Wednesday, July 29, 2015

Reuni dan penyegaran kebudayaan


David Efendi, pecinta etnografi

Wah lebaran dah habis rupanya. Saatnya berbagi kisah. Sedianya aku tulis dalam cerita panjang ini. Kira kira judul kerennya itu : reuni dan penyegaran kebudayaan. Setidaknya cerita ini mengingatkan pada spirit bersaudara, silaturrahmi dalam bentuk yang paling kontemporer: reuni. Juga bagian dari aktualisasi makna mudik dan hari raya di kalangan anak muda terdidik baik yang sekolah atau yang bekerja di luar negeri (bahasa asing bagus dan well informed).
Yup. Kampungku memang dari tahun 60an sudah mngalami islamisasi luar biasa dan sangat homogen afiliasi partai dan ormasnya. Antusias sekolah ke kota tinggi dan juga bekerja keluar negeri bagi lulusan SMA atau bahkan guru pun berangkat ke malaysia tuk bekerja lalu pulang dan kembali menjadi guru. Kebudayaan malaysia terasa dekat dengan kami semua sejak kecil. Ratusan orang mudik ke kampung jelang puasa sampai habis lebaran. Tercatat tahun 2013 warga desa saya di malaysia 600an. Perkiraan sekarang 800 penduduk. Wajar saja, rumah sangat bagus2 dan bisa membiayai sekolah anak anaknya sampai perguruan tinggi. Tahun 1960akhir 6 orang desa saya masuk malaysia lewat cara illegal keluar masuk hutan, laut, rawa, dan akhirnya berhasil menjadi warga sana. Lambat laun generasi berikutnya ikut mencari sukses di sana.
Sejarah singkat itu dikemukakan oleh pak Hazim, ketua ikatan perantaian warga godog yang ada di malaysia, dalam sambutan acara reuni 2 syawal 1436 yang dihadiri dua bupati sekaligus yaitu bupati lamongan dan Bojonegoro yang ditempatkan di lapangan perguruan Muhammadiyah Godog. Kurang lebih 1000an warga hadir dalam acara syawalan pekerja di malaysia ini.
Kontribusi pekerja malaysia ini sangat besar rupanya. Bangunan sekolah, jalan, masjid, musholah, gapura, cakruk, alat pertanian, dll didatangkan dari malaysia dan atas derma warga desa pekerja disana. Bahkan, kepala desa dua periode ini dipimpin mantan TKI yang 19 tahun bekerja di malaysia. Dalam sambutan pak bupati lamongan, kepala desa kampung saya menyabet penghargaan kepala desa terbaik di lamongan. Gaya merakyat dan ndeso-nya menjadikan banyak orang "akrab". Ke rumah kepala desa bisa bertelanjang dada, tanpa alas kaki sudah sngat oke.
Bupati Bojonegoro, kang yoto pun memuji kadahsyatan desa Godog dan juga peran pekerja malaysia dari Godog. Kang Yoto pernah diundang ke malaysia oleh teman2 teman Godog yang ada di malaysia dengan bendera PRIM Kampung Baru. Keakraban pun terjalin langgeng dan bahkan kang Yoto mau menghadiri syawalan H+1 di desa Godog padahal beliau pasti punya banyak tamu di bojonegoro.
Anak anak muda dan tua, termasuk saya, sudah sangat akrab dengan istilah reuni sejak saya kecil. Setiap ramadan dan syawal isinya reuni dan reuni. Kadang reuni itu berupa buka bersama, jalan jalan wisata, makan ketupat dan syukuran dari rumah ke rumah. Untuk yang teman seangkatan yang sukses juga sangat antusias berbagi. Reuni bisa berlapis lapis: teman madrasah, aliyah, pondok, teman smp dan sebagainya. Anak anak muda telah menyesuaikan istilah pluputan atau silaturahmi dengan padanan kata lain yaitu "reuni" ---bersatu kembali.
Situasi lain dapat dilaporkan dengan singkat. Bahwa sawah sawah makin memyempit itu fakta. Bahwa geliat pertanian makin surut, hasil tani tak menggembirakan memang iya. Jalanan desa mulus, rumah dan kendaraan bagus bagus, mobil mewah banyak, gadis gadis dan anak muda wajahnya sangat terawat juga fakta. Anak anak mengalami dewasa lebih cepat ini perlu penjelasan yang ilmiah. Tolo baju dan peralatan kecamtikan ada. Seorang guru smp memakai baju lebaran seharga 1 juta lebih tidak menjadi "aib". Kesederhanaan telah mengalami pergeseran makna.
Suara sapi dan kembing tak lagi akrab di telinga. Nampaknya makin jarang memelihara ternak dan lebih memilih memelihara TV,motor, kulkas, mesin cuci, mobil, dan gadget mutakhir tuk anak anak yang masih TK. Ayam masih sesekali terdengar teriakannya. Inilah desa yang hilang "kedesaannya". Suasana menjadi kayak di kota dalam fasilitas. Syukur pasar tradisional masih bertahan dan tak ada indomart atau alvamart. Di desa desa sebelah dan jl kecamatan udah menjamur rupanya.
Wah dah lumayan panjang ini. Perihal reuni yang makin bermakna dah dibahas, tinggal apa ada ihwal penyegaran kebudayaan? Masih sedikit kali dibahas. Tapi memang itulah "faktanya", kita butuh terobasan baru untuk mendapatkan bentuk bentuk praktik kebudayaan yang segar dan memajukan. Misal, jika reuni bagian dari kontekstualisasi makna silaturahmi oke!. Bagaikana dengan cakruk, pasar trdisional, kyai kampung, sungai, sawah, makna terdidik? Apakah semua ini ada yang mencoba untuk menyegarkan ingatan dan praktik merawat kebajikan? Tentu etalase dan artefak kebudayaan desa harus diejawantahkan dengan suatu yang lebih segar. Misalnya filosofi "ono rino ono upo" (ada siang ada nasi) adalah bagian dari trimo ing pandom dan syukur yang bisa mengilhami kekuatan berbagi jika punya lebih.
Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah tentu merupakan mantra yang telah populer diajarkan di sekolah madrasah ibtidaiyah yang tak akan terlupakan. Etos memberi kaum terpelajar telah menjadi bagian dari kehidupan sehari hari. Keluarga jawa juga demikian, punya rasa kepedulian dalam interaksi bahkan melalui pintu halaman rumah (Jan Newberry, 2013).
Dalam masyarakat yang mengais dan mendapatkan rizki dari negeri jiran nampak otonominya dalam urusan politik. Mereka sehari hari tidak terintegrasi langsung dari kebijakan ekonomi negeri sendiri tapi pleh negeri Malaysia. Walau hal ini tak sepenuhnya benar, tapi nyata krisis 1997-8 itu justru mnjadikan masyarakat Godog membelanjakan uang untuk membeli motor baru akibat ringgit menguat terhadap rupiah. Orang malaysia di godog ini tak kenal krisis 1997 yang ganas itu. Mereka juga tak was was rezim Suharto tumbang, lengser keprabon.
"Otonomi relatif" ini juga tak sepenuhnya punya kekuatan thd guncangan karena biar bagaimana pun perpolitikan dalam negeri telah melakukan exspansi di tengah masyarakat sehingga semua hal diharapkan terdampak dari centang perenang kebijakan negara (negaranisasi).
*Diketik di sela sela silaturrahmi lebaran 2015 di WA

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK