Monday, July 21, 2014

Catatan De Jure; "RMS, Nasionalisme dan Komunitas Terbayang"

Oleh: Iqra Garda Nusantara

Seperti biasa di Rumah Baca Komunitas terdengar suara anak-anak yang ramai dengan masing-masing urusannya di RBK. Seolah mereka sudah merasa feel at home dan dapat berekspresi secara merdeka dengan teman-teman sebaya maupun dengan mahasiswa dan penghuni RBK lainnya. Anak-anak itu selalu ingin tahu apa yang dilakukan oleh orang orang di rumah ini. Jika ada orang baru, anak-anak selalu antusias untuk melakukan pendekatan.

Pada sore hari ini, 10 Juli 2014 teman-teman Mahasiswa mengadakan diskusi tematik dengan topik Republik Maluku Selatan dan bagaimana masa depannya. Kegiatan ini mengundang Rhenald yang merupakan mahasiswa HI UPN dan juga aktifis IKPM (Ambon) yang sangat mengenal seluk beluk gerakan RMS baik dalam maupun luar negeri. Sangat menarik ketika Rhenald memaparkan bagaimana selama ini RMS disalahartikan oleh meanstream media nasional atau oleh oknum negara. RMS sama sekali tidak dapat diartikan anti nasionalisme. Bahkan fenomena unik juga kerap muncul misalnya dia sendiri mengakui bahwa dia pendukung Prabowo walau kebanyakan aktifis dan masyarakat Ambon itu sangat serius dan berhati hati dengan isu hak asasi manusia. Artinya, kita bisa menyaksikan bahwa pola pikir itu tidak seragam tapi kelompok aktifis ini sering disalahpahami oleh publik.

"memang kalau saya ditanya lebih senang mana belanda dan Indonesia, saya jujur saya lebih senang dengan Balanda. walau ini bukan sikap semua orang", ujarnya. Dia juga menceritakan bagaiaman keturunan Ambon yang ada di Amerika dan negara lain sering mengunjungi Indonesia dan mengungkapkan kebanggaanya kepada belanda dengan segala kelebihannya. Fauzan, salah seorang peserta diskusi mengungkapkan bahwa situasi masyarakat diaspora Ambon ini mirip-mirip dengan apa yang dibayangkan oleh Benedict Anderson dalam Imgined Community bahwa "bangsa itu adalah sesuatu yang terbayang".

Peserta lain Panggih S, seorang pegiat RBK dan mahasiswa akhir UIN melihat banyak fenomena kebangsaan yang terkoyak akibat salah urus negara. Situasi lebih parah digambarkan oleh narasumber misalnya meluasnya ketimpangan di maluku terkait akses pendidikan, beasiswa, jalan, dan listrik yang sangat buruk. "kami seringkali tidak tahu ada beasiswa pemerintah untuk kuliah..dan mungkin tak pernah tahu kalau saya tidak tinggal di Yogyakarta." tentu saja ini mengundang perhatian bagi banyak kalangan bukan hanya aktifis IKPM dan pejuang RMS. walau demikian, dari banyak aktifitas teman-teman Maluku selama ini tidak serta merta meneriakkan merdeka sebagai pilihan yang harus diperjuangkan dengan berdarah-darah.

Diskusi yang dipimpin oleh Abdullah Bin Zed memang tidak menyimpulkan dari semua dinamika tetapi ada lesson learn yang sangat penting adalah membiasakan diskusi dan sharing dengan lintas komunitas yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mempertautkan nasioanalisme anak-anak bangsa yang sering kali terkotak-kotak oleh suku dan asal-asal. "Ke depan diskusi serupa akan kita intensifkan dengan lebih banyak mengundang komunitas lainnya," tamba Abdullah Bin Zed. Diskusi isu lokal-nasional ini merupakan edisi kedua setelah bulan lalu diisi tentang kajian politik lokal Banka yang diisi oleh Agam Pozan.

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK