Wednesday, August 15, 2012

Membaca adalah Bagian (Teramat Penting) dari Menulis?


Oleh : Hernowo
Klinik Baca-Tulis Mizan

Saya tentu tak hendak memungkiri bahwa pastilah ada faktor-faktor lain yang menyebabkan seseorang dapat mudah dan lancar menulis di samping (keharusan) membaca. Namun, ingin saya tegaskan di sini bahwa, menurut pengalaman dan pengamatan saya, membaca teks merupakan penyebab amat penting keberhasilan saya menulis. Saya sudah membuat 35 buku dan ratusan artikel di Facebook. Ingin saya katakana pula bahwa kemampuan menulis saya itu tumbuh dan terus berkembang berkat kegiatan membaca. Setiap kali usai membaca---baik membaca artikel pendek atau panjang, buku, atau yang lain---saya segera saja menuliskan hasil-hasil kegiatan membaca saya.

Saya juga mengamati bahwa Ustad Quraish Shihab, Kang Jalal, dan Ibu Ratna Megawangi---untuk mengambil tiga contoh yang berhasil dalam menjalankan kegiatan menulis---mampu menulis banyak artikel dan buku dikarenakan kegiatan membacanya. Satu hal lagi, hasil riset ahli linguistik Dr. Stephen D. Krashen yang dibukukan dalam The Power of Reading: Insights from the Research, juga menunjukkan hal sama dengan apa yang saya katakan. Menurut Dr. Krashen, orang-orang mampu menulis dikarenakan kegiatan membacanya. Demikianlah, membaca memang bagian sangat penting dari menulis. Mengapa membaca menjadi bagian amat penting dari menulis?

Pertama, seperti telah saya tunjukkan dalam tulisan sebelum ini bahwa membaca menjadikan seseorang akan kaya akan kata-kata. Ketika dia membaca, sesungguhnya dia sedang memasukkan kata-kata ke dalam diri (pikiran)-nya. Kata-kata yang masuk ke dalam diri (pikiran)-nya itulah yang mengembangkan sekaligus meningkatkan kualitas diri (pikiran)-nya. Dan ketika dia menulis (mengeluarkan pikirannya), kata-kata yang dimilikinya akan membantu merumuskan pikiran yang dikeluarkannya itu. Apabila dia sangat sedikit menyimpan kata-kata di dalam diri (pikiran)-nya, dia tentu akan kerepotan dalam merumuskan pikirannya tersebut.

Kedua, membaca akan membuat pikiran menjadi berbeda dengan sebelumnya. Membaca membuat pikiran berubah. Bahkan, membaca akan benar-benar meningkatkan kualitas pikiran secara signifikan. Ada sesuatu yang senantiasa baru dan segar serta tidak biasa di dalam pikiran yang suka membaca. Inilah yang membuat seseorang kemudian dapat menulis (mengeluarkan sesuatu yang tidak biasa yang ada di dalam pikiran tersebut). Hanya dengan menulislah, pikiran yang berbeda dan tidak biasa tersebut dapat dikeluarkan secara jelas dan tertata. Lewat menulis (mengeluarkan pikiran dengan bantuan kata-kata)-lah kemudian pikiran yang telah berubah itu kemudian dapat kit abaca (pahami) dengan jelas. Tanpa dituliskan (dikeluarkan), kita tak dapat memahami secara jelas apa yang ada di dalam pikiran kita.

Ketiga, membaca dapat “menggerakkan” pikiran. Pikiran yang diam alias “tidak bergerak” adalah pikiran yang sulit sekali dirumuskan. Pikiran tersebut tidak mampu memancing si pemilik pikiran untuk menangkap dan merumuskannya. Sementara itu, pikiran yang terus bergerak dan berubah akan membuat si pemilik pikiran tertarik untuk menangkap dan merumuskannya. Menulis, sesungguhnya, adalah menangkap dan kemudian secara cepat merumuskan pikiran yang bergerak tersebut. Mungkin saja, saat pertama dituliskan, pikiran yang bergerak akibat membaca itu belum jelas bentuknya. Namun, setelah berkali-kali dikeluarkan (dituliskan) dan dibaca serta diperbaiki bentuknya (dengan menatanya lewat kegiatan menulis yang berkali-kali), pikiran tersebut pun akhirnya akan memiliki bentuk yang jelas.[]

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK