Friday, November 16, 2012

Misi Advokatif dalam Gerakan Iqro

Oleh : Iqra Garda Nusantara
Pegiat Rumah Baca Komunitas


Sebagaimana artikel Moh. Mudzakkir, habitus membaca yang sejak awal dikuasai oleh kelas menengah dan elit harus direbut oleh kaum proletar (mustadafin). Kaum-kaum pemilik modal di Perancis mengkonsumsi buku sebagai bagian dari hidupnya. Tidak ada yang aneh, tetapi itu adalah sebuah privilege yang sangat keji atas kaum-kaum proletar yang tidak mendapatkan akses sama baik dalam pendidikan formal.

ditambah lagi akses buku-buku berkualitas (tentu saja mahal tidak terjangkau).  Zaman terus bergerak, print capitalism tumbuh tidak terkendali sehingga buku-buku dan pengetahuan diproduksi lebih massal dan lebih terjangkau. Lalu, apa yang berubah dari diri kita---aktifis pelajar proleter yang mimpi perubahan?

Bergeming
Tidak banyak yang berubah bahkan semakin mengalami paradok. Anak-anak muda lebih senang dunia hura-hura ketimbang mengkonsumsi pengetahuan dan meningkatkan kadar intelektual. Tuna baca inilah yang merebak menjadikan anak-anak muda dan pemimpin di negeri ini mengalami penyakit gila yang disebut oleh Syafii Maarif sebagai “tuna idealism” yang akan berujuang pada tuna kuasa (Amin Rais dalam pidato guru besar, 2001). Karena apa? Buku, informasi, dan pengetahuan adalah kekuasaan.  Jika tidak punya, atau kecil jumlahnya maka kita adalah mustadafin dalam segala hal.

Karena ketidakmampuan berubah dan menerima perubahan/memanfaatkan monetum perubahan inilah kita menjadi involutif dalam dunia gerakan. Satu cara adalah perlunya ideologisasi gerakan membaca sebagai model gerakan advokasi nir-kekerasan. Anak-anak muda jangan hanya menyumpai buruk keadaan—hanya mampu memadamkan api tetapi istiqomah dalam kegelapan alam pikir akibat tuna baca tersebut.

Dengan gerakan iqro maka ada proses-proses penyadaran, ada potensi melakukan pembelaan terhadap situasi pribadi, sekitar, dan bahkan melakukan pemberdayaan dan proteksi terhadap komunitas yang kita yakini baik dan melawan kekuatan global yang dominative dan hegemonic. Membaca ideologis artinya menjadi budaya tanding atas penindasan terhadap jati diri dan idealism kita sebagai masyarakat berbudaya, islam, dan ramah lingkungan.

Terakhir, mari kita rebut bung. Mari kita rebut habitus membaca itu dari kaum kapitalis! 

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK