Monday, April 27, 2015

Hari buku sedunia dan Filosofi Rumah Baca Komunitas



Agam Primadi, Pegiat RBK

Unesco telah menetapkan 23 april sebagai hari buku sedunia, penetapan ini menegaskan kepada masyarakat internasional akan pentingnya buku dalam kehidupan manusia. Mengapa buku ? karena dengan membaca buku kita akan mendapatkan pengetahuan dan tambahan wawasan serta melawan segala bentuk penindasan, diskriminasi, seperti slogan yang dipopulerkan Rumah Baca Komunitas.


Di Indonesia dari tahun 2004 hingga tahun 2008, angka melek huruf untuk usia penduduk 5 tahun keatas terus meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang lajunya mencapai 1,41% per tahun. Namun terlihat mulai tahun 2009 hingga 2013 kemarin, angka melek huruf Indonesia relative berflutuatif. Tahun 2009 dan tahun 2011 tampak turun dari sebelumnya (baca: kompasiana.com dalam artikel Angka melek huruf, PR pemimpin baru Indonesia).

Secara umum, meningkatnya angka buta huruf disebabkan karena, pertama faktor ekonomi yang menyebabkan sulitnya memiiki bahan bacaan, terjadi dilematis dalam memilih bahan bacaan atau kebutuhan pokok seperti beras, dan lauk pauk. Kedua, pepustakaan keliling yang disediakan oleh pemerintah belum beroprasi dengan maksimal. Ketiga, terjadinya diskriminasi terhadap kaum kaum marjinal dalam mengakses buku di suatu lembaga atau perpusatakan daerah yang dikelola oleh pemerintah. Keempat, letak geografis yang tidak menguntungkan, misalnya di dataran tinggi seperti perbukitan dan pengunungan, secara otomatis akses distribusi buku tidak berjalan dengan maksimal. 

Filosofi Rumah Baca Komunitas 

Potret  diatas menerangkan bahwa permasalahan buta huruf di Indonesia semakin kompleks dan harus ada upaya serius dalam memberantasnya. Hadirnya Rumah Baca Komunitas di tengah tengah masyarakat adalah sebagai upaya serius suatu komunitas yang konsen dalam bidang literasi dalam menangani permasalahan buta huruf. Dewasanya, komunitas yang sudah berusia 3 tahun ini memiliki komitmen dalam upaya mencerdaskan generasi penerus perjuangan bangsa. Selain itu, kemunculan rumah baca komunitas adalah jawaban dari semua kegelisahan masyarakat marjinal yang selama ini mengalami diskriminasi ketika hendak mengakses buku dalam suatu lembaga atau institusi yang dikelola oleh pemertintah. Kita tentu sepakat bahwa mengakses buku adalah hak semua kalangan dan elemen masyarakat, artinya buku tidak hanya diperuntukkan kepada kalangan intelektual akademik, tenaga pendidik, dan lain sebagainya. Tetapi buku adalah hak semua manusia. Oleh karena itu semua orang yang hidup dimuka bumi ini berhak mengakses buku termasuk masyarakat marjinal dan masyarakat kelas menengah kebawah.

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK