Thursday, April 2, 2015

Intelektual Hegomonos

Oleh: Hanapi
Mahasiswa, Pegiat RBK

         Intelektual adalah “kaum cerdik pandai atau orang orang terpelajar”[1], di dalam kehidupan setiap Negara dan bangsa banyak kaum intelektual yang terkenal dengan kecerdasannya, kaum intelektual ini diharapkan mampu membuat bangsa dan Negara menjadi maju bahkan menjadi bangsa dan Negara yang disegani dunia, setiap tahun banyak lulusan dari universitas dalam  Negeri maupun luar Negeri, banyaknya lahirnya para intelektual ini merupakan harapan berjuta-juta, milyaran, triliunan serta masyarakat dunia sekalipun berharap agar kaum intelektual ini sebagai pembela rakyat, sebagai orang yang siap mati demi kepentingan rakyat bukan untuk menjajah masyarakat di dunia, di era globalisasi ini yang merupakan era dimana terjadinya persaingan antar Negara sehingga eksistensi kaum intelektual sangat diperlukan untuk membuat bangsanya tetap dipandang oleh masyarakat dunia sebagai bangsa yang memiliki generasi intelektual yang berkemajuan agar masa depan bangsa bisa dilanjutkan yang pada akhirnya generasi kepemimpinan tidak akan mati ataupun tenggelam di bangsa ini terutama indonesia, sejarah telah mencatat munculnya kaum intelektual pada masa penjajahan pada tahun 1908 sebagai bukti bahwa eksistensi intelektual sangat penting dalam melawan “Imperium Asing” di indonesia.

           Pada saat indonesia dijajah belanda berbagai perlawanan dilakukan oleh kaum intelektual bersama rakyat, kaum ini rela kehilangan kebahagiannya, nyawanya demi kemerdekaan bangsanya, ia berani berdiri digarda terdepan untuk menghadapi penjajahan belanda dengan berbagai cara yang sangat kreatif, innovatif, seperti contohnya mendirikan perkumpalan cendikiawan, mendirikan perkumpalan organisasi partai politik, pendidikan, perdangan dan agama, perjuangan ini tercatat dengan jelas dalam literatur sejarah indonesia baik dari segi ketokohan yang menceritakan kehebatan kaum intelektual indonesia seperti contohnya Muhammad Hatta yang dikenal Bung Hatta adalah kaum intelektual indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan indonesia di dunia dengan menghadiri konvensi internasional bersama organisasi yang ia dirikan yang bernama PI (Perhimpunan indonesia), perjuangannya tidak hanya dikancah internasional, di negaranya sendiri ia rela dibuang ke digul tempat yang     tidak layak untuk pembuangan tetapi perjuangannya tidak pernah surut, berkat ketekunannya dan kawan-kawan berserta kaum intelektual lainnya indonesia merdeka pada tahun 1945 secara de fakto meskipun secara de jure pada tahun 1949, kaum intelektual selalu berkembang diakibatkan oleh perubahan zaman tetapi iedalisme intelektual makin hari makin redup sehingga sekarang banyak kaum intelektual yang ahli dalam bidang hukum sebagai contohnya, mempermainkan hukum dan menjadikan hukum sebagai alat untuk mencapai kepentingan seperti yang dikatakan seorang ahli “hukum telah dijadikan alat untuk segala kerakusan”, ini telah menunjukkan bahwa   

            intelektual yang seharusnya menjadi pembela rakyat malah menjadi musuh rakyat, ada beberapa faktor penyebab redupnya idealism intelektual yaitu: Pertama, Gagalnya transfer nilai-norma yang baik dalam rumah tangga, transfer ini hanya pada tatanan proses tidak memberikan efek internalisasi yang nyata dalam diri individu sehingga ketika semakin dewasa ada perbenturan nila-norma idealis dengan nilai ekonomi sehingga nilai ekonomis lebih diutamakan dari pada idealisme, Kedua, Gagalnya lembaga pendidikan dalam menyeimbangkan kutub ilmu dan kutub etika yang hakiki sehingga lembaga pendidikan lebih banyak melahirkan orang hebat tetapi etikanya sangat minim, ketiga, Globalisasi yang dimana terjadinya benturan budaya setiap bangsa yang akan berdampak kepada tatanan sosial masyarakat yang berubah, masyarakat yang biasanya memegang erat nilai-norma sehingga bisa dikatakan menjadi masyarakat yang idealis tetapi ketika nilai-norma itu redup masyarakat menjadi pragmatis, pertarungan budaya ini sangat memperihatinkan bukan hanya merusak tatanan yang ideal namun akan merusak jiwa kebangsaan yang semakin lama akan redup dalam jiwa bangsa, ketika tatanan sosial telah berubah tetapi masih ada segelintir orang yang idealis yang sangat teguh mempertahankan prinsipnya maka ia akan diasingkan dari sekeliling masyarakat bahkan akan dimusuhi oleh golongan yang merasa terganggu kepentingannya, Keempat, lemahnya Iman dan etika Tauhid menyebakan idealisme redup bahkan mati, iman adalah aspek keyakinan sedangkan etika Tauhid dimana kita memperaktekkan nilai-nilai ketuhanan dimuka bumi ini sebagai fungsi manusia sebagai Khalifatullah untuk menjaga bumi dari kehancuran dan menghidupkan cahaya agama dalam kehidupan masyarakat bangsa dan Negara.

           Seorang intelektual seharusnya memiliki idealisme meskipun dia diasingkan jika tidak maka tanggungjawabnya kepada Sang Pencipta tidak ada, ilmu yang dimiliki intelektual sebagai landasannya untuk menegakkan kebenaran, sekarang intelektual memiliki berbagai macam jenisnya baik intelektual organik yang dikatakan oleh Gramsci dan masih banyak lainnya, tetapi intelektual yang bernuansa idealisme dengan berbagai istilah “Intelektual kolektif”, “intelektual organik” dan “inetektual universal” belum mampu mengambarkan jenis intelektual di dunia, banyak ahli hanya mengambarkan jenis atau istilah intelektual itu sebagai sesuatu yang baik, bagaimana dengan intelektual yang cerdas namun membuat rakyat terjajah, rakyat bertambah miskin meskipun ia tahu bahwa itu bertentangan dengan agama tetapi ia tetap bertindak demi kekayaan harta, kepentingan golongan, dan kepentingan keluarganya, intelektual seperti ini tidak memiliki jiwa kemanusiaan dan kerendahan hati yang baik serta etika Tauhid yang lemah, jika Gramsci pernah mengusulkan “Hegomoni” atau rekayasa sosial sebagai alat untuk melawan pemerintah yang buruk maka saya ingin memakai istilah Gramsci dengan perubahan sedikit namun maknanya hampir sama hanya terletak pada tujuannya yang saya sebut sebagai intelektual Hegomonos” yaitu intelektual yang menggunakan Ilmunya untuk menciptakan rekayasa sosial demi kepentingan golongan, kekayaan, kekuasaan sendiri, dan lainnya sebagainya, intelektual ini yang banyak berkembang dikalangan pemerintahan dan Negara, eksistensi intelektual seperti akan menegakkan kezaliman ditengah kehidupan masyarakat sehingga masyarakat akan dijajah orang yang cerdas yang lupa tanggungjawab ilmunya sebagai pemberian Tuhan kepadanya, jiwa kemanusiannya telah redup namun ia berkembang merajalela.


[1] Heppy El Rais, 2012, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,. hlm,. 270

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terbaru

Populer

Hamka For RBK

Hamka For RBK

Sjahrir For RBK

Sjahrir For RBK