Friday, October 18, 2013

Ketika Laporan Pertanggungjawaban Pemimpin Berbentuk Buku

Oleh : Fauzan Anwar Sandiah* 

Judul buku        : Menuju Indonesia Makmur
Penulis               : Drs. Afnan Hadikusumo
Penerbit             : Cerah Media
Cetakan             : 1, 2013

Tebal                  : xiv+248 halaman

Motivasi berangkat dari Pesan Buya Syafii Maarif pada Afnan Hadikusumo tahun 2003, Afnan Hadikusumo yang akrab dipanggil mas Afnan kala itu berkunjung dalam rangka sowan. Buya Syafii berujar, “sebagai calon legislatif, maka kamu harus banyak mendengar, membaca, berbicara dan menulis.” Kejadian bersejarah itulah yang menjadi pendorong Afnan melakukan pekerjaan intelektualnya melalui menulis. Setelah menulis Melangkah Memperjuangkan Daerah pada 2012, kini di 2013 Afnan menulis lagi bukunya dengan judul Menuju Indonesia Makmur. Catatan perjalanan Afnan dalam Menuju Indonesia Makmur adalah Bunga Rampai dari sekian opini Afnan yang tersebar di media massa.

Afnan Hadikusumo adalah anggota komite III DPD RI untuk DIY periode 2009-2014 yang tangguh dalam memperjuangkan kepentingan rakyat melalui fungsi legislasi. Saat menduduki posisi sebagai anggota komite III luas jangkauan perhatiannya tidak terjepit pada bidang khusus tapi juga bidang lain seperti tatanan politik dan pemerintahan. Perhatian tersebut terlihat dari kecemasan Afnan mengenai peringkat Failed State Index(FSI) tahun 2012 dimana Indonesia berada pada peringkat 63 dari 178 Negara. Menurut Afnan ini adalah indikasi dari masih minimnya perhatian pemerintah dalam membangun Indonesia. Padahal di Zaman Global Teknologi seperti sekarang ini Negara-negara lain sudah berkembang amat jauh sedangkan Indonesia masih berputar-putar dengan masalah yang sama dan tak kunjung selesai.

Kontemplasi Afnan dalam bukunya hadir melalui empat kajian utama, yakni; Pendidikan, Kesehatan, Tatanan Politik dan Pemerintahan, serta Sosial dan Budaya, keempat permasalahan ini dikupas tuntas secara tematik. Apa yang menjadi keresahan Afnan mengenai empat hal tersebut?. Dan bagaimanakah Afnan menawarkan jalan alternatif bagi pemecahan masalah-masalah bangsa tersebut melalui kacamata praktisi politik?.Afnan menggelitik pembaca untuk menyadari permasalahan yang sesungguhnya sangat mendesak dan penting namun jarang disadari. Salah-satu tulisannya dalam buku ini,Undang, Undi Lalu Tipu, mengangkat lagi kepala pembaca bahwa persoalan remeh-temehseperti penipuan masih berkeliarah dari satu rumah ke rumah lainnya. Mengapa pokok ini menjadi penting?, Sasaran utama afnan adalah bahwa kenyataan laten seperti ini merupakan pukulan telak bagi semua elemen bangsa untuk selalu melakukan upaya-upaya edukatif kepada masyarakat. Ketakutan dari Afnan adalah jika pepatah orang jawawong bodho dadi pangane wong pinter (orang bodoh menjadi objek rezeki orang pintar),terus-terusan terjadi di Negara ini. Maka sejumlah saran dalam pembentukan regulasi yang terkait dengan pendidikan dan peningkatan mutu kesejahteraan masyarakat dipaparkan oleh Afnan pada setiap akhir dari tulisannya.

Penyakit yang dialami oleh bangsa ini menurut Afnan lebih banyak karena program pembangunan pemerintah yang kurang berorientasi pada pemerataan dan cenderung berfokus pada pertumbuhan. Afnan meminjam pendapat Samuel Huntington dalam mengkritisi arah kebijakan pemerintah yang berfokus pada pengejaran pertumbuhan daripada pemerataan. Arah kebijakan yang mengejar pertumbuhan cenderung top-downdan pada akhirnya akan berubah menjadi dominasi segelintir manusia. Arah kebijakan top-down akan menyebabkan disparitas sosial, ekonomi, kesehatan dan politik yang tidak kunjung selesai.

Memoar Afnan mengingatkan pembaca terhadap beberapa karya Praktisi Politik semisal Amien Rais dengan Selamatkan Indonesia (2008) dan Jusuf Kalla dengan Mari Ke Timur (2000) yang banyak meletakkan rumusan performance pemimpin sebagai adonan utama dari upaya menyelamatkan bangsa. Melalui Menuju Indonesia Makmur Afnan juga melihat pemimpin visioner sebagai salah-satu jalan menapaki kesejahteraan sosial, ekonomi, kesehatan dan politik di Indonesia. Useem, Direktur Center for Leadership and Change Management di Wharton School berkomentar melalui Dian R Basuki, “Orang menjadi pemimpin hanya di dalam momen performance”. APBD Pro Rakyat, akses terhadap jaminan kesehatan, kesempatan mengenyam pendidikan yang bermutu tinggi adalah agenda yang tidak bisa ditawar oleh pemimpin manapun. Namun kegagalan Negara secara sistemik memang ditentukan oleh pemimpin, ibarat Ikan busuk selalu dari kepala.

Sekarang bagaimana Afnan menyelesaikan semua itu?, mengutip rumusan the four I’syakni; Pemimpin yang dihormati, pemimpin yang menginspirasi, pemimpin yang mau mendengar dan bertindak serta pemimpin yang tulus serta ikhlas. Afnan berpendapat, karakteristik the four I’s akan bisa menghapus model-model politik picik. Politik Transaksional, Korupsi Elit, Marking-up budget, yang telah berhasil memporak-porandakan bangunan kemakmuran Negara harus secepatnya dibasmi. Meskipun begitu, Afnan tidak melihat kesia-siaan pada perjuangan yang tidak kenal henti bagi setiap elit politik yang masih bersih dan berani mengawal pembuatan hingga implementasi UU.

Afnan memang jeli dalam merangkai semua persoalan bangsa secara tematik dan populer. Keluasan wawasan praktisi politik seorang Afnan terlihat dari caranya menyajikan persoalan lokal tapi tetap berwawasan global. Kritik Afnan juga banyak ditujukan pada banyaknya pengabaian aspirasi kalangan bawah, dalam mengawal rancangan UU. Pada tema-tema yang sensitif Afnan memberikan pukulan khusus, terutama mengenai persoalan kaum difabel. Melalui tema-tema sensitif seperti Ide Revisi UU Keormasan, Potret Suram Badan Kehormatan, hingga Kontroversi Ide Pembagian Kondom oleh Menkes tahun 2012, Pembaca dibawa ikut merasakan bagaimana dinamika seorang praktisi politik yang harus berada diantara arus mainstream opini masyarakat, telaah ilmiah dan kepentingan egoistik kalangan elit. Cara Afnan memetakan tema-tema ini tergolong unik dan begitu apa adanya.

Kajian yang dituturkan oleh Afnan lebih banyak bersifat penjabaran, gaya ini dihadirkan sebagai cara untuk menampilkan pentas debat argumentasi secara lebih elegan hingga nampak tidak ada preferensi tertentu yang biasa menjadi bumbu personal interest. Kajian Afnan menjadi berbeda pula dengan sejumlah buku atau kajian serupa yang membahas empat hal pokok tersebut. Kelebihannya terletak pada pengaruh tulisan ini dalam konteksnya sebagai bahan wacana yang diajukan oleh Afnan sebagai praktisi politik kepada elit pemegang palu sidang. “beliau adalah senator yang cukup piawai” sanjung Irman Gusman dalam kata Pengantarnya pada buku ini.

*)Penulis adalah Pengurus Rumah Baca Komunitas Yogyakarta dan aktif di LaPSI Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah pada periode 2011-2012.

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK