Sunday, February 1, 2015

Sentilun Dari Aksi Diam RBK 25 Januari 2015

Oleh: Lek Malaka

Dalam Aksi Diam yang kami (baca: RBK) lakukan 25 Januari kemarin, sudah kami katakan dalam press release. Dukungan kami tidak tertuju pada KPK, atau POLRI. Kami, hanya membela suatu persoalan klasik yang begitu menggurita hingga saat ini, tiada lain; korupsi. Jadi beberapa pertanyaan pra dan pasca Aksi Diam RBK di nol KM kota Yogyakarta, misalnya; “isu KPK hanya isu elit politik”, “kalian tidak seharusnya ikut-ikutan dengan isu pelemahan KPK” dan “pelemahan KPK hanya pengalihan isu dari sejumlah agenda politik liberal Jokowi”, dan lain sebagainya kami pahami sebagai bentuk perhatian rekan-rekan terhadap kami. tetapi penting untuk kami ceritakan juga terkait aksi malam itu, bahwa isu “dukungan terhadap KPK” yang kami angkat bukanlah satu-satunya isu yang kami angkat.

Di RBK, sudah lumrah berbagai persoalan kami bahas. MP3EI, #JogjaAsat, Pengawasan Politik Lokal, Diskursus Sastra, Apotik Hidup, Gerakan Ekoliterasi, hingga gerakan voluntir 3 jam, teologi pembebasan, pendidikan yang membebaskan, dan banyak lagi perbicangan yang terjadi di RBK, semuanya kami bahas. Sama sekali tidak ada peringai laten di dalam aksi-aksi RBK. Kami hanya sesekali tampil di publik dalam rangka yang sederhana saja, yakni berdialektika dengan realitas kesadaran masyarakat di zaman sosial media. Kami tidak mengkaji isu melulu juga dengan pendekatan substansial, kadang-kadang kami juga pakai pendekatan strukturalisme yang bertolak pada bagaimana isu tidak berkaitan erat dengan maksud hakikat tetapi merupakan ekspresi yang terwujud dari pemaknaan yang berjejaring dengan makna yang lain.

Jadi, ketika orang bicara tentang #SaveKPK, itu bukan berarti KPK sebagai objek utama isu. Kata “KPK” berelasi dengan “harapan publik terhadap simbol perlawanan atas korupsi yang akut”. Aksi Diam yang kami lakukan di malam itu membuktikan hal tersebut. Tukang becak, ibu-ibu penjual baju hingga gudeg, merespon kami yang jalan dengan mengangkat poster-poster mendukung KPK dengan “dukung KPK!”, “bagus-bagus”, “ada poster ‘saya orang ngak jelas’ ngak mas?”. Waktu kami diam di nol KM, seorang perempuan di sepeda motor mengangkat jempol tinggi dan bersunggut “bagus-bagus, lawan!”. Beberapa pengendara memang acuh dengan aksi kami, tetapi banyak yang memberikan jempol.

Aksi Diam kami di malam itu juga memberikan hal yang menarik. Remaja-remaja yang sedang nongkrong di sekitar Benteng Vredeburg berebut ingin meminjam poster-poster dukungan terhadap KPK yang dibuat Mascu dan Indra, dua orang pengurus RBK. Remaja-remaja itu berebut berfoto dengan pose bak seorang demonstran modern, lengkap dengan pose “dua jari-peace”, atau pose-pose remaja “zaman saiki” menurut mbah-mbah”. Aktivis 98 mungkin akan tertawa kalau melihat pose-pose remaja itu.

Abdullah, seorang pengurus RBK yang menjadi kordinator Aksi Diam diwawancarai oleh mahasiswa Malaysia. Komentar mahasiswa Malayasia “gimana anda bikin macam begini?, menurut saya itu bikinan menarik. Apa yang hendak anda sampaikan?”. Abdullah yang diwawancarai malam itu menjelaskan panjang lebar tentang Aksi Diam RBK sebagai bentuk kampanye pegiat literasi terhadap pentingnya menjaga kewarasan di saat kasus-kasus korupsi semakin menggurita.   

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK