Saturday, October 27, 2012

Sumpah Pemuda dan Agenda Mendesak Bangsa

Oleh : David Efendi
Direktur Rumah Baca Komunitas


Banyak fakta selama ini menunjukkan kepada kita bahwa bangsa ini gemar dengan ritual atau kegiatan seremonial. Sumpah pemuda yang biasa diperingati setiap pada tanggal 28 Oktober juga tidak bisa lepas dari kebiasaan seremonial dimana tanggal tersebut dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, festival, lomba, dan sebagainya. Tujuannya adalah ingin mengenang militansi pemuda-pemuda pada generasi 1928-an yang telah berhasil mengobarkan semangat nasionalisme menjadi upaya merebut kemerdekaan bangsa. Tujuan yang teramat mulia itu sering didangkalkan dengan rutinitas tanpa subtansi. Buktinya, banyak anak-anak muda yang terjun di dunia politik, birokrasi, dan swasta yang mempunyai bermental inlander. Anak-anak muda yang cuek dengan masa depan bangsa dan beberapa mereka terlibat korupsi.

Autokritik pemuda itu mutlak dilakukan untuk perbaikan bangsa yang carut marut ini. Keberanian mengkritik diri sendiri bahwa pemuda masih perlu banyak berbenah dan bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan bangsa dari bangsa-bangsa lain. Kritik itu harus dilakukan secara individual dan kelembagaan. Apa yang kita butuhkan adalah memberikan karakter dan kepribadian yang kuat bagi diri kita dan komunitas kita. Dengan karakter kebangsaan tentu saja akan mampu memompa spirit perjuangan dalam segala bidang kehidupan.Bangsa yang kuat itu digambarkan dengan jelas oleh Sukarno dalam konsep trisakti: Berdikari dalam ekonomi, berdaulat dalam pemerintahan, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Daya saing suatu bangsa sangatlah banyak dipengaruhi oleh kemampuan, kreatifitas, dan inofasi yang diprakarsai anak muda. Sukarno pernah bilang bahwa untuk mengguncang dunia hanya diperlukan 10 pemuda saja. Artinya, kita sekarang punya jutaan pemuda punya 277.298 organisasi pemuda ( Data kemenpora, Republika 27 Okt 2012), dan kita sebenarnya tinggal hanya bergerak bersama. Untuk bergerak bersama inilah kita perlu platform bersama yang mampu mempersatukan kita. Perbedaan akhirnya hanya menjadi warna dan bukan ancaman bagi integritas anak bangsa.

Setidaknya ada tiga agenda mendesak bangsa yang dapat kita lakukan untuk memberikan gizi dan subtansi peringatan sumpah pemuda tahun ini yaitu tiga manifestasi jihad pemuda. Pertama, pemuda berjihad melawan narkoba. Kedua, Pemuda jihad melawan korupsi, dan terakhir Pemuda berjihad melawan tragedi nol baca.
Dari ketiga agenda mendesak bangsa itu dapat kita jelaskan. Pertama, Jihad melawan narkoba. Ada 3,81 juta pengguna narkoba di tahun 2011 (BNN, 2011). Sampai tahun 2012 pengguna narkoba di Indonesia mencapai 5 juta orang (kompas, 12 April 2012) artinya negara kita dalam keadaan darurat narkoba. Bencana ini sebagian besar menyerang kaum muda. Dengan terjerak persoalan narkoba akan mengarah kepada pergaulan bebas dan ujungnya HIV/AIDS menjangkiti anak bangsa. Sampai tahun 2012 setidaknya 270 ribu kasus HIV dan nampaknya mengalami kenaikan terus dari tahun ke tahun. Pada 2006, angka kasus infeksi HIV dari hubungan seks berisiko mencapai 38 persen dari jumlah keseluruhan. Namun, pada pertengahan 2011, angka itu meningkat menjadi 76 persen (Tempo, 23 Juli 2012).

Bencana ini akan merusak generasi sehingga bangsa ini akan kesulitan mencari pemimpin yang mempunyai karakter kebangsaan dalam bidang politik, wirausaha, dan agama. Ketiga bidang ini sangat terancam oleh endemik narkoba.

Kedua, Jihad Melawan Korupsi. Apa yang salah dari kasus maraknya praktik korupsi adalah runtuhnya keteladanan anak muda. Semakin banyak korupsi melahirkan banyak generasi muda frustasi yang diekpresikan dengan caranya sendiri seperti narkoba, sekx bebas, tawuran dan sebagainya. Frekuensi kasus-kasus itu sebanding dengan menggilanya kasus korupsi di Indonesia. Karakter leadership dalam kehidupab berbangsa seolah dilululantakkan oleh perilaku elit politik dan pengusaha nakal sehingga apa yang dikatakan Profesor Syafii Maarif itu menemukan pembenaran bahwa "kerusakan bangsa ini nyaris sempurna."

Akibat KKN (korupsi, kolusi, dna nepotisme) ini banyak anak-anak muda kehilangan peluang untuk berbisnis lantaran akses keuangan/modal tidak dapat diperoleh dengan mudah tanpa melakukan kalikong dengan lembaga keuangan atau tanpa melalui koneksi gelap dengan pengambil kebijakan. Tidak adanya mekanisme yang fair/jujur ini juga menghanguskan semangat inofasi dan kreatifitas anak-anak muda. Makanya benar, bahwa korupsi telah menyumbang kemiskinan dan penderitaan anak bangsa baik secara lahir maupun batin, fisik maupun mentalitas. Mentalitas yang berkembang di era 'koruptrokrasi' (negara koruptor) hanyalah mentalitas menerabas, egois, mau menang sendiri. Dalam hal bisnis yang berkembang adalah upaya mendapatkan lama maksimal dengan modal dengkul.

Terakhir, jihad melawan 'tragedi nol baca". istilah tragedi ini meminjam taufik Ismail yang disimpulkan dari hasil penelitiannya pada tahun 2003 yang menunjukkan bahwa anak-anak SMA di Indonesia tidak membaca 1 buku pun karya sastra di sekolah. Hal ini jauh tertinggal dari negara-negara lain di dunia.Kemiskinan membaca ini memberi kontribusi rendahnya daya saing bangsa. Karena rendahnya peringkat angka melek baca ini juga menyebabkan tingginya plagiasi di dunia pendidikan baik dilakukan oleh peserta didik (siswa) atau pendidik (guru atau dosen).

Melek baca merupakan satu tahap lebih maju dari melek huruf. Melek baca artinya masyarakat menggunakan kemampuan membaca dan menulis untuk mengakses informasi baik dari media cetak, elektronik, buku untuk kegiatan yang produktif. Dengan demikian, kemampuan itu akan mampu merebut keuntungan dari era informasi dan pasar bebas yang sedang bergulir di bumi ini. Tetapi angka minat baca di Indonesia masih relatif lebih rendah dibanding Malaysia dan Vietnam. Membaca itu penting lantaran fungsi penyadaran, pembelaan dan pemberdayaan. Pembaca yang sukses artinya mampu mencerahkan dirinya dan mampu membantu orang lain untuk menemukan jalan keluar dari kesulitan akibat ketidaktahuannya. Dengan demikian orang yang melek buku akan mempunyai potensi memberdayakan masyarakat lebih besar.

Di Indonesia, kira-kira satu buku dibaca 80.000 orang (kompas, Februari 2012). Hal ini dengan perhitungan pada tahun 2011 dimana setahun diproduksi buku sebanyak 20.000 judul dengan perbandingan jumlah penduduk yang sangat besar di Indonesia. Mungkin jumlah buku lebih besar di Indonesia dibanding dua negara tersebut tetapi jika dibagi rata jumlah penduduk kita masih kalah. Anak-anak muda terutama pelajar mengalokasikan waktu dan uang lebih besar untuk kegiatan hiburan, kuliner, dan komunikasi (internet, hp, pulsa) ketimbang membeli buku sebagaimana haisl survey KR di Yogyakarta hanya 5% dari uang mahasiswa untuk membeli buku.

Dari ketiga agenda 'jihad' pemuda itu dapat disimpulkan bahwa jihad melawan narkoba artinya kita memperbaiki fisik bangsa dengan mengobati bagian yang sakit dan menyiapkan fisik yang lebih prima, jihad melawan buta baca artinya kita berupaya mengisi otak bangsa dengan pengetahuan dan jihad melawan korupsi artinya kita menyiapkan mesin pemerintahan yang lebih baik, stabil, kuat, dan gesit sehingga mempercepat pembangunan bangsa secara lebih sistematis. Inilah arti subtansi peringatan sumpah pemuda itu dan ini juga harus menjadi agenda mendesak bangsa.

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK