Saturday, February 6, 2016

Taman Bacaan Masyarakat Kurang Kekinian

KARAWANG, KOMPAS — Program dan kegiatan di sebagian besar taman bacaan masyarakat masih sebatas urusan membaca buku, menggambar, atau kegiatan mendasar lain yang kurang kekinian. Hanya sedikit taman bacaan masyarakat yang melahirkan ide sekaligus mempraktikkan kegiatan-kegiatan kreatif inovatif sesuai budaya populer yang sedang tren dan sesuai kebutuhan masyarakat. 
Warga  memilih komik yang akan disewa di taman bacaan Pagilang, Jakarta. Pemilik taman bacaan kini harus bersaing dengan komik yang bisa diakses melalui internet. Meski demikian, masih banyak warga yang memilih meminjam buku di taman bacaan karena harga sewanya murah.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNGWarga memilih komik yang akan disewa di taman bacaan Pagilang, Jakarta. Pemilik taman bacaan kini harus bersaing dengan komik yang bisa diakses melalui internet. Meski demikian, masih banyak warga yang memilih meminjam buku di taman bacaan karena harga sewanya murah. 
Padahal, taman bacaan masyarakat yang lebih kekinian dalam artian mengikuti tren anak, remaja, atau orang dewasa yang sedang terjadi dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat pasti akan lebih bisa menarik minat masyarakat untuk ikut berpartisipasi di taman bacaan masyarakat (TBM). 
content
Ini mengemuka dalam diskusi-diskusi di Festival Indonesia Membaca 2015 yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Forum Taman Bacaan Masyarakat di Lapangan Karang Pawitan, Karawang, Jawa Barat. 
Presenter Inne Sudjono  membacakan cerita kepada anak-anak yang hadir dalam acara Festival Mendongeng di Perpustakaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Perpustakaan Cikini) di kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (10/10).  Kegiatan ini antara lain bertujuan menumbuhkan minat anak agar gemar membaca buku.
KOMPAS/YUNIADHI AGUNGPresenter Inne Sudjono membacakan cerita kepada anak-anak yang hadir dalam acara Festival Mendongeng di Perpustakaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Perpustakaan Cikini) di kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (10/10). Kegiatan ini antara lain bertujuan menumbuhkan minat anak agar gemar membaca buku.
Novelis Heri Hendrayana Harris yang lebih dikenal dengan nama pena Gola Gong menceritakan pengalamannya setelah berkeliling ke TBM di sejumlah daerah. Menurut dia, banyak TBM yang berjarak dengan budaya masyarakat tempat TBM itu berada. Budaya masyarakat setempat belum direspons sehingga program dan kegiatan kebanyakan TBM cenderung monoton. Pengelola TBM seharusnya mempunyai strategi yang progresif untuk memajukan minat baca. 
"Pengelola TBM harus terbuka, gaul, dan kreatif memasukkan budaya populer ke kegiatan. Kebudayaan bisa dikaitkan dengan literasi. TBM bisa jadi trendi kalau begitu, sekaligus bisa mendorong gerakan Indonesia membaca. Proses membaca pengelola TBM harus lebih maju dari warga belajarnya," kata Heri.

Iman Soleh dari Komunitas Celah Celah Langit menambahkan, TBM harus bisa melibatkan partisipasi aktif masyarakat di sekitarnya. Tidak perlu menggunakan program atau kegiatan yang muluk-muluk sehingga sulit dilakukan. Cukup kegiatan sederhana tetapi "memuliakan" orang-orang yang ada di sekitarnya. Selain itu, pengelola juga harus bisa dan berani membangun jaringan, baik dengan pemerintah dalam negeri maupun luar negeri, melalui perwakilan di Indonesia ataupun swasta seperti industri. "Jangan takut untuk mengetuk pintu siapa pun," ujarnya.
sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/10/24/Taman-Bacaan-Masyarakat-Kurang-Kekinian

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK