Monday, June 29, 2015

Gathering & Bincang Muda komunitas pendidikan


By Abdullah Zed Munabari, pegiat RBK
Sabtu 27 juni 2015 menjadi sebuah hari yg penting bagi saya. Sore itu sekitar pukul 3 sore, saya mewakili Rumah Baca Komunitas menarik gas motor saya menuju universitas kebanggaan bumi Mataram, Universitas Gadjah Mada. Yap, saya menghadiri undangan sebuah komunitas di Fakultas Fisipol UGM yaitu YouSure FISIPOL UGM. Sore itu digelar lah gathering dan bincang-bincang kecil komunitas yg beraliran pendidikan dan literasi yg ada di bumi NgaYogyakarta. Kalau tidak salah, gathering itu dihadiri oleh 4 komunitas yaitu Komunitas Djendela, Buku untuk NTT, Jogja Mengajar,RBK, dan YouSure FISIPOL UGM sendiri selaku tuan rumah.
Bincang" dimulai sekitar pukul 16.00 dan dimoderatori oleh pegiat dri YouSure. Jujur saja sebagai pegiat literasi yg masih hijau, ekspektasi dan persepsi awal saya hanya sekedar memenuhi kewajiban sebagai pihak yg diundang. Saya saat hadir berfikir bahwa ini hanya kumpulan anak-anak muda yg bermimpi merubah Indonesia hanya dengan mengajar dan menyumbangkan buku. Itu terlihat agak "Memuakkan" bagi saya yg baru berkenalan dan akrab dgn pemikir-pemikir kiri seperti Karl Marx dan Antonio Gramsci. Di kepala saya saat itu yg terpikir hanya "Anda ingin merubah Indonesia?? Lakukanlah gerakan-gerakan penyadaran (pendidikan kritis), buat perubahan-perubahan radikal dan dirikan partai alternatif yg revolusioner". Anda bayangkan saja dgn persepsi seperti itu dan saya dikumpulkan dan harus berdialog dgn sekolompok orang yg bermimpi merubah dan menyelesaikan peliknya problematika negeri ini hanya dgn MENYUMBANGKAN BUKU KE PELOSOK NEGERI DAN MENGAJAR ANAK JALANAN?? Oohh betapa naifnya orang-orang ini, pikirku saat itu.
Namun, saya tetap coba jalani bincang-bincang itu dan memahami pola mikir mereka. Satu persatu komunitas mulai bercerita tentang asal usul komunitas nya masing-masing, kegiatan-kegiatan yg mereka lakukan, tantangan yang dihadapi, cerita seru hubungan mereka dgn masyarakat dan cerita unik yg lain nya. Saya pun tak ketinggalan juga bercerita tentang RBK dan segala seluk beluk tentang RBK (sebatas yg saya ketahui pastinya). RBK pun mendapat apresiasi yg cukup hangat dari peserta yg hadir, sebagaimana juga komunitas lain mendapat apresiasi itu saat bercerita tentang komunitasnya.
Sekitar 90 menit berdiskusi, bercerita dan mendengarkan pengalaman-pengalaman 3 komunitas itu, saya pun merasakan sesuatu. Ada sesuatu yg salah dalam pola pikir saya, pikir saya saat itu. Hal-hal yg sangat sederhana telah menyentil kemapanan berpikir saya. Cerita perjuangan kawan-kawan Komunitas Djendela yg mendirikan semacam tempat belajar di 2 tempat pelosok di jogja, perjuangan mereka mengajar anak-anak jalanan dibawah jembatan fly over di dekat stasiun lempuyangan, juga cerita kawan-kawan dri Jogja mengajar yg saat itu diwakili 2 siswi SMA tentang bagaimana mereka masuk ke rusun dan memberikan fasilitas belajar gratis, mengajak anak-anak utk membaca, dan tak kalah menyentilnya juga cerita pengalaman kawan-kawan dari komunitas Buku untuk NTT yg berjuang keras mengumpulkan buku untuk dikirim ke daerah pelosok NTT dgn berbagai macam perjuangan nya mulai dri mencari pihak yg bisa diajak kerja sama menyalurkan buku, mencari dana utk mengirim buku dri jogja ke NTT dan tentu saja mencari donasi buku dari berbagai pihak. Saat itu saya berpikir "Spirit macam ini?? Kenapa mereka bisa begitu yakin bahwa anak yang suka membaca semenjak kecil maka besarnya bisa menjadi orang yg berguna bagi negeri ini? Bagaimana mereka yakin bahwa bila anak-anak di pelosok NTT menjadi anak-anak yang melek membaca maka NTT bisa menjadj provinsi yang makmur dan sejahtera??
Aaaahhh saat itu alam pikir saya benar-benar 'terguncang'. Saat itu saya sadar bahwa ide-ide saya tentang melakukan pendidikan kritis dan mendirikan partai revolusioner itu akan menjadi angan-angan sampah belaka bila anak-anak negeri ini tumbuh besar dgn keterasingan dari buku. YAA, saya sadar bahwa sebenarnya apa yang dilakukan oleh kawan-kawan Komunitas Djendela, Buku untuk NTT, Jogja Mengajar adalah juga bagian dari misi RBK. Sesungguhnya, kita semua ini (komunitas & gerakan literasi) ibarat bagian-bagian tubuh yg mempunyai fungsi masing-masing yang sangat penting. Bila 3 komunitas ini berusaha mendekatkan anak-anak pada buku, hal-hal akademik, maka kita dari RBK siap mendidik dan membangun kesadaran kritis yg berbasiskan permasalahan-permasalahan di akar rumput seperti ekologi, HAM, politik, agama, ekonomi, dan budaya. Kita semua adalah bagian tubuh, yang satu sama lain nya saling menopang, membantu dan berjejaring demi bergeraknya tubuh yang ideal (Indonesia) untuk bergerak MELUNASI JANJI KEMERDEKAAN.
Gerakan literasi yang sejati pasti mengabdi pada rakjat, bukan mendidik untuk dikirim menjadi tukang korporasi yang terus melanggengkan ketimpangan dan penindasan. LONG LIFE LITERACY MOVEMENT..!!

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK