Sunday, July 1, 2012

Rumah Baca Komunitas : Awalnya Membaca, akhirnya Mencerdaskan

Oleh : Fauzan Anwar Sandiah


Buntut dari kebutaan panjang adalah ketidaktahuan kita akan pentingnya membaca seperti pentingnya makan. 2 Mei 2012, dalam rumah kontrakan seadanya didaerah Yogyakarta berdiri Rumah Baca Komunitas, satu ikhtiar yang mungkin tidak asing lagi dikalangan aktifis “pesisir”. Tuntutan dan tanggungjawab sebagai anak bangsa memaksa mereka untuk memikirkan bagaimana caranya menutupi atau bahkan menambalkan luka-luka bangsa yang terlanjur jadi borok berkepanjangan. Kondisi Indonesia sebagai bangsa nyaris malu dihadapan adik-adiknya sendiri (baca: Negara Asia Tenggara yang merdeka diatas tahun 1945). Identitas kebangsaan kita nyaris abu-abu dimata dunia meskipun adapula yang tentunya masih melegakan. Korupsi, Teroris, Gerakan Separatis, Kemiskinan, selalu menjadi bumbu pemberitaan bangsa, kita berdoa saja semoga ini tidak jadi brand Indonesia.

Tidak ada cara selain terus bergerak meskipun harus dilakukan dengan skala terkecil sekalipun. Harus ada segenap pihak yang mau mengambil peran secara mendadak dan mengibarkannya. Musuh kita sekarang adalah “Kebodohan”__ini adalah salah-satu biang keladi terdahsyat kemelaratan bangsa. kondisi bangsa yang terpuruk bisa dibangun kembali dengan menumpas kebodohan. Rumah Baca Komunitas mungkin salah-satu diantara sekian banyak lakon superhero kontemporer bangsa yang nekat mengibarkan peperangan terhadap kebodohan. Ini tidak mudah, banyak persoalan teknis dan non-teknis yang jadi sajian utama dari Rumah Baca Komunitas (selanjutnya akan disebut RBK). Berdiri sejak mei lalu, seperti kebanyakan gerakan yang masih seumuran jagung, masalah konsisten dan kreatif masih harus dipupuk terus.

Gebrakan awal yang dilakukan tentunya adalah dengan menyediakan sebanyak mungkin bahan bacaan. Rumah kontrakan tempat RBK bermukim sudah didaulat sebagai perpustakaan kecil. David Effendi selaku pendiri dan beberapa pengurus bentukan awal RBK mulai menghubungi door to door teman-teman dekat yang bersedia menyumbangkan atau sekedar menitipkan buku-bukunya kedalam perpustakaan RBK. Langkah ini ternyata disambut dengan antusias oleh mahasiswa, dosen, hingga Ibu rumah tangga. Alhasil sebulan bergerak, buku-buku mulai membanjiri kantor Onggobayan RBK (Onggobayan merupakan daerah tempat kantor RBK tinggal__red).

Tidak lama berselang jaringan-jaringan kecil mahasiswa sukarelawan RBK kian baik. Bahkan dua diantaranya sudah bersedia menjadi donatur tetap RBK. Tentu ini berita bagus mengingat RBK bukanlah gerakan yang menawarkan keuntungan pragmatis terhadap para donaturnya. Akan tetapi lebih pada menawarkan gagasan__menjual gagasan dan bersedia mengeksekusinya. Kurang lebih seribuan lebih buku berhasil dikumpulkan sebagai bahan bacaan didalamnya. Jumlah buku ini diprediksi akan terus bertambah. Selain buku, bahan bacaan lain seperti majalah, tabloid, koran, buku bergambar, buku dongeng juga tidak lupa untuk dipunguti dari siapapun juga.  

Kegiatan-kegiatan yang diusung oleh RBK tidak melulu perjuangan literasi, tapi juga perjuangan lainnya yang serumpun dengan semangat pemberantasan kebodohan. RBK menyulap kantornya menjadi multifungsi. Selain perpustakaan, kantor RBK juga dijadikan sarana belajar masyarakat, anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. RBK membuka kursus komputer, bioskop edukasi sederhana, penerbitan majalah (sedang proses), dlsb. Upaya-upaya ini diharapkan menjadi gerbong awal dari semangat mencerdaskan bangsa. Amanat UUD 1945 boleh jadi telah dilupakan, tapi semangatnya jangan sampai punah.  

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK