Monday, December 15, 2014

RBK kampanyekan Kemanusiaan

Kampanye kami
   Angin bertiup kencang pagi itu, laju sepeda motor diatur oleh beberapa pemuda saling berboncengan yang sibuk membawa perlengkapan, puluhan foto ukuran besar disusun berjejer pada stereofom memanjang yg semalaman suntuk dikerjakan untuk 
siap dipampangkan pada stand pameran dalam kegiatan Gebyar Goverment 2014 yang memang menyediakan tempat untuk kami,
rumah baca Komunitas.
Indra "Gus In" Pradanaxs, Pegiat RBK
Suasana pagi kampus UMY itu tidak terlalu ramai, seperti ingin memberi kami kesempatan mempersiapkan apa yg kami butuhkan, Setelah mengetahui jenis dan lokasi pilihan stand, dimana aku dan teman-teman pegiat akan ada seharian penuh disana, tugas selanjutnya ialah menempatkan property-property yang sudah siap dipampang agar lokasi yg kami pilih terkesan menarik sesuai dengan semua yang kami rencanakan, persoalan tentu cukup rumit kami masih harus memikirkan kondisi stand yang relatif kecil dibandingkan dengan foto dan atribut yang telah siap untuk di display memang kami sediakan berjumlah cukup banyak tersebut, tapi syukurlah berkat lokasi yang berlatarkan gedung kaca dan yang paling sudut itulah kami boleh saja menggeser batas dan meluaskannya, dibawah kendali akbar labeh sebagai koordinasi kegiatan rabu pagi itu memutuskan kondisi stand untuk  menggunakan latar kaca sebagai media ornamen yang kemudian aku, relsan, hafid, agus, dkk siap bubuhi kaca tebal itu dengan rekatan selotip dan poster-poster yang menunggu untuk dinikmati pengunjung stand, sampai setengah jam ini berjalan tepat jam setengah sebelas kurang stand kami menyusul beberapa layer bermodel lanscape karya design mascu yang dahulu seukuran brosur kini jauh lebih besar ukurannya, sedangkan untuk meja stand yang digawangi dua srikandi dari rumah manusia yakni cacaa dan tyas itu dipersenjatai beberapa map yg berisi form oranye khas dan buku tamu bagi pengunjung seharian ini, jeng- jeng!,IMG_7117 dan stand kami telah siap betul untuk dikunjungi peserta acara yg cukup meriah itu.
Matahari semakin beranjak naik terikpun mulai bangkit menjadi-jadi, stand kami yang disinarinya semakin terlihat nyentrik dibandingkan stand-stand lainnya itu semakin ramai saja dikunjungi, ada yang sekedar lihat-lihat poster dan foto yang terpajang, ada juga yg banyak tanya dan ingin mengenal Rumah Baca Komunitas, dan tak sedikit pula yg ikut foto-foto dan mengabadikan dirinya di Photo-corner sederhana yg berlatar hasil kreasi pegiat-pegiat.IMG_7101
setelah perut-perut kami diisi oleh camilan dan makanan hasil comotan dari stand kuliner-kuliner sebelah yg memang umumnya stand budaya dari bermacam daerah yg mnyediakan aneka masakan, sedang asyik berkumpul menikmati  kami didatangi oleh dua orang perempuan muda yg hendak bertanya tentang kesediaan untuk dicantumkan pada penampilan tak banyak perbincangan, dan “Erbeka 15 menit setelah ishoma ashar ya tampil” kata perempuan muda yg baru kuketahui panitia acara itu.
susunan kegiatan kami pada rangkaian acara hari itu memang sudah kami siapkan, mulai menyediakan bahan bacaan yang kami beri title “buku-buku yang merubah sejarah” hingga slogan propaganda tentang pentingnya membaca, nilai apresiatif dan kemanusiaan.
Tak terasa waktu mulai beranjak mendekat, terdengar panggilan oleh panitia sudah mengudara beberapa dari kami mulai menyambut mengikuti dan naik ke panggung yang sudah penuh dengan alat musik dan susunan stand mic yang tertata menunggu, mencari titik pas dengan mengatur arah mic yang lurus dari penyangga besinya dan lagu “kebenaran akan terus hidup” seperti biasa dijadikan pilihan pembuka oleh robekan suara uki diikuti tepuk tangan penikmat yang rapih berjejer memenuhi anak tangga dan fokus memantau kami dengan santai, setelah penampilan pembuka, peranku yang berpuisi dengan uki  itu digantikan oleh om awiek yang mengambil tempat di sebuah kursi di atas panggung dalam posisi tersebut  ia mulai membaca keras baris demi bait isi dari secarik kertas biru yg dipegang kedua tangannya, suasana yang ramai itu pun tiba-tiba hening menyusul imaji ku sebagai pendengar merasakan ulasan warna-warni dalam puisi yg dialurkan pria berkaos munir itu sambil teriak sontaknya diikuti tepuk tangan penonton seperti biasanya hingga iringan gitar uki yang mngetuk cepat pada akhir penampilan kedua itu. entah masih belum cukup anggap kami kini la ode yang mengganti posisi hanya uki yang tidak berubah tempat dengan gitar yng menempel dikulit baju maroonya mulai lagi dipacu kerja, “disini negeri kami….” lagu darah juang mulai dimainkan, diikuti dengan sajakan tegas penuh ekspresi pria yg berkopiah  hitam di atas panggung itu “sungguh penampilan kawan satu ini mengingatkan aku pada sang proklamator heheh” batinku yang senyum dibelakangnya sambil menempel suara dengan mic, beberapa menit penampilan yang menarik ratusan pasang mata itu makin menjadi-jadi, serombongan teman-teman yang duduk dibarisan depan tiba-tiba meranjak dan naik ke arah panggung dengan caping merah yang melekat dikepala,aku kenal itu, caping merah khas Rumah Baca Komunitas selalu menarik perhatian memang apalagi sudah memenuhi panggung, iringan darah juang semakin lantang dengan bala bantuan pasukan bercamping dan “RBK Ocupy the Stage!”.
IMG_7244kendaliku hampir lepas melihat ratusan pasang mata yg berjejer dipelataran gedung kaca itu menatap penuh segerombolan pegiat, lantang manyuarakan nyanyian pembebasan, yang memang suatu keharusan bagi kami, bukanlah sebuah euforia semata tapi secara momentum pada tanggal 10 desember tersebut merupakan hari kemanusiaan internasional yg sudah tentu tak ingin kami lewatkan dengan sekedar hip-hip huray, maka dengan cara ini mungkin jalan kami melakukan kampanye kami para pegiat dari #RumahnyaManusia.

Rbk team Menguasai panggung.. ngeri sepanjang acara
fokusku yg tenggelam dalam pandangan para penonton itu tiba-tiba hilang saat kuketahui sepatuku menginjak kabel inject yg menyambung pada gitar elektrik yg sedang dimainkan uki, iringan gitar mati sebentar dan disambung cepat oleh uki sambil menggelengkan kepala menatapku, aku hanya menahan ketawa dengan senyum seperti biasa mendapati kejadian lucu yg kuulangi lagi semenit kemudian, tiba-tiba lemparan kertas oleh pembaca didepan dibanjiri tepuk tangan yang menutupi penampilan kami itu, kami mengantri menuruni tangga menyambut arah tepuk tangan dengan senyum puas oleh penonton yang cukup mengapresiasi 15 menit lebih penampilan kami sore itu.
Setelah mengambil tempat dibarisan depan yg kosong berjejer, sambil menikmati penampilan tarian yang cukup menarik perhatian jika dilihat dari jarak dekat, tiba-tiba tepukan bahu mengalihkanku pada panggilan om awiek yg memberi kode harus beranjak dari kegiatan yang diadakan di lingkungan kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu dan melanjutkan agenda kami. seperti yang sudah direncanakan  hari itu ialah puncak dari rangkaian kegiatan rumah baca komunitas dalam mengkampanyekan 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan, setelah beranjak dari sofa dan kembali ke stand, kami membagi kelompok untuk yg bersedia menjaga stand yang akan berlanjut hingga pucak acara pada malam hari dan ada pula yang melanjutkan kampanye hari ini pada agenda “aksi diam” yang akan kami adakan sore itu juga di titik nol.km.  kulancarkan tapak sepatuku menuju parkiran yang menandakan satu agenda hebat baru saja kita sukseskan, agenda besar selanjutnya menanti, mari sukseskan kampanye kita ini, kampanye kemanusiaan!.
layer yang beradapdatsi dari brosur Hasil design maskcuini hasil karya saya *edisi seniman*IMG_7070IMG_7122

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK