Monday, August 19, 2013

Tajuk Singkat RBK

Oleh : Fauzan Anwar Sandiah

Prospek hubungan barat dan Islam_satu diantara sedikit istilah yang makin sulit dipahami karena beragamnya tafsiran. Dulu, beberapa jam sebelum Agus Salim sempat berbicara dengan Nokhrasi, tawaran penolakan de jure Indonesia dengan menjual janji penyelesaian Palestina di PBB sempat dilakukan oleh Belanda. Padahal, beberapa pendapat sempat menjadi percontohan kasus Irak dan Palestina sebagai kesempatan untuk memperbaiki hubungan barat dan dunia Islam.

Melalui janji penyelesaian Irak dan Palestina yang  adil, bagi beberapa pendapat dilihat sebagai celah berbaiknya hubungan antara Barat dan Dunia Islam. Padahal, keputusan Nokhrasi untuk berkokoh dengan Agus Salim dan menolak Belanda juga adalah pertanda lain. Prospek hubungan barat dan dunia Islam akan dilupakan jua kala saudara seiman ini berakrab.

Sebuah analisis yang cukup aneh, bahwa dunia Islam yang direpresentasikan melalui mayoritas penduduk beragama islam di sebuah negara punya kecenderungan untuk mencari kekuatan eksternal untuk membangun  kekuasaan. Kita melihat bahwa teori “Ekternal Power” menyatakan kegiatan menghunus pedang pada sesama saudara di negara-negara arab didukung oleh kekuatan luar.

Lobi belanda se-jam sebelum Agus Salim masuk bisa jadi adalah upaya membangun Eksternal Power, antara Mesir dan Belanda, yang pada ujungnya ialah memperluas kekuasaan. Perluasan kekuasaan yang dilihat dari kacamata apapun akan dinilai dengan rasa frustasi akan berakibat pada konsep “halal darah”.

Namun sampai pada saat ini, keselamatan Indonesia ternyata menurut sebagian pendapat justru karena pemimpin-pemimpin Indonesia tidak fanatik dengan ideologi. Hatta dan Sjahrir misalnya dapat “dibersihkan” namanya oleh Rosihan Anwar sebagai pendukung minat sosialis, karena memang pada dasarnya hatta dan sjahrir termasuk golongan penyimak Marx yang sangat mau melakukan revisi pemanfaatan cara menganalisa Marx. keterangan ini dapat saja dengan mudah dillihat pada bagaimana hatta “berkonflik” dengan Tan Ling Djie, Hatta terlihat begitu fleksibel menggunakan pandangan Marx. Fleksibilitas ini juga diduga menjadi jalan mudah bagi masuknya demokrasi (dalam tafsiran Amerika) untuk masuk dan lebur di Indonesia. kita tahu, bahwa tahun 50 an disebut masa "optimisme" demokrasi Indonesia.


Maka dalam catatan-catatan kecil kita juga dapat menemukan pendapat bahwa konsep demokrasi tidaklah bebas dari bias kepentingan pasca perang dunia. memang tidak banyak, tapi ada yang memperkirakan bahwa definisi demokrasi yang dianut di Indonesia, andaikata rusia berjaring dengan Indonesia maka akan sama saja. Kita memang menyaksikan banyak persaksian mengenai ini. Ada yang menamakan islam menumpan dalam partai komunis. Ada juga yang bilang sebaliknya. Di dalam kajian mengenai Islam dan Partai Komunis di banten pada abad ke 20 juga ada sedikit keterangan disitu. Apalagi saat Wilson menyanggah tesis Williams. 

jadi sebenarnya kita berada dalam paradoks antara demokrasi, proses revivalisme, dan momen komunis di Indonesia yang terbuka menjelang 2014 serta prospek hubungan Islam dan barat yang tiada dapat diterka berdasarkan pada kategori klasik atau baru. entahlah. 

2 comments:

  1. lakukan yang terbaik untuk islam aja gan... sebisa kita dan semampu kita... coment for u

    ReplyDelete
  2. Islam Rahmatan lil alamien kita perjuangkan bersama sama

    ReplyDelete

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK