan di mana ia menghabiskan 18 tahun pertama penahanannya. Nomor penjaranya adalah 46664, yang kemudian menjadi simbol dalam kampanye untuk kebebasannya. Saat di penjara, Mandela hanya diizinkan menerima satu kunjungan setahun dengan durasi 30 menit. Dia juga diizinkan untuk menulis dan menerima hanya beberapa huruf saja. Pemerintah tidak merilis foto-foto Mandela selama bertahun-tahun di penjara sehingga hanya sedikit orang yang tahu seperti apa dirinya hingga di hari pembebasannya.

5. Selama ditahan, Mandela terserang tuberkolusis, yang menyebabkan kerusakan paru-paru. Akibatnya, dia rentan terhadap infeksi paru, seperti yang ia derita hari ini. Dia dipindahkan ke penjara lain, Pollsmoor di daratan, selama sembilan tahun terakhir dari penahanannya.
6. Sebuah kampanye internasional melobi untuk pembebasannya. Sebuah lagu Free Nelson Mandela, ditulis oleh Jerry Dammers dan dilantunkan band Inggris, AKA, menjadi "lagu kebangsaan" untuk pembebasannya.

7. Di tengah meningkatnya perselisihan sipil, pemerintah Afrika Selatan membebaskannya pada tanggal 11 Februari 1990. Mandela berjalan dari penjara dengan istrinya saat itu, Winnie, melambaikan tangan dan tersenyum. Dia kemudian berbicara kepada kerumunan sekitar 50 ribu orang, yang telah menunggu berjam-jam untuk melihatnya. Pada kesempatan itu,  Mandela mengucapkan terima kasih pada "jutaan rekan-rekan saya dan orang-orang di setiap sudut dunia yang telah berkampanye tanpa lelah untuk kebebasan saya".

8. Mandela menjadi Presiden ANC dan memimpin negosiasi dengan Presiden FW de Klerk untuk menghapuskan politik apartheid dan membangun pemilu multiras tahun 1994. Selanjutnya, ANC meraih kemenangan dalam pemilu.

9. Sebagai presiden kulit hitam pertama negaranya, Mandela membentuk Pemerintahan Persatuan Nasional untuk meredakan ketegangan etnis dan membentuk konstitusi baru yang menghapuskan rasisme. Dia melembagakan penyelidikan pelanggaran hak asasi manusia dan memperkenalkan kebijakan untuk mendorong kepemilikan tanah untuk kulit hitam Afrika Selatan, memerangi kemiskinan, dan menyediakan perawatan kesehatan.

10. Mandela dan de Klerk bersama-sama dianugerahi Nobel Perdamaian 1993 "karena pekerjaan mereka untuk penghentian rezim apartheid serta meletakkan dasar bagi demokrasi baru Afrika Selatan". Mandela mundur dari jabatannya pada tahun 1999. Ia mendirikan Yayasan Nelson Mandela untuk memerangi kemiskinan dan HIV/AIDS. Nelson Mandela telah menerima lebih dari 250 penghargaan internasional, termasuk Presidential Medal of Freedom dari Amerika Serikat dan Soviet Order of Lenin.

Opini: Mencari Kanan Hijau



David Efendi, Pegiat Literasi di RBK


Warna hijau telah menjadi identitas dan simbol gerakan pro-lingkungan di dunia. Pada tahun 2010,  Ibrahim Abdul-Matin, seorang penulis asal Amerika mempublikasikan buku yang sangat penting dengan judul Green Deen: What Islam teach about protecting the planet. Karya ini lahir di tengah stigma buruk dunia Barat terhadap ummat islam pasca tragedi 9/11 yang menyudutkan dan menteror komunitas muslim khususnya di Amerika. Green Deen (agama hijau) yang dipromosikan penulis buku ini ingin menunjukkan fakta sisi lain Islam di Amerika yang telah berhasil mempraktikkan gaya hidup pro-lingkungan dan pengetahuan yang lengkap bagaimana menjaga keseimbangan alam dengan mendayagunakan pengetahuan yang ada. Bagaimana dengan perhatian ummat islam, atau umat beragama di Indonesia pada umumnya dan wabilkhusus gerakan Islam Modern Muhammadiyah terhadap persoalan lingkungan kontemporer? Artikel ini berusaha mengundang pembaca untuk memulai mendiskusikan bagaimana urusan ekologi seharusnya menjadi bagian pekerjaan rumah organisasi keagamaan. Kurangnya agamawan-aktifis ekologi menjadi persoalan yang butuh perhatian serius dari kalangan organisasi islam.

Pasca milineum baru, dunia dihentakkan dengan isu perubahan iklim dan pemanasan global. Hal ini juga membangunkan kesadaran ekologis di berbagai kawasan baik dari unsur NGO (non-governmental organization) maupun pemerintahan. Kelompok agama Islam dapat dibilang kurang santer merespon problem ekologis yang melanda. Beberapa agamawan katolik dan budha merespon dengan beragam upaya penyelamatan seperti Tissa Balasuriya di Sri Langka,Mahatma Gandhi,  dan teolog ekologi asal Amerika Robert McAfee Brown dan Albert J Fritsch. Peran pembebasan dan keberpihakan terhadap alam semesta yang mereka lakukan ditambatkan pada kesadaran ideologis agamanya. Hal ini menjadikan gerakan ini jauh lebih kuat secara filosofis dibandingkan dengan kelompok “kiri hijau”—kelompok anti-kapitalis dan pro-komunitas Basis yang memperjuangkan bentuk pengelolaan sumber daya alam lewat moda-moda produksi sosialistis dan ekologis (Aditjondro, 2003).
Jihad konstitusi yang didengungkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah merupakan babak baru bagaimana organisasi islam merespon bencana ekologis yang meluas yang diakibatkan oleh salah urus sumber daya alam. Jihad yang dimaknai usaha sungguh-sungguh dengan mendayagunakan kemampuan yang ada untuk menegakkan apa yang diyakini. Dua Undang-Undang yang digugat oleh Muhammadiyah yaitu UU No.22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan UU No.6 Tahun 2004 tentang  Sumber Daya Air merupakan manifestasi jihad ekologis yang sangat penting di abad kedua Muhammadiyah. Upaya ini beberapa tahun silam, tepatnya tahun 2005, di Muhammadiyah sudah melaunching buku fiqh air yang kemudian diterbitkan lagi di tahun 2015 sebagai bagian dari upaya pengarusutamaan masalah ekologis di kalangan ummat islam.

Selama ini persoalan ‘external’ politik elektoral lebih dominan menjadi pekerjaan diskursus elit Muhammadiyah terutama pasca reformasi. Sementara secara internal, pada umumnya organisasi islam sendiri telah disibukkan dengan pengelolaan “amal usaha” pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. Jihad konstitusi adalah pembaharuan kesadaran baru akan peran-peran kebangsaan dan keberpihakan organisasi Islam modern terhadap masalah-masalah kontemporer lingkungan hidup dengan menjadi ‘pengontrol’/penggugat beragam regulasi yang diciptakan oleh negara. Negara yang dalam banyak hal seringkali menjadi ‘korban’ dari kepentingan kapitalis global dan mafia lingkungan. Ini adalah bagian dari penyegaran gerakan islam yang sangat dibutuhkan oleh dunia sebagia globalisasi ‘gerakan islam berkemajuan’ dengan visi pencerahan.
Peran ekologis organisasi islam  ini dapat dianalisa dari nalar etika utama yang digunakan oleh para teolog pembebasan dan teolog ekologi yaitu sebuah gerakan yang dipusatkan pada tiga argumentasi kunci yang meliputi (1) keadilan distribusi; (2)keadilan-lingkungan; dan (3) pertanggungjawaban kolektif (Aditjondro, 2003).
Pertama, keadilan distributif melarang keras tindakan yang melanggengkan praktik mendapatkan keuntungan di atas penderitaan orang lain (Nelkin, 1984) sehingga juga tidak dibenarkan negara mengambil keuntungan eksploitatif dari kekayaan alam dengan menyakiti masyarakat setempat secara berkepanjangan. Sebagaiman Erich Fromm (1968) dalam buku Revolution of Hope: Toward Humanized technology, logika pembangunan yang tidak manusiawi merupakan kejahatan besar yang harus dilawan. Di dalam nilai-nilai islam di Indonesia juga mendapatkan pembenaran, bahwa mudharat dari pembangunan itu harus lebih utama dihindarkan. Kesadaran etik yang dibalut dengan keyakinan agama merupakan kekuatan penting bagi kubu ‘kanan-hijau’—kelompok agamawan yang mempunyai concern serius membela ‘keseimbangan’ alam karena kayakinan alam semesta adalah titipan tuhan yang harus dijaga.

Kedua, keadilan lingkungan yang merupakan dua sisi mata uang yang sama dari keadilan sosial (distributif) adalah sebuah keniscayaan. Islam madzab Indonesia adalah madzab ekologis yang tercermin dalam teologi islam rahmatan lil alamien—islam yang tidak mengancam bagi keberadaan benda dan makhluk ciptaan tuhan. Dengan demikian, aliran antroposentrisme yang cenderung eksploitatif tidak mendapatkan pembenaran teologis dalam islam sebab fungsi manusia sebagai ‘khalifah’ bukanlah tanpa tanggungjawab etik, profetik, dan kolektif. Semua perbuatan yang merusak akan diminta pertanggungjawaban kelak di hadapan mahkamah tuhan. Karenanya, manusia harus berusaha menerapkan laku adil sejak dalam pikiran karena adil dalam ajaran islam paling dekat dengan taqwa.

Terakhir, pertanggungjawaban kolektif. Ajaran etis universal adalah bahwa setiap kejahatan, penindasan dan praktik ketidakadilan harus dilawan (Frantz Fanon,1986). Nilai-nilai utama organisasi islam memperlihatkan kesesuaian dengan ajaran etika tersebut yaitu amr ma’ruf nahi munkar—menganjurkan perbuatan baik dan mencegak kejahatan dengan titik tekan pada upaya memerangi praktik kejahatan. Dalam jihad melawan korupsi Muhammadiyah ataupun NU sudah tidak diragukan lagi seruan moral-politiknya, sedangkan untuk urusan pencegahan terhadap bencana krisis ekologis: kekeringan, kerusakan hutan akibat illegal logging, kejahatan tambang, pencemaran, penyebaran penyakit, dan sebagainya organisasi berbasis keagamaan perlu memperkuat posisinya dengan lebih banyak menggalang sekutu dan pengorganisasian basis. Infrastruktur organisasi Muhamamdiyah sudah memungkinkan untuk pembangunan berperspektif ekologis mulai dari ranting, cabang, daerah, propinsi sampai pusat secara proporsional. Posisi Muhammadiyah yang sudah dikenal track record di berbagai forum internasional menjadi kekuatan besar untuk turut menyerukan kesadaran ekologi di hadapan masyarakat dunia.

Level organisasi keagamaan pusat dan wilayah akan berperan aktif terhadap advokasi kebijakan/regulasi yang membahayakan keseimbangan ekologis dan manusia (baca: jihad konstitusi), sementara level daerah sampai ranting akan menjadi ujung tombak dari praktik kehidupan yang ramah lingkungan sebagaimana komunitas Islam yang dituliskan oleh Abdul-Matin dalam buku Green Deen di Amerika. Pola hidup bersih, penghematan air, penciptaan tekhnologi tepat guna dan ramah lingkungan bisa dijadikan praktik yang seiring dan sejalan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Praktik demikian, secara tidak langsung adalah bagian dari praktik tanggung jawab kolektif keummatan yang kemanfaatannya tidak dapat disepelekan. Agama islam yang dianut 1 miliar manusia harusnya menjadi pelopor penyelamatan bumi dan makhluk yang ada di dalamnya. Agama hijau inilah yang sedang dicari kiprahnya oleh ummat manusia.


Sebagai penutup, terwujudnya bentuk tanggungjawab kolektif-keummatan ini telah disinggung oleh Jaspers (1986) bahwa: “di kalangan manusia muncul solidaritas, karena mereka manusia, yang dengan solidaritas itu masing-masing dapat berbagi tanggungjawab atas setiap ketidakadilan dan kesalahan yang dilakukan di dunia.” Karena bumi kita sama, kesadaran bahwa persoalan satu berkaitan dengan persoalan lainnya menjadikan kita merasa penting untuk merawat jagad raya dan menjadikan ummat beragama toleran bagi eksistensi ciptaanNya. Hal ini merupakan kunci untuk menghindarkan kehidupan ummat dari apa yang disebut Garrett Hardin (1968) sebagai “tragedy of the common.”

RBK dan logika berpikir Yanto

Rubrik Angkringan Literasi edisi 1/Agustus/2015

Agam Primadi

Apa yg menggerakkan kalian ? Dapat apa kalian dari komunitas itu ? Tanya Yanto. 

Mendengar pertanyaan itu, Pozan hening lalu berlari menuju parkiran motor UMY dengan cepat tanpa memperdulikan jawaban apa yg akan disampaikan kepada Yanto. Sesampainya di parkiran, dia langsung menghidupkan motornya meninggalkan kerumunan orang yg sedang asyik berdiskusi ngalor ngidul.

Diperjalanan pulang menuju asrama, Pozan dihantui pertanyaan Yanto, focusnya sedikit terganggu dan hampir menabrak mobil yg sedang di parkir disisi jalan. Pertanyaan itu tidak hanya menganggu focus, tapi juga hampir merenggut nyawanya. .

Ah siaaal, gerutu Pozan dalam hati. Kali ini dia sedikit berhati hati dalam mengendarai motornya. Alon alon waton klakon, pepatah jawa yg tepat menggambarkan apa yg sedang ada di pikirannya saat itu. 

Sesampainya di asrama, Pozan langsung menjatuhkan badanya di atas kasur, lalu menyalakan TV dan kipas angin. Dia pun menjatuhkan pilihannya pada salah satu chanel yg menayangkan Film bergenre cinta dengan kolaborasi pendidikan. Anak muda sekarang menyebutnya FTV. Romantisnya skanerio Ftv siang itu ternyata tidak serta merta menghilangkan ingatannya pada pertanyaan Yanto tadi, pertanyaan itu seakan akan menghantui pikirannya. .

Seketika batinnya berucap menjawab pertanyaan Yanto, memang tidak ada yg kami dapatkan dari komunitas itu, kami juga tidak mengharapkan jabatan tinggi, kami sadar komunitas itu bukan alat untuk mendapatkan kekuasaan tinggi. Tapi ada satu panggilan jiwa yang menggerakkan kaki kami utk berjalan digaris revolusi. Buta huruf, sedikitnya bahan bacaan, dan kaum marjinal yg tidak mendapatkan akses buku adalah tanggung jawab kita semua waras. Generasi generasi terkontaminasi modernisasi, degradasi pola pemikiran semakin menjadi jadi. Itulah kenapa kami hadir ditengah tengah masyarakat. Ini semua kami lakukan karena budaya literasi adalah budaya menolak lupa. 

Karena dengan membaca maka kita akan tahu segala bentuk penindasan, secara itu pula memiliki insiatif untuk melawannya. Dengan membaca kita akan tahu kehidupan yg hidup dengan sebenar benarnya keadilan. 

Menjadi orang tua asuh buku adalah sesuatu yang menyenangkan Yanto. Kau harus tau itu, semoga kau tidak buta.

Bagi saya pribadi, perjuangan gerakan literasi adalah perjuangan menolak lupa. Untuk itu kita harus mengingat dan memperjuangkannya guna menjaga kewarasan

Hijau yang Dirindukan

Belakangan ini suhu udara di wilayah yogyakarta khususnya pinggiran sleman berubah terasa dingin dan kering. Hal ini tentunya wajar mengingat sekarang wilayah Indonesia sedang dilanda musim kemarau. Namun kondisi ini tidak seperti yang saya rasakan pada musim-musim kemarau sebelumnya. Udara menjadi semakin dingin dan kering pada tahun ini serta periode kemarau yang lebih panjang dari sebelumnya walapun menurut pemerintah dalam hal ini BMKG kondisi ini terjadi karena pengaruh dari El - Nino sehingga mengakibatnya terjadinya anomali cuaca. Dampak lain yang terjadi karena fenomena ini adalah sulitnya mendapatkan air untuk mencukupi kebutuhan hari - hari yang terjadi karena sumber air seperti mata air, sungai dan sumur yang mengurangi jumlah pengeluaran airnya. 

Sebelum tinggal di kabupaten Sleman, wilayah di pinggiran D.I. Yogyakarta. Saya lama menetap di pedalaman Kalimantan Timur, tepatnya disebuah kota kecil bernama Bontang. Saya sebut pedalaman karena butuh waktu 8 jam perjalanan darat. Dahulu bahwa orang tua saya butuh waktu 2 hari menyusuri sungai untuk mencapainya. Saya lahir dan besar di kota tersebut sebelum akhirnya pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi. Orang tua saya terkadang tentang bagaimana kondisi alam daerah ini di tahun 80'an yang benar benar dikelilingi oleh hutan perawan yang lebat dan tinggi. Jenis Pohon - pohon besar seperti ulin, bengkirai, meranti masih mudah ditemui di sekitaran daerah kami tinggal.
Banyak pula binatang seperti babi, monyet, orangutan, ular dan jenis binatang liar lain yang mudah ditemui berkeliaran atau sekedar melintas di sekitaran pemukiman masyarakat. Hal ini tentu saja menggambarkan ekosistem yang masih sangat baik di kalimantan ketika itu. Hujan yang terjadi sepanjang tahun yang jika pada puncak musim penghujan menjadi begitu deras namun tidak sampai mengakibatkan kebanjiran. air tanah yang melimpah sehingga sumur digali tidak terlalu dalam, sungai - sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan warna coklat lumpur khas sungai - sungai di kalimantan. Kondisi ini tentulah telah berubah dewasa ini. Tidak hanya di Bontang saja namun daerah lain di pulau Kalimantan tentulah telah mengalami pembangunan yang pesat.
Pemukiman, area perdagangan, perkantoran, industri, dan sarana publik lainnya yang tentu saja memerlukan pemanfaatan lahan yang tidak sedikit. Hal ini tentu saja mengakibatkan banyak terjadi perubahan fungsi lahan dan sekaligus merubah ekologi lingkungan yang ada disekitarnya. Kondisi alami kalimantan yang berbukit bukit dengan tumbuh banyak pohon dengan karakter kayu yang keras dan akar yang mengujam jauh kedalam tanah berfungsi tidak hanya sebagai produsen oksigen semata namun juga dapat menyerap air hujan kedalam tanah sehingga mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor serta menjaga kondisi tanah agar tetap hidup dan produktif karena banyaknya unsur hara yang disuplai oleh pohon - pohon sehingga adalah konsekuensi yang logis bila kemudian terjadi banjir, sumber air tanah yang berkurang, kadar unsur hata tanah yang berkurang sebagai akibat hilangnya pohon berserta fungsinya tersebut. Dan hal itulah yang kerap terjadi di beberapa wilayah di kalimantan sebagai akibat dari perubahan fungsi lahan. Belum lagi kondisi lingkungan yang rusak akibat dari aktivitas pertambangan batu bara yang banyak dilakukan tanpa adanya usaha mengembalikan kembali fungsi lahan seperti sedia kala. 

Masalah perubahan fungsi hutan ini juga tentunya berperan signifikan terhadap anomali cuaca yang terjadi di indonesia saat ini. Belum lagi akibat yang ditimbulkan oleh pembakaran lahan hutan yang terjadi di pulau sumatra mengakibatkan polusi udara yang begitu parah sehingga berbahaya bagi kesehatan masyarakat serta ekosistem pada wilayah tersebut. Lain lagi dengan yang terjadi di pulau jawa dengan adanya perubahan fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk yang masif membuat produksi bahan makanan khususnya beras menjadi menyusut tiap tahunnya.
Dampak negatif lingkungan yang kita rasakan semakin lama semakin banyak ini tentulah tidak terjadi tanpa ada pelaku dan sebab yang jelas. Manusia sebagai makhluk yang di bekali akal dan perasaan sudah saatnya untuk mulai berintrospeksi diri terhadap tindakan yang dilakukan terhadap alam hidup. Sudahkan manusia bersahabat baik dengan alam dengan menjaga dan merawatnya? yang jawabanya dapatlah di lihat dari fenomena alam yang terjadi saat ini.
Sudah tentu ukuran baik buruk seorang manusia tidak hanya diukur terhadap hubungan sesama manusia saja tetapi juga secara simultan bagaimana ia dapat bersahabat baik dengan tanah air tempat dimana manusia itu hidup dan berkembang. Karena sejatinya apa yang ada di alam ini tidak hanya di berikan kepada individu - individu semata namun menjadi hak manusia dan makhluk hidup lain untuk turut serta merasakan manfaatnya pada saat ini dan masa yang akan datang. Sehingga menjadi sebuah kesalahan bagi umat manusia itu sendiri bilamana pemanfaatan lingkungan hidup tidak dikelola secara arif dan bijaksana karea sesungguhnya hal tersebut justru menjadikan umat manusia bakal menuai kerugian dimasa mendatang yang sudah tentu kepastiannya jika tindakan manusia yang terus merusak alam tanpa ada usaha untuk menjaga dan memperbaikinya.
Selamat siang kawan. Semoga tetap semangat dalam beraktivitas. Sedikit refleksi dari saya sebelum menunaikan sholat Jumat. Inilah Sedikit refleksi dari tulisan cak david beberapa saat lalu tentang Green Deen

Pernahkah anda mendengar tentang Rumah Baca Komunitas (RBK)?


Oleh Neng, KKN 06
Seperti apakah kegiatan yang dilakukan para penggiat Rumah Baca Komunitas (RBK)?
Penulis menemukan sesuatu yang unik pada salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Baca Komunitas (RBK).

Pagi itu dimana kebanyakan orang masih terlelap dalam tidurnya setelah menikmati malam yang panjang bagi sebagian orang pada umumnya, sekumpulan mahasiswa memulai harinya pada satu kegiatan yang mulia. Para penggiat menamakannya RBK on the Street. Kegiatan yang mengusung tema perpustakaan jalanan ini, memuat harapan para penggiat Rumah Baca Komunitas bahwa membaca tidak hanya duduk dalam ruangan kemudian membuka lembar demi lembar buku yang sedang dibaca. Tetapi membuka peluang untuk seluruh lapisan masyarakat dari mulai anak-anak, remaja, dewasa, bahkan orang tua yang ada disekitar area RBK on the Street ini untuk membaca bahkan meminjam buku tersebut. Pada awalnya sekumpulan mahasiswa ini merasa pesimis dengan kegiatan tersebut.
Bermodalkan pengetahuan seadanya mengenai RBK on the Street ini, berangkatlah sekumpulan mahasiswa ini dengan beberapa dus buku menuju lokasi yaitu Alun-alun Kidul. Ketika semua buku yang dibawa kelokasi (Alun-alun Kidul) telah tersusun rapi beralaskan tikar, muncul dalam benak “adakah orang bersedia mampir bahkan hanya untuk melihat-lihat saja?”.
Kemudian seorang ibu bersama anaknya mampir dan melihat-lihat, sekumpulan mahasiswa pun terkejut “oh ternyata ada yang mampir” dalam benaknya. Ternyata pengunjung tersebut sering mampir ke RBK on the Street ini. “Loh, ini orang-orangnya kok beda ya? Kenapa baru buka lagi?
Saya sering kesini tapi malah tidak buka, padahal saya mau mengembalikan buku yang saya pinjam” ujar Ibu itu sembari memilih-milih buku untuk dibaca bahkan mungkin untuk dipinjam juga. Salah satu mahasiswa kemudian menjawab pertanyaan ibu tersebut, “oh iya bu, kemarin habis libur Idul Fitri jadi pada mudik orang-orangnya makanya ini kami baru buka lagi”. Setelah selesai memilah buku, Ibu itu berkata “saya mau pinjam buku ini kalau semisal saya meminjam bukunya tidak hanya satu tidak apa-apa?”. “Oh iya bu, tentu saja disini ibu bisa meminjam berapa banyakpun buku tanpa perlu meninggalkan kartu identitas apapun” ujar salahsatu mahasiswa tersebut.
Tiba-tiba datang pula seorang bapak dengan anaknya, terlihat dari gerak-geriknya anak tersebut ingin membaca buku hanya saja bapak tersebut menganggap bahwa kami sedang menjual buku. Salah seorang dari mahasiswa menghampiri dan bertanya pada anak kecil tersebut, “adek sedang mencari buku seperti apa? buku cerita atau kisah 25 para Nabi?.” Bukannya sang anak yang menjawab tetapi sang bapak yang menjawab “dek ini buku nya dijual, mba/ mas nya sedang jualan”.
Tentu saja apabila sekilas lewat mampir tanpa membaca banner yang terpasang di tembok belakang, orang-orang sangatlah wajar mengira bahwa sekelompok mahasiswa tersebut sedang menjual buku-buku nya. Diperlukan penjelasan secara singkat untuk bapaknya bahwa inilah perpustakaan jalanan, membaca ditempat maupun untuk dibawa pulang (meminjam) sangatlah diperbolehkan karena itu memang tujuannya sebagai salahsatu upaya meningkatkan minat baca. Beragam macam pengunjung yang mampir membaca dan meminjam buku pada saat RBK on the Street waktu itu. Dari mulai yang berasumsi bahwa buku-buku tersebut dijual, meminjam buku harus meninggalkan identitas, sampai pada waktu ada seorang anak kelas 4/5 SD yang mampir ke RBK OTS ini. Secara tiba-tiba anak tersebut berkata “ini semacam perpustakaan ya?” sembari membaca banner yang terpasang didinding belakang. Anak tersebut mengakui kalau dia sering dan suka membaca buku.
Hal yang membuat kaget sekelompok mahasiswa yang cenderung membaca apabila mendekati hari-hari ujian. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari RBK OTS pada waktu itu, kegiatan yang mulia mengajak semua untuk membaca dan tidak terpaku pada tempat karena dimanapun kita selagi ada buku yang kita pegang disitulah kita bisa membaca.
)*catatan perpustakaan jalanan minggu lalu, 2 agustus 2015

Thursday, August 6, 2015

Kegelisahan Anak Muda

Hanapi, Pegiat RBK
 
Saya selalu berfikir kenapa bangsa ini lambat bangkitnya padahal pergantian kepemimpinan di daerah telah berjalan cukup lama sedangkan kerusakan yang lama belum pulih, sekarang kerusakan semakin bertambah, Apakah kita bisa memperbaiki bangsa ini dalam waktu cepat?? Beribu keyakinan ada di dalam hati dan pikiran ini tapi kenyataannya kerusakanlah yang terjadi semakin cepat, kerusakan ini terlihat dalam bidang politik di indonesia, mulai dari prilaku para politisi yang sangat pragmatis, politik telah dijadikan tempat untuk memperluas kekayaan, menjual aset negara ke tangan para pengusaha, bidang ekonomi, ekonomi dalam negeri telah dikuasai oleh etnis tertentu sehingga pengusaha pribumi kalah dengan etnis ini, media massa telah dikuasai oleh para kapital yang memberikan informasi untuk pencitraan politik, saya teringat kata Cak David bahwa kita hanya bisa memperlambat kerusakan yang terjadi sekarang ini.
 
Saya ingat bahwa Iran bisa bangkit dari jajahan asing dalam bidang kehidupan negaranya dengan adanya para aktivis yang sejati, yang tak takut mati demi memperjuangkan kehidupan yang islami untuk masyarakatnya, kalau melihat di indonesia aktivis yang cerdas, idealis banyak tapi mereka tidak pada struktur kekuasaan, kalau setelah struktur mereka terjebak dengan permainan politik seperti banyak yang dikatakan teman teman saya kuliah bahwa para aktivis yang dulu idealis sekarang telah hilang idealismenya, setelah saya melihat kekuatan literasi maka saya sadar bahwa semakin cerdas masyarakat suatu bangsa akan semakin tinggi harapan untuk menjadikan negara ini sebagai negara maju dan bangkit, kenapa harus literasi??? 
 
Setelah saya berfikir, bahwa kegiatan literasi ini memberikan kesadaran masyarakat sehingga memunculkan sikap yang penuh nilai nilai kebaikan, humanisme, literasi ini akan memberikan informasi yang jelas dan teori yang berguna sehingga masyarakat bisa membaca situasi kehidupan negara, dengan Gerakan literasi maka akan terbangunnya budaya masyarakat yang beradab maka cita cita menuju masyarakat madaniyah lebih cepat terwujud, gerakan literasi ini kalau diwujudkan disetiap rumah dengan perpustakaan keluarga masing masing maka kita akan lebih cepat melahirkan tokoh tokoh cendikiawan muslim di indonesia, di tengah masyarakat yang mengalami pergeseran budaya maka akan terbentuk budaya budaya yang mencerdaskan dan budaya yang kreatif tanpa menyalahi Tauhid, gerakan literasi akan membangun sistem sosial yang islam, literasi akan membuat masyarakat tidak mudah ditipu oleh ulama ulama gadungan dan kapital yang menjual ilmu demi kesenangan dunia.
 
Gerakan literasi itu seperti dakwah kultural yang sangat lembut, dia hadir untuk mencerahkan, kehadiran gerakan literasi sangat jarang dibangun penguasa di abad ini tapi lihatlah peradaban islam terdahulu, budaya literasinya sangat tinggi sehingga maka peradaban islam berkemajuan. Setiap kaum muda harus menjadi pegiat literasi karena pemuda menanggung tanggungjawab secara konstitusional dan moral untuk membangun negara ini dijalan yang penuh khidmat agar cita cita semua masyarakat yang ada dalam mimpi menjadi nyata. Penting nya literasi moral???? Literasi moral bukan model dakwah tapi literasi moral ini lebih pada sikap dan prilaku kaum yang cinta terhadap buku, bisa disebut kaum yang tercerahkan begitulah masyarakat menyebutnya, literasi moral memberikan penekanan kepada pegiat literasi pentingnya sauri teladan, "penerus para Nabi itu bukan hanya ulama tapi juga orang berilmu" gerakan literasi harus menjadi budaya bahkan pada titik radikalnya harus fatwa, kalau memang penyadaran kolektif tidak bisa dilakukan dengan jalan kultural maka jalan politik dengan kebijakan penguasa yang mendukung, seperti kebijakan mewujudkan kota literasi. Gerakan literasi dan literasi moral tak bisa dipisahkan dengan tujuan untuk mewujudkan negara yang berkemajuan. 
Takkan indah sinar bintang dan bulan tanpa budaya literasi, jangan bermimpi membangun politik humanis sebelum masyarakat gila literasi. 
 
Selasa, 4 Agustus 2015

Interaksi di dalam Pasar

Oleh Unggul Sujati Prakoso

Sebagai anak laki laki dalam keluarga sudah menjadi tugas saya rutin hampir setiap minggu mengantar ibu untuk berbelanja ke pasar kecamatan dan kebetulan sayalah yang tinggal dirumah karena adik saya tinggal di asrama sekolah, praktis saya harus siap sedia jika diminta mengantar ibu ke pasar.

Ada dua pasar berbeda yang biasa kami datangi untuk berbelanja kebutuhan sehari hari. Yakni pasar Godean dan pasar Gamping. Kedua merupakan pasar yang ada di kabupaten Sleman Yogyakarta. Keduanya berjarak sekitar 5 km karena posisi kecamatan tersebut hanya bersebelahan. Saya kami biasa berangkat pukul 6 pagi menuju pasar karena untuk mendapat sayur mayur, ikan, daging dan kebutuhan lainnya masih banyak pilihan dan kualitasnya masih sangat segar dibanding jika datang agak siang hari.
Layaknya pasar tradisional pada umumnya. Pedagang banyak yang menggelar lapaknya hingga keluar area pasar hingga masuk area parkir sehingga betapa ramai dan padatnya aktivitas jual beli dan distribusi bahan makanan serta aktivitas parkir kendaraan. Begitu masuk kedalam area pasar akan bertambah ramai lagi aktivitas jual beli bahan makanan dan kebutuhan lainnya. Belum lagi ditambah suasana pasar yang sempit dan aroma pasar yang khas menurut saya.

Hal inilah yang menjadi perhatian saya selama aktivitas mengantar ibu berbelanja dan membopong kebutuhan yang sudah dibeli. Banyak hal hal yang memang tidak bisa dilepaskan dari pasar tradisional yang menjadi ciri khas tersendiri. Memang dewasa ini ekspansi pasar modern begitu cepat khususnya di daerah kota jogja. Jual beli merupakan hal yang biasa dijumpai baik di pasar tradisional maupun modern namun budaya yang melekat di pasar tradisional tak akan di jumpai dalam pasar modern. Dalam proses tawar menawar misalnya banyak diantara pembeli dan pedagang yang melakukan dalam suasana bercanda dan akrab sekali kelihatannya padahal mungkin mereka baru saja bertemu serta harga yang sudah ditawar bahkan bisa menjadi murah. Hal ini tidak jarang menjadikan pembeli untuk menjadi langganan tetap. Selanjutnya dalam hal kualitas bahan makanan utamanya sayur mayur dipasar tradisional biasanya sangat segar alias baru saja di petik dari ladang yang kadang ditandai dengan sayur mayur yang masih ditempeli akar dan tanah.
Namun hal ini justru menjadi daya tarik yang membuat dagangan tersebut secara otentik sudah memiliki bukti kesegaran yang sesungguhnya perlu embel-embel tambahan lagi berupa tulisan atau sebagainya.

Hal lain yang membuat saya selalu menarik ketika berbelanja dipasar adalah daya ingat sang penjual ketika melayani pembeli. Dalam satu lapak dengan dagangan sayur saja ada banyak macam dan jumlahnya. Belum lagi pembeli yang lalu lalang berjubel membeli sayur tersebut namun sang penjual yang rata rata tersebut dengan santainya menghitung harga sayur yang dibeli oleh pembeli tanpa dibantu alat hitung atau alat tulis untuk menjumlahkan, semuanya sudah ada dalam pikiran mereka untuk menghitung harga harga tersebut padahal mungkin saja dari para penjual di pasar yang pendidikannya hanya biasa biasa saja atau bahkan rendah namun kemampuan berhitungnya sungguh luar biasa cepat.

Interaksi yang dilakukan antara penjual dan pembeli atau bahkan antar pembeli tidak melulu tentang harga bahan namun bahkan bisa sampai ke aktivitas sehari hari. Biasanya kebutuhan awal yang dibeli oleh ibu saya adalah ikan laut segar.

Di tempat penjualan ikan ini biasanya lumayan ramai oleh pembeli dan penjual seperti biasa akan bergantian dalam melayani penjualan disamping membersihkan ikan yang telah dibeli. Disela sela kegiatan menunggu itulah biasanya antar pembeli akan secara spontan saling bercakap-cakap akrab membahas berbagai macam hal. Bisa tentang kenaikan harga, menu makanan olahan ikan, biaya sekolah anak dan macam macam.

Dari proses dan hal hal tersebut saya menyadari bahwa dalam proses perdagangan terdapat hal lain yang begitu menarik yakni interaksi sosial dan saling berbagi cerita antar hubungan sesama manusia yang saling mengisi tidak terbatas hubungan jual beli. Karena melalui proses ini keakraban, kekeluargaan dan nilai nilai positif lainnya terkadang dapat ditemukan. Sesuatu yang sedikit demi sedikit telah tergerus oleh kemajuan zaman yang didominasi oleh pengumpulan kekayaan materi semata yang semakin menggerus habis sifat baik manusia untuk saling berbagi dalam kebaikan dan kebahagiaan.

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK