Monday, February 2, 2015

Batas-Batas



Oleh : Ramadi Zulhafdi (Pegiat RBK) 

Sebuah perjalanan yang panjang membutuhkan waktu untuk berfikir sejenak tentang langkah-langkah yang seharusnya dilakukan. Hal-hal tersebut memberikan sebuah pemikiran bagaimana seharusnya berimajinasi atas sebuah langkah yang akan diterapkan kedepan. Dalam konteks mencari sebuah jati diri, seseorang dapat dikatakan berhasil apabila ia mampu melewati rintangan yang menjadi titik balik atau berputar arah atau melawan arus dari sesuatu yang tidak dilakukan menjadi sebuah kewajiban yang bisa menuntut demi sebuah kebaikan dan perbaikan di dalam dirinya. Dari sudut pandang berbeda bahwa passion adalah sebuah ciptaan maha karya manusia yang telah ia temukan didalam hidupnya dalam mencari arti hidup sebenarnya. Menemukan the character of identity  merupakan sebuah proses yang amat pandang dalam mengenal diri sendiri. Sebuah kemampuan apabila seseorang telah mengetahui keahliannya di bidang tertentu bisa dikategorikan bahwa seseorang tersebut telah menemukan passion itu sendiri.


Manusia terdiri dari berbagai macam bangsa, bahasa, agama, suku, daerah, dan lain sebagainya sehingga menimbulkan keanekaragaman dalam menjalin kehidupan social dan interaksi social sesama umat manusia. Manusia memiliki sebuah akal yang berfungsi sebagai penuntun mencari sebuah solusi yang lebih baik didalam hidupnya. Manusia juga memerlukan bantuan orang lain dalam menjalankan roda kehidupan sebagai makhluk social, tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri dan melakukan kegiatan sendiri karena manusia pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan yang terbatas dalam segi apapun itu. Apabila kita melihat dari sudut pandang idealis bahwa manusia dikenal juga sebagai civil society yang hidup berkelompok, bekerja sama, berorganisasi, dan saling tolong-menolong.

Namun yang terlihat justru terbalik dengan yang seharusnya dilakukan, realitasnya masyarakat sekarang yang khususnya diperkotaan lebih menganut paham individualisme dan hal tersebut berdampak sampai ke perdesaaan. Hal ini menandakan bahwa pemahaman seperti ini sangat membahayakan apabila telah sampai kepada generasi-generasi berikutnya.

Dalam pandangan yang saya bayangkan bahwa, generasi sekarang merupakan penentu dari generasi-generasi selanjutnya. Apa yang kita pikirkan sekarang harusnya bisa ditransmisikan bagi keselamatan generasi selanjutnya. Manusia dalam dirinya memiliki akal serta indera yang dapat bersinergi untuk menciptakan segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, bahwa saya mengetahui pemikiran manusia bersifat utopis yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Pertanyaan sekarang, seberapa lamakah manusia bisa bertahan lama dalam melanjutkan hidup baik dalam memikirkan dirinya sendiri maupun generasi dimasa depan?

Pada konteks sekarang telah banyak berkembang teknologi yang bertujuan untuk mengeksploitasi sumber daya alam baik diatas permukaan tanah maupun didalam permukaan tanah. Dilandasi dengan pemikiran manusia yang utopis dan absurd membuat mereka selalu ingin mencari tahu apakah masih tersisa sumber-sumber kekayaan alam yang ada di setiap daerah, Negara, atau di seluruh penjuru dunia. Manusia serakah seperti ini sebut saja sebagai penganut paham capitalis, imperialis, atau kolonialis.

Dalam pandangan saya, mereka telah keluar dari jalur yang disebut dengan kebersamaan dalam artian saling memberi satu sama lainnya. Bahkan mereka telah melupakan diri sendiri demi menyembah sebuah benda mati yang secara materil akan terus berkurang dan hilang. Setelah ini semua berakhir, apa yang bisa dilihat dan dipakai atau digunakan oleh generasi selanjutnya? Tidakkah orang-orang seperti itu memikirkan dampak yang sangat beresiko bagi penghancuran alam semesta.

Kecanggihan teknologi yang dibawa oleh era modern dan era globalisasi ini, membuat bumi yang kita tinggali ini, apabila ia menjadi seorang manusia maka ia tidak tahan bahwa kuman yang tinggal didalam tubuhnya telah menggerogitinya seperti disiksa perlahan-lahan hingga mati dalam keputusasaan dan menyesal. Sangat tragis apabila kita melihat bumi yang di analogikan dalam konteks manusia, sebuah kuman yang hinggap didalam tubuh yang secara perlahan telah menghabiskan bagian tubuhnya satu persatu dan pada akhirnya akan jatuh dalam keadaan yang mengenaskan.

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK