Saturday, June 11, 2016

Maklumat Masyarakat Literasi Bergerak atas ART|JOG 2016



Ada Apa dengan Art Jog 2016? Berikut maklumat kami sebagai masyarakat literasi bergerak yang terus menyuarakan kemerdekaan, keadilan, kemanusiaan, pro ekologi dan anti kekerasan, melihat kegiatan ART |JOG tahun 2016 ini dalam beberapa butir maklumat.

📋Menjaga medan seni rupa bersih dari lalu lintas kapital korporasi predator adalah satu-satunya cara mempertahankan otonomi seni. Keterlibatan Freeport Indonesia (PT. FI) sebagai partner medan seni rupa Art Jog 2016 patut dipandang sebagai ketakberhasilan refleksi dunia seni Indonesia menjaga otonominya. Kasus pelangggaran HAM, kasus pengrusakan lingkungan, serta eksploitasi alam yang dilakukan PT. FI harusnya menjadi pertimbangan penting mengapa seni tak boleh berintim dengan salah-satu wujud kapitalisme predator ini.

📋Praktik seni, adalah praktik menjaga harmonisasi antara manusia, alam, dan sesuatu yang disebut sebagai higher-being. Relasi dalam seni memang tak bisa dipungkiri melibatkan kelindan antara meta-kriya (rohani), energi, dan Industri. Seni yang digadai akan menjadi bukti bahwa seni tak punya raison d'etre. Maka seni yang diintimkan pada industri predator akan melegitimasi penumpahan darah manusia, dan pembunuhan alam.

📋ART|JOG 2016 yang disebut-sebut sebagai medan seni rupa terbesar di Asia Tenggara seharusnya menjadi cara memperlihatkan wajah seni Indonesia yang berdaulat. Sejak pertama kali diadakan pada tahun 2008 dengan inisiasi Heri Pemad yang dikenal sebagai "pengendus bakat seniman". Tampaknya, ART|JOG 2016 memaknai "Infinity in Flux" (tema Art| Jog pada tahun 2015) yang merayakan "peleburan" dalam internal karya seni, menjadi peleburan interaktif antara karya seni dan kapitalisme. IIF harusnya menjadi momen peleburan seni dan rakyat; melalui interaksi antara bahan, tema, dan indera. Bukan dengan sesuatu yang eksternal semacam korporasi. Pernyataan Bambang Witjaksono bahwa Art Jog 2016 "membicarakan kondisi dunia hari ini", maka mungkin saja maksudnya adalah kondisi tak terelakkan lagi masyarakat seni dan korporasi predator.

 ðŸ“‹hilangnya rasa malu bersanding antara seni dan korporasi jahat memperlihatkan wujud sebenarnya Art Jog 2016 yang kontradiktif;  pembebasan (perlu diketahui, Art Jog 2016 juga menyajikan lukisan realisme-sosialis Djoko Pekik) yang didukung oleh agen kekerasan (PT. FI). Ini kontradiksi yang mengacaukan akal sehat.

📋 Pelaksanaan pameran tentu membutuhkan dana itu jelas, namun yang pertama-tama tidak boleh dilupakan adalah keberpihakan seni terhadap hidup yang adil, hidup yang baik. Bukankah seni itu wujud dari keindahan hidup. Bagaimana mungkin keindahan hidup akan terwujud ketika ketidakadilan sedang terjadi.

📋seniman-seniman di dalam pameran tersebut mengungkapkan kritik atas persoalan hidup melalui seni. Ketidakadilan, krisis lingkungan, krisis kemanusiaan. Lalu pelaksanaan pemeran justru menggunakan alasan yang sangat pragmatis, dengan menerima kucuran dana dari perusahaan yang selama ini telah melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap masyarakat Papua. (Silakan dibaca di website Kontras)

📋 Ada problem lebih mendasar daripada pendanaan yaitu warna seni itu sendiri, keberpihakan para pekerja seni itu sendiri. Jika pekerja seni itu sensitif terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat secara nyata tentu mereka sejak mula akan memiliki sikap terhadap keterlibatan PT. Freeport Indonesia. Seni harus dipertahankan agar tidak menjadi elitis dan tercerabut dari akar kebudayaan rakyat.

📋 ada tersedia sumber Dana dari Dana Keistimewaan di DIY yang melimpah seharusnya dapat menyelamatkan marwah serta martabat seni dari banalitas korporasi yang terus melakukan pencitraan dengan halalkan segala cara.

Demikian maklumat ini, semoga bisa menjadi tolak balak atas kerusakan iman kita pada kesenian dan kebudayaan.

Salam Literasi untuk semesta alam.

Yogyakarta, 11 Juni 2016 bertepatan dengan 6 RAMADHAN 1437H

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK