Saturday, October 27, 2012

Militansi dalam Gerakan Iqro’

Oleh : David Efendi
Direktur Rumah Baca Komunitas


Pernah terbayang bahwa suatu saat orang-orang meyakini bahwa kempanye gerakan membaca adalah bagian dari jihad fii sabilillah. Artinya, jihad dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi perintah pertama Allah yaitu IQRO!. Membumikan bacaan dan ilmu pengetahuan sebagai bagian tak terpisahkan kehidupan masyarakat Islam yang sekian lama terpuruk, atau di tengah masyarakat Indonesia yang terombang-ombing dan menjadi korban dari persekongkolan antara pasar kapitalisme dan negara yang korup.

Dari nilai-nilai islam itulah militansi harus ditumbuhkan. Setidaknya landasan naqliyah atau wahyu ilahi tentang pentingnya membaca dan belajar sudah tidak diragukan lagi hanya implementasi perlu revitalisasi. Surat al alaq, surat al qalam, dan sebagainya yang pada intinya sangat menghargai terhadap orang-orang yang mau belajar, dan berilmu seperti halnya penghargaan atas orang-orang sholeh yang beriman.

 Militansi dapat dibangun dari beberapa aspek mulai dari internal maupun eksternal. Dalam internal, militansi ditumbuhkan dari keyakinan dasar atas wahyu Allah dalam al quran sehingga gerakan membaca itu adalah menjadi bagian ibadah. Keyakinan itu ditumbuhkembangkan dalam alam pikiran dan nurani yang seiring dan sebangun dengan rasa iman itu sendiri. Jadi sekf-motivation factor ini menjadi alat yang efektif untuk membentuk militansi aktifis pelajar.

Kedua, aspek pemberdayaan diri artinya kita terlibat dalam gerakan kampanye membaca atau gerakan melek-baca itu juga merupakan cara kita memberdayakan diri sendiri. Dengan berdekatan dengan buku kita akan terpacu untuk membaca. Dengan membaca kita menambah pengetahuan dan terhindar dari kebodohan akibat kurang pengalaman dan wawasan. Lebih hebat lagi manakalah kita berdaya dan mampu membantu orang lain lebih berdaya baik secara intelektual, ekonomi, maupun politik-kebudayaan. Dengan demikian karakter masyarakat akan lebih tangguh untuk menghadapi arus globalisasi dan perubahan sosial.

Terakhir, adalah aspek eksternal yang meliputi situasi sosial di sekitar kita. Apabila kita salah mengambil komunitas tentu kita akan mengalami disorientasi dalam upaya gerakan membaca. Lingkungan yang kondusif untuk  memelihara semangat, kedekatan dengan buku adalah sangat besar pengaruhnya untuk menjadi kekuatan   para pelaku/pengerak gerakan membaca.

Jika sudah ada organisasi yang menaungi, sebenarnya spirit itu sudah terinstitusionalisasi namun hal ini belum cukup tanpa aspek spiritual yang mampu menjadikan seseorang termotivasi dari dalam. Aspek spiritual dna sosial itu wajib hadir dalam bangunan yang saling menopang sehingga militansi itu tidak saja menjadi ide yang diawang-awang tetapi menjadi kenyataan sosial dengan langka-langka kreatif dan progresif untuk mewujudkan bangsa yang tangguh!

Onggobayan, Kasihan, 19 Oktober 2012 jam 11.00 wib

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK