Saturday, June 6, 2015

Kisah Perjalanan Anak Negeri Bersama Ayah

Oleh: Hanapi



            Suara lantunan kalimat Tauhid sangat terdengar di telingaku, ketika Ayah membaca ayat-ayat suci Illahi, aku terbangun dari tidurku, aku melihat jam tanganku menunjukkan jam 5:00 subuh, angin kencang berlari, dalam tidurku tadi, aku merasa mimpi-mimpi itu seolah-olah nyata hadir dalam dunia ini, aku melihat hamparan tanah yang hijau, disi dengan tumbuhan-tumbuhan yang indah, padi yang mulai menguning, air sungai yang mengalir dengan tenang, oh tidak… waktu terus berjalan, aku melangkah keluar kamarku untuk menjalankan kewajiban sebagai seorang khalifah Tuhan, aku melangkah dengan perlahan, butiran-butiran embun pagi mulai beterbangan diluar sana, mungkin ini hanya perasaan saja, aku melihat Ayah yang sedang asyik kenikmatan yang tak terhingga, lantunan kalimat itu membuat cahaya-cahaya melingkar disekelilingnya, dingin air wudhupun terasa, aku bertauhid dan melaksanakan perintah Sang Khalik, ucapan salam telah aku kumandangkan yang menunjukkan sholat telah selesai, aku membaca doa dan wirid-wirid ulama terbaik dalam islam, Imam Al-Ghazali salah satunya, hatiku yang gersang seolah-olah disirami air yang bersih disertai emas-emas permata, inilah keniscayaan Tuhan atas ketakwaan manusia, itulah pikirku ketika itu.

            Setelah doa selesai, Ayah memanggilku dengan nada yang halus yang menundukkan kerasnya batu sekalipun, Nak Kata, Ayahku, Hari Ayah ingin mengajakmu melihat kekayaan yang ada di negeri jambi ini, bukan hanya kekayaan peninggalan kitab-kitab luhur nak, tapi negeri kita mempunyai kekayaan alam yang sangat berlimpah, kata Ayah, hatiku sangat senang, bibirku tak mampu berkata, Aku hanya menjawab, ya Ayah, aku sangat ingin tahu tentang kekayaan negeri ini tapi maukah Ayah menceritakan tentang kekayaan negeri “pusaka betuah” ini ayah, kataku, Ayah hanya tersenyum mendengar kalimatku, Ia langsung menceritakan bahwa negeri jambi merupakan wilayah bagian indonesia, indonesia adalah Negara kita, yang memiliki wilayah yang sangat luas, kaya akan sumber daya alam, kaya akan budaya, dan rakyatnya multicultural nak, jambi salah satu wilayah bagian indonesia, di negeri jambi ini, rakyat hidup dengan kekuatan ekonomi, ekonomi rakyat karet dan sawit anakku, kata Ayah, aku membayangkan betapa luasnya indonesia.

            Bayangan itu terlintas dipikiranku, negeri yang kaya akan budaya seperti Ayah katakan, itu membuat aku semakin penasaran, tidak terasa pukul jam telah menunjukkan waktu 6:00, tiba-tiba Ibu memanggil aku dan Ayah untuk sarapan pagi, setelah sarapan ini Ayah akan mengajakku melihat kekayaan negeri ini, harumnya makanan Ibu sangat menyengat di hidungku, Nasi goreng adalah makanan kesukaanku, karena aku cinta pada masakan khas negeri, aku sekarang sudah kelas satu SLTP, jadi aku tahu mana produk asing dan produk dalam negeri, semua berkat Ayah dan Ibu yang mengenalkan kepadaku rasa cinta kepada produk sendiri terutama produk indonesia, makanan nasi goreng aku lahab dengan cepat, rasanya sangat nikmat, aku menambah satu piring lagi, Ibu dan Ayah hanya tertawa kecil melihat tingkahku seperti anak yang kelaparan, Ibu bertanya kepadaku, Apakah nanti Adi mau ikut Ayah pergi ke kebun, pertanyaan ini sangat membuat aku merasa senang sekali, aku hanya menjawab dengan senyuman dan kepala yang menunduk kepada Ibunda, makananpun habis aku sangat merasa kekenyangan, Ayah sudah selesai duluan, sekarang sibuk dibantu Ibunda mempersiapkan alat untuk dibawa dan makanan untuk dibawak dikebun nanti.

            Persiapanpun telah selesai, Ayah menyalakan motor crossnya, dengan suara-suara yang halus tidak seperti motor anak berandalan yang membuat orang jantungan di desa pendakian ini, aku membawa tas kecil yang di dalamnya ada bekal makanan untuk nanti bersama Ayah, aku berpamittan dengan Ibu dengan menyalami Ibuku, karena aku ingin menjadi anak yang sholeh, selalu patuh kepada Ayah dan Ibu, zaman sekarang, anak muda suka membangkang tidak bagiku, ah pikiranku ini, aku berangkat bersama Ayah, kamipun pergi berlalu meninggalkan Ibu dirumah, jalanan-jalanan umum ramai, mobil-mobil berlalu, matahari semakin berisinar dan berseri dengan kekuatan yang di dorong oleh Penguasa Alam ini, aku dan Ayah mulai memasuki lorongan jalan kecil, yang cukup becek, banyak berbantuan kecil, udara-udara segar mulai aku rasakan, Ayah dengan tetap fokus pada pandangannya, angin sangat sejuk disini, tidak seperti di kota-kota besar, aku melihat hamparan sawit yang luas, suara-suara burung yang mungil, indahnya alam indonesiaku ini, pikirku, motor kami melaju dengan sangat pelan, melewati jalan yang sangat jelek tidak seperti di kota-kota yang mulus, aku bersyukur disini suasananya sangat tenang dan menyenangkan, Ayah menghentikan motornya di depan sebuah pondok sederhana.

           Kamipun turun dari motor, Ayah mengajakku untuk melihat pohon kareta yang sangat luas, melihat cabe tumbuh dengan subur dan sangat segar, kata Ayah, Kami berjalan menyisiri tepi-tepi pohon yang indah ini, aku melihat ke-arah kiri terlihat sungai yang mengalir indah sekali, airnya jernih, aku sangat suka air yang indah ini, Ayah terus berjalan, Ia berhenti, sambil mengeluarkan alatnya untuk membersihkan rumput-rumput yang tumbuh sembarangan, aku hanya melihat cabai yang hijau ini tumbu dengan indahnya, tanah yang subur ini membuat tumbuhan tumbuh dengan cepat di negeri ini, tanah yang bisa menumbuhkan berbagai macam jenis tanaman, negeriku, engkau sangat indah, ingin aku bersyair untukmu, panasnya matahari tak terasa disini, pohon yang tinggi, membuat cuaca panas menjadi dingin, aku melantunkan syair-syairku untuk alam ini, Syair-syair Anak Negeri, Kataku.

Angin bertiup kearah yang ditentukan Sang Pencipta
Bumiku yang subur, itu karena kekuatan yang Mutlak ini,
Pohon tumbuh dengan segar, hewan menikmati keindahan ini,
Menusia menciptakan kebaikan bagi negeriku,

           Ayah hanya tertawa kecil melihat aku menbacakan Syair-syair untuk alam ini, aku sangat bangga pada negeri jambi ini, bangga pada indonesiaku, aku akan selalu membela bangsaku, demi terjaganya keindahan negeriku, inilah ungkapan yang tulus dalam hatiku sebagai Anak Negeri, tiba-tiba Ayah memanggilku, Ia memerintahkanku untuk menanam bibit rambutan, agar nanti bisa dinikmati oleh semua orang yang kesini, kata, Ayah, aku mengambil cangkul, aku cangkul tanah ini secara sekuat tenagaku, agar bibit jambu ini tumbuh subur dan bermanfaat untuk semua mahkluk, tanahpun selesai dicangkul, aku memasukkan bibit rambutan ini dengan disertai kalimat “Bismillahhiramanirohim” dan “Allahhuakbar” agar Tuhan memberkati alam bumi yang indah ini, memberikan kehidupan pada bibit rambutan ini, Ayah yang masih sibuk membersihkan rumput di dekat tanamannya, kicau-kicau burung Murai Batu sangat merdu terdengar, suaranya lantang sekali, aku melihat ia terbang dengan bulu-bulunya yang indah, akhirnya tugas ini selesai juga, menanam bibit rambutan, aku merasa kelelahan, keringat berkucur dikening dan leherku, aku merasa puas dan bahagia telah berhasil menanam bibit pohon ini, aku hanya melihat ayah dengan kerja yang cepat, Ia bekerja, aku mengambil air dalam tasku, air ini sangat menyegarkan tubuhku, Aku memanggil Ayah dan meminta izin untuk melihat sungai yang tenang disebelah sana, Ayah membolehkanku, dengan pesan jangan macam-macam dan bermain terlalu jauh, aku pergi kesungai melihat betapa jernihnya air ini, aku yakin ikan disini pasti banyak, berlimpah ruah, udang-udang kecil saling berjalan disana, aku melihatnya, indahnya alamku ini, bukan hanya subur alam negeri ini namun kaya, kaya akan apapun, kataku, aku kembali menghampiri Ayah, untuk mengajak Ayah melihat ini.

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK