Sunday, August 9, 2015

Hijau yang Dirindukan

Belakangan ini suhu udara di wilayah yogyakarta khususnya pinggiran sleman berubah terasa dingin dan kering. Hal ini tentunya wajar mengingat sekarang wilayah Indonesia sedang dilanda musim kemarau. Namun kondisi ini tidak seperti yang saya rasakan pada musim-musim kemarau sebelumnya. Udara menjadi semakin dingin dan kering pada tahun ini serta periode kemarau yang lebih panjang dari sebelumnya walapun menurut pemerintah dalam hal ini BMKG kondisi ini terjadi karena pengaruh dari El - Nino sehingga mengakibatnya terjadinya anomali cuaca. Dampak lain yang terjadi karena fenomena ini adalah sulitnya mendapatkan air untuk mencukupi kebutuhan hari - hari yang terjadi karena sumber air seperti mata air, sungai dan sumur yang mengurangi jumlah pengeluaran airnya. 

Sebelum tinggal di kabupaten Sleman, wilayah di pinggiran D.I. Yogyakarta. Saya lama menetap di pedalaman Kalimantan Timur, tepatnya disebuah kota kecil bernama Bontang. Saya sebut pedalaman karena butuh waktu 8 jam perjalanan darat. Dahulu bahwa orang tua saya butuh waktu 2 hari menyusuri sungai untuk mencapainya. Saya lahir dan besar di kota tersebut sebelum akhirnya pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi. Orang tua saya terkadang tentang bagaimana kondisi alam daerah ini di tahun 80'an yang benar benar dikelilingi oleh hutan perawan yang lebat dan tinggi. Jenis Pohon - pohon besar seperti ulin, bengkirai, meranti masih mudah ditemui di sekitaran daerah kami tinggal.
Banyak pula binatang seperti babi, monyet, orangutan, ular dan jenis binatang liar lain yang mudah ditemui berkeliaran atau sekedar melintas di sekitaran pemukiman masyarakat. Hal ini tentu saja menggambarkan ekosistem yang masih sangat baik di kalimantan ketika itu. Hujan yang terjadi sepanjang tahun yang jika pada puncak musim penghujan menjadi begitu deras namun tidak sampai mengakibatkan kebanjiran. air tanah yang melimpah sehingga sumur digali tidak terlalu dalam, sungai - sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan warna coklat lumpur khas sungai - sungai di kalimantan. Kondisi ini tentulah telah berubah dewasa ini. Tidak hanya di Bontang saja namun daerah lain di pulau Kalimantan tentulah telah mengalami pembangunan yang pesat.
Pemukiman, area perdagangan, perkantoran, industri, dan sarana publik lainnya yang tentu saja memerlukan pemanfaatan lahan yang tidak sedikit. Hal ini tentu saja mengakibatkan banyak terjadi perubahan fungsi lahan dan sekaligus merubah ekologi lingkungan yang ada disekitarnya. Kondisi alami kalimantan yang berbukit bukit dengan tumbuh banyak pohon dengan karakter kayu yang keras dan akar yang mengujam jauh kedalam tanah berfungsi tidak hanya sebagai produsen oksigen semata namun juga dapat menyerap air hujan kedalam tanah sehingga mencegah terjadinya banjir dan tanah longsor serta menjaga kondisi tanah agar tetap hidup dan produktif karena banyaknya unsur hara yang disuplai oleh pohon - pohon sehingga adalah konsekuensi yang logis bila kemudian terjadi banjir, sumber air tanah yang berkurang, kadar unsur hata tanah yang berkurang sebagai akibat hilangnya pohon berserta fungsinya tersebut. Dan hal itulah yang kerap terjadi di beberapa wilayah di kalimantan sebagai akibat dari perubahan fungsi lahan. Belum lagi kondisi lingkungan yang rusak akibat dari aktivitas pertambangan batu bara yang banyak dilakukan tanpa adanya usaha mengembalikan kembali fungsi lahan seperti sedia kala. 

Masalah perubahan fungsi hutan ini juga tentunya berperan signifikan terhadap anomali cuaca yang terjadi di indonesia saat ini. Belum lagi akibat yang ditimbulkan oleh pembakaran lahan hutan yang terjadi di pulau sumatra mengakibatkan polusi udara yang begitu parah sehingga berbahaya bagi kesehatan masyarakat serta ekosistem pada wilayah tersebut. Lain lagi dengan yang terjadi di pulau jawa dengan adanya perubahan fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk yang masif membuat produksi bahan makanan khususnya beras menjadi menyusut tiap tahunnya.
Dampak negatif lingkungan yang kita rasakan semakin lama semakin banyak ini tentulah tidak terjadi tanpa ada pelaku dan sebab yang jelas. Manusia sebagai makhluk yang di bekali akal dan perasaan sudah saatnya untuk mulai berintrospeksi diri terhadap tindakan yang dilakukan terhadap alam hidup. Sudahkan manusia bersahabat baik dengan alam dengan menjaga dan merawatnya? yang jawabanya dapatlah di lihat dari fenomena alam yang terjadi saat ini.
Sudah tentu ukuran baik buruk seorang manusia tidak hanya diukur terhadap hubungan sesama manusia saja tetapi juga secara simultan bagaimana ia dapat bersahabat baik dengan tanah air tempat dimana manusia itu hidup dan berkembang. Karena sejatinya apa yang ada di alam ini tidak hanya di berikan kepada individu - individu semata namun menjadi hak manusia dan makhluk hidup lain untuk turut serta merasakan manfaatnya pada saat ini dan masa yang akan datang. Sehingga menjadi sebuah kesalahan bagi umat manusia itu sendiri bilamana pemanfaatan lingkungan hidup tidak dikelola secara arif dan bijaksana karea sesungguhnya hal tersebut justru menjadikan umat manusia bakal menuai kerugian dimasa mendatang yang sudah tentu kepastiannya jika tindakan manusia yang terus merusak alam tanpa ada usaha untuk menjaga dan memperbaikinya.
Selamat siang kawan. Semoga tetap semangat dalam beraktivitas. Sedikit refleksi dari saya sebelum menunaikan sholat Jumat. Inilah Sedikit refleksi dari tulisan cak david beberapa saat lalu tentang Green Deen

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK