Saturday, October 27, 2012

Hapus PR, Ganti Membaca..

Oleh : David Efendi
Direktur Rumah Baca Komunitas


Belum lama ini diberitakan di beberapa media nasional di Indonesia jika pemerintah Jerman melarang keras sekolah memberikan pekerjaan rumah untuk sekolah dasar karena hal ini dianggap merampas hak-hak anak untuk bermain dan waktu untuk sosialisasi di masyarakat (Koran tempo, 12 September 2012). Di Indonesia sebenarnya juga sudah ada, mislanya sekolah Budi Mulia di Yogyakarta juga tidak memberikan pekerjaan rumah untuk siswa kelas 4 sampai kelas 6 SD. Hal ini dianggap efektif untuk mengurangi stress dan menjadikan anak-anak fresh setiap datang ke sekolah tanpa harus berkerut akibat belum mengerjakan tugas rumah (home works) yang dibebankan oleh guru kelas atau mata pelajaran.

 Apa yang tejadi di Jerman dan Budi Mulia sangat layak dijadikan model pelaksanaan system pendidikan nasional di Indonesia. Hal ini perlu lantaran kewajiban mengerjakan PR itu sendiri menjadi momok, menjadikan siswa lebih banyak mengeluh dan stress dari pada termotivasi untuk terus belajar dengan suasana enjoy dan fun (senang). Hal ini tidak hanya terjadi di sekolah dasar tetapi di sekolah menengah juga snagat membebani pelajar sehingga mereka harus mengikuti les atau private untuk mengejar ketertinggalan.

 Anehnya, bukan hanya siswa yang bersangkutan yang khawatir tetapi orang tua juga harus banting tulang untuk membantu anak-anaknya agar tidak tertinggal pelajaran. Bagi kelas ekonomi menengah ke atas tentu bukan masalah harus mengeluarkan lebih banyak biaya tetapi bagi kalangan bawah akan menjadi korban dari ketakutan dan terror mata pelajaran atau PR.

 Harus ada solusi, bangsa ini tidak hanya bangkit dengan penguasaan berbagai mata pelajaran yang seabrek tetapi perlu kompetensi sehinga yang tidak senang dengan matematika tidak perlu dipaksa untuk mendapatkan nilai 9 tetapi potensi meraka harus dikembangkan sebagaimana yang ada.

 Salah satu kegiatan yang diharapkan membantu anak-anak bisa senang adalah dengan mengisi waktu luang di rumah dengan membaca buku. Buku yang ringan dan inspiratif serta kesempatan mengunjungi toko buku dan atau pameran buku. Kegiatan yang menyenangkan dan berdekatan speutar kegiatan membaca akan lambat laut menjadikan anak-anak ingin belajar lantaran banyak hal yang dibaca dan ternyata pula banyak hal yang belum diketahui secara lebih detail.

 Jadi, kewajiban membaca ini dapat menggeser tugas berat pekerjaan rumah dari guru sehingga suasana menyenangkan itu menjadi kegiatan rutin apalagi aktifitas membaca itu diapresiasi oleh guru dan dapat saling bercerita secara sukarela apa yang sudah dibaca selama weekend atau di rumah. Kegiatan lain pun dengan mudah akan menampung kreatifitas anak mislanya penggalakan madding, majalah sekolah, bulletin, dan seterusnya. Semua itu dapat dijadikan saluran energy dan potensi anak didik tanpa merasa terbebani dan stress.

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK