Tuesday, October 2, 2012

Fiqh Gerakan Iqro’ (1)

Oleh : David Efendi
Direktur Rumah Baca Komunitas (RBK)


Dalam hal ini fiqh diartikan sebagai landasan hukum yang memberikan justifikasi tentang pentingnya implementasi wahyu pertama dalam al-qur-an yaitu perintah membaca yang terkandung dalam al-qur-an surat al-alaq (1-5). Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kekuatan spiritual dalam upaya memberantas kebodohan, penindasan, dan ketidakadilan yang disebabkan oleh lemahnya tradisi membaca dalam kehidupan sehari-hari. Kelemahan ini telah dimanfaatkan oleh penjajah, kapitalis untuk meraup banyak keuntungan. Masyarakat yang tidak well informed memang cenderung menjadi korban pasar bebas, pembangunan dan modernitas. Situasi anak bangsa yang demikian dengan apik digambarkan oleh Sukarno yaitu bangsa kuli dan kuli atas bangsa-bangsa dengan mentalitas inlander atau oleh Emha Ainun Nadjib dengan sangat dramatis ‘menjadi gelandangan di negeri sendiri’. Kita bisa tengok apa yang terjadi pada TKI/W beberapa tahun terakhir ini.

Setidaknya ada 3 landasan hukum yang sangat kuat terkait pentingnya gerakan membaca sebagai gerakan nasional untuk menyelamatkan masa depan rakyat sebagai sebuah bangsa besar. Pertama adalah surat al-alaq terkait kewajiban membaca bagi manusia dan sumber pengetahuan. Kedua adalah surat al qalam tentang ilmu pengetahuan dan bacaan, dan ketiga adalah surat tentang derajat orang yang berilmu(tradisi membaca-belajar). Berikut kita akan kupas beberapa tafsir terkait tiga bagian ayat tersebut.

Tafsir Al-Alaq (1-5)

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta” (ayat 1) Dalam suku pertama saja, yaitu "bacalah", telah terbuka kepentingan pertama di dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi s.a.w. disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada beliau itu di atas nama Allah, Tuhan yang telah mencipta. Yaitu "Menciptakan manusia dari segumpal darah." (ayat 2). Yaitu peringkat yang kedua sesudah nuthfah, yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki dengan mani si perempuan, yang setelah 40 hari lamanya, air itu telah menjelma jadi segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma pula setelah melalui 40 hari, menjadi segumpal daging (Mudhghah).

Nabi bukanlah seorang yang pandai membaca. Beliau adalah ummi, yang boleh diartikan buta huruf, tidak pandai menulis dan tidak pula pandai membaca yang tertulis. Tetapi Jibril mendesaknya juga sampai tiga kali supaya dia membaca. Meskipun dia tidak pandai menulis, namun ayat-ayat itu akan dibawa langsung oleh Jibril kepadanya, diajarkan, sehingga dia dapat menghapalnya di luar kepala, dengan sebab itu akan dapatlah dia membacanya. Tuhan Allah yang menciptakan semuanya. Rasul yang tak pandai menulis dan membaca itu akan pandai kelak membaca ayatayat yang diturunkan kepadanya. Sehingga bilamana wahyu-wahyu itu telah turun kelak, dia akan diberi nama al-Quran. Dan al-Quran itu pun artinya ialah bacaan. Seakan-akan Tuhan berfirman: "Bacalah, atas qudratKu dan iradatKu."

Syaikh Muhammad Abduh di dalam Tafsir Juzu" Ammanya menerangkan; `Yaitu Allah yang Maha Kuasa menjadikan manusia daripada air mani, menjelma jadi darah segumpal, kemudian jadi manusia penuh, niscaya kuasa pula menimbulkan kesanggupan membaca pada seorang yang selama ini dikenal ummi, tak pandai membaca dan menulis. Maka jika kita selidiki isi Hadis yang menerangkan bahwa tiga kali Nabi disuruh membaca, tiga kali pula beliau menjawab secara jujur bahwa beliau tidak pandai membaca, tiga kali pula Jibril memeluknya keras-keras, buat meyakinkan baginya bahwa sejak saat itu kesanggupan membaca itu sudah ada padanya, apatah lagi dia adalah aI-Insan al-Kamil, manusia sempurna. Banyak lagi yang akan dibacanya di belakang hari. Yang penting harus diketahuinya ialah bahwa dasar segala yang akan dibacanya itu kelak tidak lain ialah dengan nama Allah jua.

"Bacalah! Dan Tuhan engkau itu adalah Maha Mulia." (ayat 3). Setelah di ayat yang pertama beliau disuruh membaca di atas nama Allah yang menciptakan insan dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruhnya membaca di atas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah Allah Yang Maha Mulia, Maha Dermawan, Maha Kasih dan Sayang kepada makhlukNya; "Dia yang mengajarkan dengan qalam." (ayat 4). Itulah keistimewaan Tuhan itu lagi. Itulah kemuliaanNya yang tertinggi. Yaitu diajarkanNya kepada manusia berbagai ilmu, dibukaNya berbagai rahasia, diserahkanNya berbagai kunci untuk pembukaperbendaharaan Allah, yaitu dengan qalam. Dengan pena! Di samping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan pula bahwa dengan pena ilmu pengetahuan dapat dicatat. Pena adalah beku dan kaku, tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia "Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu." (ayat 5).

Lebih dahulu Allah Ta'ala mengajar manusia mempergunakan qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh Allahkepadanya, sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru didapatnya itu dengan qalam yang telah ada dalam tangannya;

"llmu pengetahuan adalah laksana binatang buruan dan penulisan adalah tali pengikat buruan itu. Oleh sebab itu ikatlah buruanmu dengan tali yang teguh."

Maka di dalan susunan kelima ayat ini, sebagai ayat mula-mula turun kita menampak dengan kata-kata singkat Tuhan telah menerangkan asal-usul kejadian seluruh manusia yang semuanya sama, yaitu daripada segumpal darah, yang berasal dan segumpal mani. Dan segumpal mani itu berasal dari saringan halus makanan manusia yang diambil dari bumi. Yaitu dari hormon, kalori, vitamin dan berbagai zat yang lain, yang semua diambil dari bumi yang semuanya ada dalam sayuran, buah-buahan makanan pokok dan daging. Kemudian itu manusia bertambah besar dan dewasa. Yang terpenting alat untuk menghubungkan dirinya dengan manusia yang sekitamya ialah kesanggupan berkata-kata dengan lidah, sebagai sambungan dari apa yang terasa dalam hatinya. Kemudian bertambah juga kecerdasannya, maka diberikan pulalah kepandaian menulis.

Di dalam ayat yang mula turun ini telah jelas penilaian yang tertinggi kepada kepandaian membaca dan menulis. Berkata Syaikh Muhammad Abduh dalam tafsirnya: "Tidak didapat kata-kata yang lebih mendalam dan alasan yang lebih sempurna daripada ayat ini di dalam menyatakan kepentingan membaca dan menulis ilmu pengetahuan dalam segala cabang dan bahagiannya. Dengan itu mula dibuka segala wahyu yang akan turun di belakang. Maka kalau kaum Muslimin tidak mendapat petunjuk dengan ayat ini dan tidak mereka perhatikan jalan-jalan buat maju, merobek segala selubung pembungkus yang menutup penglihatan mereka selama ini terhadap ilmu pengetahuan, atau merampalkan pintu yang selama ini terkunci sehingga mereka terkurung dalam bilik gelap, sebab dikunci erat-erat oleh pemuka-pemuka mereka sampai mereka merabaraba dalam kegelapan bodoh, dan kalau ayat pembukaan wahyu ini tidak menggetarkan hati mereka, maka tidaklah mereka akan bangun lagi selama-lamanya."

Ar-Razi menguraikan dalam tafsirnya, bahwa pada dua ayat pertama disuruh membaca di atas nama Tuhan yang telah mencipta, adalah mengandung qudrat, dan hikmat dan ilmu dan rahmat. Semuanya adalah sifat Tuhan. Dan pada ayat yang seterusnya seketika Tuhan menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau pena, adalah suatu isyarat bahwa ada juga di antara hukum itu yang tertulis, yang tidak dapat difahamkan kalau tidak didengarkan dengan seksama. Maka pada dua ayat pertama memperlihatkan rahasia Rububiyah, rahasia Ketuhanan. Dan di tiga ayat sesudahnya mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabian. Dan siapa Tuhan itu tidaklah akan dikenal kalau bukan dengan perantaraan Nubuwwat, dan nubuwwat itu sendiri pun tidaklah akan ada, kalau tidak dengan kehendak Tuhan.

Tafsir Surat Al-Qalam (ayat 1)

Surat ini mempunyai ketarkaitan yang sangat erat dengan surat al-alaq sebagaimana penjelasan di atas. Huruf nuun diartikan sebagai tinta sebagimana tafsir Ibnu Abbas, Qatadah, dan Hasan. Menurut Quraish Shihab ayat ini diartikan sebagai sumpah dari Allah dan peringatan bagi hamba-hamba-Nya tentang nikmat yang telah diberikan kepada manusia berupa pengajaran menulis, yang menjadi wasilah untuk mendapatkan berbagai macam ilmu. “apa yang mereka tulis” adalah berbagai jenis ilmu yang sudah diajarkan oleh Allah kepada manusia dan pena itu sendiri adalah mahkluk Allah yang pertama kali diciptakan sebagaimana hadis rasullullah: “yang pertama kali diciptakan Allah adalah kalam…”

Tafsir surat Al-Mujadalah ayat 11

Ayat ini memberikan penghargaan (reward) yang sangat luar biasa bagi pecinta buku (pengajar ilmu) sebagimana dilakukan oleh penggerak dan pegiat gerakan membaca. Jadi, ibadah yang dianggap kurang popular ini ternyata mendapatkan tempat tersendiri sebagiamana arti dari ayat ini: “Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan berllmu pengetahuan beberapa derajat…”

Ayat tersebut diatas pasti tertuju kepada manusia-manusia mulia yang mau mengkampanyekan pentingnya ilmu dan kewajiban membaca sehingga kita tidak perlu GR lagi karena memang faktanya kita mempunyai tempat mulia di sisi Allah Swt. Hal ini sangat masuk akal manakalah peran ummat islam satu abad terakhir terpinggirkan oleh hegemoni dan dominasi peradaban ‘Barat” yang sekuler dan phobia terhadap Islam walau fakta tidak dapat dihindari jika pengetahuan mereka justru berasal dari peradaban Islam pada masa golden age-nya (sekitar abad ke-8). Peradaban Ilmu Barat tidak dapat dibuktikan mempunyai akar geneologis yang valid dari mana sumber ilmu pengetahuan, paradigma, dan orientasinya.

Statement Penutup

Bahwa untuk kembali merebut kejayaan Islam dibutuhkan kerja keras berkali-kali lipat serta mampu mengimplementasikan kerja cerdas dan kreatif dalam menelaah dan memperbarui khazanah pengetahuan yang telah lama ditinggalkan. Salah satu contoh adalah menurunnya minat membaca (belajar) secara sungguh-sungguh di antara ummat Islam, bangsa Indonesia sehingga menikmati saja menjadi konsumen dan pelayan bagi kapitalis dunia dan ideologi sekuler. Kenaifan lainnya adalah gampangnya terprovokasi oleh kedunguan negara-negara barat yang sekian lama telah mengeksploitasi energi ummat Islam.

Dalam kontexs yang lebih spesifik, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang disegani apabila masyarakatnya melek huruf (tidak sekedar melek huruf) yaitu kemampuan menggali nilai-nilai kebudayaan sendiri dan kritis atas peradaban unggul yang mungkin berasal dari belahan dunia lain baik melalui proses pembelajaran texstual maupun pembacaan terhadap realitas. Tidak mungkin kita bisa bergerak maju dengan meninggalkan tradisi ilmu (membaca). Jadi mari kita mulai berbenah dengan secara diam-diam atau secara terang-terangan, secara sendiri-sendiri atau berjamaah mengakui bahwa gerakan membaca adalah mutlak perintah suci dari Allah Swt.

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK