Friday, October 9, 2015

Kecerdasan Ekologis

David Efendi, Pegiat Literasi di RBK

Menurut hemat penulis, kecerdasan kewargaan ( Yudi Latif, 2015) harus dilengkapi dengan kecerdasan ekologis di dalamnya yaitu level kepiawaian manusia menyikapi perubahan lingkungan (changing ecology lanscap) sehingga ditemukan formula interaksi manusia dengan alam yang ramah, damai, sustainable. Asap yang menjadikan duka nasional itu adalah ekspresi alam yang sedang papa tanpa orang tua asuh. Hidup dikelilingi mafia dan pemburu rente.
Dalam obrolan ringan ini penulis membedakan tipologi manusia yang mempunyai kecerdasan ekologis ke dalam empat jenis kategori: eksploitors, emansipators, transformer, reformer, dan firefighter. Tentu ini hanyalah suatu cara memahami manusia berdasarkan subyektifitas penulis.
Pertama adalah tipe Exploitors. Kelompok ini hobinya mengambil dari alam tak mau memberi jadi hanya berhasrat dan melakukan pemerkosaan terhadap alam untuk mencukupi nafsu kepuasan dan dalam rangkah akumulasi kapital.
Kedua adalah tipologi yang disebut Emansipator. Salah satu agenda aksinya adalah kampanye untuk pelestarian alam hutan baik secara individu maupun kolektif, dengan atau tanpa dana pemerintahan, funding asing.
Ketiga merupakan Transformer yang hobinya ingin mengubah fungsi lingkungan dan sumberdaya alam atas nama pembangunan dan digunakan untuk pelayanan terhadap pasar baik dalam maupun luar negeri (global). Salah satu latar belakangnya adalah paradigma perdagangan internasional yang menempatkan indonesia sebagai negara penyangga atau wilayah desa atau sub urban bagi dunia untuk memenuhi keserakahan bagi kebutuhan primer dunia
Keempat, manusia dengan tipe keerdasan "reformer" yang berusaha dan melakukan pembaharuan tata kelola lingkungan yang inovatif tanpa merusak siklus dan karakteristik lingkungan alami. Misalnya, bagaimana manusia kota bersepakat untuk membuka ruang terbuka hijau, mengelola sampah, memastikan cadangan air tanah dan antisipasi terhadap beragam kerusakan sungai dan struktur ekologis lainnya. Sebuah koran berbasis di jakarta melaporkan adanya bahaya defisit air baku di jakarta yang disebabkan pencemaran sungai (harian nasional, 9 okt 2015). Walhi mensinyalir pada tahun 2023 jakarta defisit air bersih lebih dari 13 ribu liter per detik. Ini juga akan terjadi di kota lain atau daerah lain yang terdapat pabrik tambang. Situasi dramatik sebagai tragedi publik akan semakin gampang ditemui.
Terakhir, tipe Fire fighter. kalau alam dah rusak baru mencoba memperbaiki persis seperti petugas pemadan kebakaran. Tentu mencegah kerusakan jauh lebih gampang dari pada mengobati alam dan ekosistem yang sudah porak poranda dan hancur lebur.
Mengingat urgensi kesadaran ramah lingkungan dan praktik praktik pro-green sangat mendesak untuk diakselerasikan sikap care terhadap lingkungan sejak dini. Perlu juga sekolah dipraktikkan bentuk praktik yang sustanable menyikapi degredasi kedaulatan ekologis dalam lingkup komunitas dan dalam urusan sehari hari warga. Tanpa upaya sistemik dan massif, tentu kerusakan jauh lebih cepat menyebar karena di dalam tata kelola lingkungan juga berlaku hukum deret hitung Keyness. "Kerusakan alam berjalan cepat seperti deret ukur (2,4,8,16, dst) sementara perbaikan itu lambat seperti deret hitung (1,2,3 dst). Karenanya orang baik tak boleh menyerah dan pensiun berbuat baik. Sekian semoga berguna.

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK