Friday, November 8, 2013

Arete, Sebuah Buku Filsafat Populer

Resensi Buku
Agustinus Setyo Wibowo, 2010, Arete : Hidup Sukses Menurut Platon, Yogyakarta : Kanisius.

Voltaire pernah berujar bahwa mempelajari filsafat bukan sebuah jalan untuk mengasihani kemalangan, tapi agar kemalangan tersebut menjadi hikmah. Pernyataan Voltaire tersebut adalah jawaban bagi pandangan yang menolak filsafat karena dianggap tidak memfasilitasi produktivitas.  

Sekarang muncul pertanyaan, Apakah filsafat memang tidak menyediakan tempat bagi hal-hal yang diyakini bukan bagian dari filsafat?. Pertanyaan ini juga sebenarnya harus dijawab dengan keyakinan bahwa setiap upaya mencari pengetahuan adalah tindakan filsafat, termasuk berpikir pragmatis. Bagaimanapun, filsafat adalah sebuah penghubung yang unik dan mempesona.

Agustinus Setyo Wibowo dalam Arete : Hidup Sukses Menurut Platon (2010)__yang akan disebut selanjutnya dengan Arete saja__paling tidak adalah sebuah karya filsafat popular yang sangat menarik. Alasannya pertama adalah bahwa penguasaan penulis, yang dapat disapa Romo Setyo terhadap materi filsafat, tidak meragukan. Kedua, adalah bahwa buku filsafat dengan gaya populer jarang yang benar-benar disiplin dengan kajian literatur, artinya sebuah karya dapat saja diklaim berdasarkan pada pemikiran salah seorang filsuf tapi metode riset yang digunakan terkadang tidak memadai untuk disebut “representasi”.

Arete membicarakan perkara-perkaran “hidup sukses” yang jika dalam bahasa Yunani disebut Arete. “keutamaan”, “Kesuksesan” adalah kata-kata yang terkandung dalam Arete. Sebagai buku filsafat populer, maksud buku ini adalah hendak menjelaskan perihal pandangan-pandangan platon tentang manusia dan bagaimana platon memandang cara-cara yang dapat ditempuh manusia untuk meraih “keutamaan”.

Dalam Arete, Setyo Wibowo mencoba menyajikan pemikiran Platon mengenai pentingnya “mendidik hasrat” atau dalam sebuah konsep dapat saja diistilahi dengan “Pendidikan Hasrat”. Menurut Platon, cara terbaik membangun masyarakat adalah dengan mendidik tiap-tiap individu dalam masyarakat untuk cenderung pada pandangan akan “keutamaan”, akan tetapi “keutamaan” ini memerlukan upaya mendidik hasrat (eros) agar cenderung pada hal-hal yang mulia.

Menarik untuk diikuti, Arete mungkin semacam buku petunjuk praktis, yang juga menyediakan ruang untuk merenung. Pembaca tidak sekedar mengikuti petunjuk sebagaimana yang ditemukan dalam bacaan lazim mengenai buku “panduan”. Dalam beberapa kasus, kita lebih sering menemukan buku-buku panduan yang tidak menyisakan ruang untuk memfasilitasi atau menjadi jembatan antara pengetahuan lokal nan personal pembaca dengan paradigma yang ditawarkan penulis. (Fauzan Anwar Sandiah)

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK