Wednesday, August 19, 2015

Kegembiraan dalam Perpustakaan Jalanan


RBK on the street 9 agustus 2015

Rahayu Dwiningsih, Mahasiswa UMY

Alhamdulillah program RBK on the street berjalan lancar. Kegiatan ini diadakan setiap hari Minggu mulai pukul 06:30 hingga pukul 11:00. Ada beberapa tambahan yang dijalankan. Pertama, kami membuka ruang mewarnai gambar bagi pengunjung anak-anak dan memamerkan karya mereka di area hotspot. Bagian ini mendapat sambutan yang cukup baik dari para pengunjung. Terlebih karena kami juga menghadiahkan para peserta sebatang pensil dan 5 bungkus permen.
Kedua, kami juga menyediakan beberapa koran harian. Kami berasumsi bahwa dengan disediakannya bacaan koran-koran, orang-orang menjadi lebih berminat mendekati titik RBK on the street. Dan faktanya, orang-orang memang berdatangan menyerbu dan mengakses informasi yang berkaitan dengan RBK, termasuk masalah-masalah teknis seperti soal keanggotaan, peminjaman buku, dan lain-lainnya.
Pengadaan perpustakaan jalanan atau RBK on the street juga membagikan brosur berisi informasi mengenai RBK pada yang lalu lalang dan mereka yang menyambangi area RBK on the street. Kami merasa optimis bahwa program ini sangat bermanfaat terutama bagi mereka yang memiliki minat pada dunia literasi.
Peminjaman buku yang gratis dan tanpa tenggat waktu, tanpa menyerahkan kartu identitas sebagai jaminan, tanpa ada kewajiban mengembalikan buku yang sudah dipinjam saat hendak kembali meminjam, membuat respek para pembaca pada RBK on the street menjadi tinggi. Semua barangkali karena pihak RBK menerapkan azas percaya—azas yang tak kenal syak wasangka. Dan kami, kelompok KKN 06 UMY, merasa terhormat dan bangga menjadi yang dipercaya mengelola. Meskipun, terus terang saja, kami menaruh sedikit cemas sebab bagaimanapun juga buku-buku yang kami bawa adalah amanah dari pihak RBK.
RBK on the street kali ini agak sedikit berbeda. Sebab, pelaksanannya bertepatan dengan kegiatan 17-an di Dusun Sidorejo, tempat kami live in selama KKN. Karenanya, saat itu kami membagi dua energi: sebagian kelompak KKN 06 standby di Alkid, sebagian lainnya segera kembali ke Dusun Sidorejo untuk berpartisipasi dalam kegiatan 17 Agustusan.
Hal menarik lain dari RBK on the street adalah bahwa pada pelaksanannya, kami kerap berdiskusi tentang banyak hal dengan para pengunjung. Pada kegiatan ROTS minggu kedua ini, misalnya, kami kedatangan salah satu tamu tak terduga. Tubuhnya sudah tak tegap. Sulur-sulur keriput memenuhi wajahnya. Uban di kepalanya pun tampak seperti kopiah haji yang menutupi. Usianya pasti tak kurang dari 70 tahun.
Kami berdiskusi tentang lanskap kota Jogja dari mulai sejarah politik, sosiologi, hingga kuda yang sampai kini masih menjadi salah satu alat transportasi. Sesi yang paling menarik adalah saat ia mengisahkan kota Jogja semasa mudanya: Jogja yang lengang namun hidup dan semarak, Jogja yang minim petugas kebersihan namun justru lebih ramah lingkungan.
Membengkaknya laju pertumbuhan penduduk memang membawa banyak persoalan. Kita memang belum mengalami krisis pangan. Namun masalah hunian, macet kendaraan, kebersihan, ketertiban, kenyamanan, atau angka kriminalitas yang terus meningkat, memaksa kita untuk berpikir ulang tentang tata kelola sebuah kota.
Jogja yang sekarang tidak sebagus dan senyaman jogja yang dulu tetapi beliau masih tetap mencintai jogja dikarenakan jogja menyimpan banyak kenangan tentang masa mudanya.
Sekian dulu cerita ROTS minggu kedua ini, kita tunggu cerita dari kejadian-kejadian menarik yang terjadi selama pelaksanaan ROTS di minggu-minggu selanjutnya yang tentunya kita akan menceritakannya kembali, sekian dan terimakasih.

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK